Chapter 4

22 5 0
                                    

Ah, udah senin lagi, bagi Alex, Senin bukanlah hari yang menyenangkan, apalagi Selasa, Rabu, Kamis, Jumat. Karena dia harus bangun pagi-pagi dan berangkat ke sekolah, dia tak pernah menyukai sekolah, apalagi pelajarannya. Dan mengapa dia paling benci hari Senin ? Karena dia kebagian bertugas piket pada hari Senin, maka dia harus datang ke sekolah lebih awal untuk membersihkan kelasnya.
"Bangun teh udah pagi jam 5 masa harus di pagiin lagi jadi jam 4, pengen mati aja kalau udah hari Senin," gumam Alex saat dia sudah memasuki ruang kelasnya.

Suasana sekolah masih sepi, karena jam masih menunjukkan pukul 6 pagi, sedangkan sekolah masuk pukul 7 pagi. Udara kota Bandung hari ini juga dapat dibilang lebih dingin dari hari-hari sebelumnya.
"Kebagian piket pagi ?" tanya seorang cowo di ambang pintu kelas saat ia melihat Alex sedang membersihkan kelasnya.
"Eh, Mike, iya nih ah, malesin," jawab Alex setelah ia melihat ke arah pintu kelas.
"Mau gue bantuin ?" tawar Mike seraya mulai melangkahkan kakinya memasuki kelas.
"Eh, nggak usah, gue juga bentar lagi beres," balas Alex yang tidak di hiraukan oleh Mike.

Disaat semuanya sudah selesai, kelas sudah tertata dengan rapi, mereka duduk di pijakan kaki di bawah papan tulis.
"Eh, lo ngapain dateng pagi-pagi ?" tanya Alex sambil menatap ke arah Mike.
"Gue memang selalu datang pagi," jawab Mike membalas tatapan Alex yang di jawab oleh anggukan pelan dari Alex.
Cukup lama mereka bertatap-tatapan sampai ada salah satu anak sekelas Alex memasuki kelas yang membuat Alex dan Mike melepaskan tatapan mereka.
"Kalau gitu, gue balik ke kelas ya," kata Mike.
"Oke," balas Alex.

———

Bel istirahat berbunyi, semua siswa keluar kelas dan berjalan menuju kantin, mengisi perut kosongnya yang sudah berbunyi sejak jam pelajaran pertama di mulai.

Setelah Alex keluar dari kelasnya, ia menemukan sesosok laki-laki yang sudah tidak asing lagi bagi dia, Jeff, laki-laki yang akhir-akhir ini muncul ke kehidupannya.
"Ke kantin bareng gue yok," ajak Jeff.
"Kalau gue tolak juga lo bakal tetap ke kantin bareng gue," balas Alex yang di jawab oleh kekehan pelan dari Jeff.
"Tahu aja kamu," kata Jeff.

Sesampainya mereka di kantin, tidak ada mata pun yang tidak melihat ke arah mereka. Perhatain satu kantin hanya tertuju pada Jeff dan Alex yang sekarang sedang berjalan beriringan memasuki area kantin.
Setelah Alex sampai di meja nya ia biasa makan bersama teman-temannya, Jeff pun menanyakan Alex mau makan apa.
"Lex, mau makan apa ? Biar gue aja yang beliin, daripada lo harus ngantri,"
"Mie ayam sama es teh aja deh, makasih Jeff," jawab Alex yang di balas oleh anggukan Jeff.

"Cie, udah jalan bareng, di beliin makanan, kata gue juga apa Lex, dia suka sama lo," kata Anna sambil memberi tatapan jahil ke Alex.
"Bodo ah," balas Alex.
"Kalau dia beneran suka sama lo, gentar lah dunia," kata Kay.
"Apaan sih jadi gentarlah dunia ?" tanya Anna.
"Iya kan, satu sekolah ini kan cewe-cewe nya pada ngefans tuh sama yang namanya Jeff kecuali kita ber-empat," jawab Kay perjelas.
"Yang ngefans sama yang namanya Jeff itu matanya pada buta," balas Alex yang membuat Kay, Anna, dan Devina tertawa.

Dengan waktu yang bersamaan, Jeff datang membawakan makanan untuk Alex.
"Silahkan," kata Jeff.
"Terima kasih," balas Alex.
"Yaudah, selamat makan Alex, nanti pulang gue yang antar ya, gue udah ijin ke Austen," kata Jeff yang belum sempat Alex balas karena Jeff sudah hilang di kerumunan kantin.
"Kayaknya, dia beneran serius sama lo deh Lex, sampai ijin ke Austen segala," kata Devina yang membuat Kay dan Anna menganggukkan kepalanya tanda setuju.
"Enggak, ada yang nggak enak dari diri gue tentang Jeff," balas Alex yang membuat ketiganya terdiam dalam kebingungan.

———

Pulang sekolah, Jeff menepati perkataannya tadi di kantin, Jeff akan mengantarkan Alex pulang. Alex menemukan Jeff sudah menunggu di parkiran sekolah, berdiri di sebelah mobil.
"Ngapain lo pake kacamata item segala ? Takut sinar matahari ?" tanya Alex sambil tertawa pelan.
"Engga, biar cool aja gitu," jawab Jeff ikut tertawa dan melepaskan kacamatanya.
"Aneh banget deh," balas Alex.
"Eh, tahu nggak Lex, di sekolah kita ini ada yang suka sama lo loh," kata Jeff.
"Siapa ?" tanya Alex penasaran.
"Gue," jawab Jeff enteng seraya membuka pintu mobil untuk Alex.
"Ah, lo becanda," kata Alex yang di balas oleh kekehan pelan dari Jeff.
"Yaudah kalau nggak percaya, gue aja perjuangin lo biar lo percaya," balas Jeff yang membuat Alex terdiam menatap Jeff.

Tawa Jeff menyadarkan Alex dari lamunannya.
"Udah ah buru masuk, lo mau pulang nggak?" tanya Jeff yang masih belum bisa berhenti tertawa.
"Ih, yaudah lo nya juga berenti ketawa," jawab Alex seraya memasuki mobil.

Jeff menutup pintu dan memutari mobil untuk masuk ke bagian pengemudi.
"Gas polll," kata Jeff sambil menjalankan mobil nya dan membuat Alex tertawa.

Selama perjalanan menuju rumah Alex, Jeff tidak bisa berhenti bicara yang membuat Alex kewalahan sendiri. Jeff terlalu banyak bicara dan itu membuat Alex pusing, tak biasanya Alex berbicara dalam mobil. Walau, Alex bisa menahan diri dan tetap berbicara kepada Jeff, ia tetap tidak tahan, dan di saat ia menyalakan radio yang sedang memutarkan lagu Lauv yang F*ck, I'm Lonely membuat Jeff bernyanyi dan itu membut Alex tertawa. Karena Jeff bernyanyi seakan-akan dia sangat amat merasa kejombloannya itu dan itu sangat lucu bagi Alex.

Mobil Jeff sudah sampai di pintu gerbang rumah Alex, Alex turun dari mobil dan mengatakan terima kasih kepada Jeff sebelum menutup pintu mobilnya.
"Sama-sama calon pacar, gue duluan ya," balas Jeff.
Alex memperhatikan mobil Jeff yang mulai menghilang di ujung jalan dan dia memutuskan untuk segera masuk ke dalam rumah dan ingin rebahan di atas kasur secepatnya.

Di dalam rumah, ia menemui Austen sedang menonton TV di ruang keluarga.
"Tumben-tumbenan lo nonton TV, biasanya nugas mulu di kamar," kata Alex setelah ia memasuki rumahnya.
"Kali-kali refreshing, mumet otak gue mikirin tugas mulu," balas Austen yang di balas anggukan oleh Alex.

Saat Alex sedang menaiki tangga untuk berjalan ke kamar nya, Austen mengangkat suaranya yang membuat Alex terdiam.
"Papa besok pulang,"

Papa, sudah lama Alex tidak mengetahui kabar papa nya itu. Papa nya paling tidak suka akan kehadiran Alex, baginya Alex hanya akan membawa malu bagi keluarga Alexander. Ya, nama papa nya Alex dan Austen itu adalah Alexander Bramastya—yang biasa di panggil Ander—pemilik Perusahaan Brama ternama dan yang paling sukses.

Dengan berani, Alex mengangkat suaranya setelah ia sudah berdiam terlalu lama.
"Sampai kapan ?"
"Katanya, di akan menetap untuk waktu yang lama, dia harus mengurus perusahaannya yang di Bandung, karena sudah ditinggal terlalu lama," jelas Austen tanpa menatap Alex.
"Yaudah, gue mau packing dulu," balas Alex yang tidak mendapat balasan apapun dari Austen.

Selalu saja seperti ini, Alex dan Austen tidak ada percakapan lain selain masalah sekolah atau keluarga nya. Di saat Alexander akan pulang ke rumah, Alex akan selalu mempacking barang-barangnya dan akan menginap di aprtemen yang dia beli dengan duit hasil tabungannya itu. Ander tidak pernah suka dengan Alex, karena Alex juga yang membuat mamanya—Anita—tidak kuat dan meninggal saat melahirkan Alex. Bagi Ander, jika saja mereka tidak kembar, jika saja Alex tidak keluar pada saat itu juga, jika saja anaknya hanya Austen seorang, Anita akan tetap ada sampai sekarang ini.

Alex memasuki kamarnya, mengambil kopernya dan mulai mempacking barang-barang yang harus ia bawa ke apartemennya.
"Kak Alex," panggil Laura dari depan pintu.
"Masuk, Ra," jawab Alex.
Laura masuk ke dalam kamar dan duduk di sisi kasur melihat Alex mempacking.
"Kenapa harus pindah kak ?" tanya Laura.
"Karena bokap nggak suka keberadaan gue,"
"Nanti kalau Rara kangen gimana ?" tanya Laura dengan menunjukkan raut sedihnya.
"Minta tolong Austen antarin kamu ke apartemen kakak aja ya, tapi minta nya kalau Papa lagi nggak di rumah, oke ?" jawab Alex sambil memegang pundak Laura yang dibalas oleh anggukan Laura.
"Sini peluk kakak dulu," kata Alex sambil menarik Laura dalam dekapannya yang membuat Laura menangis dan Alex mengusap-usap kepala Laura pelan.

———
Selamat Membaca..

Stupid Romance [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang