Chapter 10

17 3 0
                                    

Sebulan sudah terlewati, hubungan kasih antara Jeff dan Alex semakin hari semakin membuat semua orang iri. Mereka kemana-mana selalu bersama, bahkan Jeff sendiri menemani Alex saat Alex ada kerjaan di studionya. Jeff menemaninya dengan sangat sabar, bahkan sering membelikan cemilan-cemilan kalau Alex sudah kerja lebih dari 1 jam. Jeff pun tak pernah berhenti tersenyum melihat Alex yang sangat lihai dalm bidang photography. Bahkan, matanya tak bisa lepas dari Alex yang sudah mondar-mandir kesana-kemari, mengatur posisi sang model, lampu, dan bahkan dirinya sendiri.

Di sekolah pun, mereka tidak bisa di lepaskan, sudah seperti lem dan kertas, lengket terus, kalau dipaksa untuk melepas, akan menyakiti salah satu dari mereka. Maka dari itu, temen-temannya pun kadang suka tidak tega untuk memisahkan mereka, tapi mau nggak mau harus dilakukan.

Alex masih saja tinggal di apartemen, terkadang ia akan tinggal di rumahnya pada weekend saja. Ander—papahnya Alex—masih tinggal di atap rumahnya itu, karena masih mengurus perusahaannya yang di Bandung. Alex sesekali berbicara dengan Ander jika berkepentingan. Jika tidak, maka mereka hanya akan saling sapa tanpa menanyakan kabar. Namun, Ander sudah tidak lagi mengabaikan Alex, ia sudah mulai menerima Alex sebagai putri satu-satunya dari wanita pertama yang ia cintai. Ander juga selalu mengakui bahwa Laura adalah anaknya juga dari wanita yang juga ia cintai—Rina.

Hari ini berbeda dengan hari-hari lainnya, walaupun hari ini adalah hari sabtu. Tapi Alex tetap merasa sendiri, dia sekarang sedang berada di dalam kamarnya di rumah, sedang menonton bersama Laura, nonton acara tv manapun yang sedang tayang saat ini.
"Tumben, kak, nggak bareng Ko Jeff. Biasanya bareng terus ?" tanya Laura.
"Iya, dia katanya lagi ada urusan keluarga, jadi nggak bisa nemenin aku hari ini," "jawab Alex.
"Urusan keluarga gimana ?" tanya Laura lagi.
"Nggak tahu, aku juga nggak nanya," jawab Alex yang membuat Laura menganggukkan kepalanya dan berhenti bertanya.

———

Setelah Laura pamit untuk pergi les, Alex berdiam diri di kamar mencari kesibukan untuk menghilangkan rasa bosannya. Saat ini ia sedang duduk di atas karpet di sebelah ranjangnya yang menghadap ke arah pintu balkon rumahnya, memetikkan senar-senar gitarnya dan menyanyikan sebuah lagu.

Terbacakah hatiku isyaratkan suka?
Tersiratkah bahwa aku jatuh cinta?
Pagi ini sinar mentari benderang perlahan
Kau menyapa selamat pagi lewat pesan
Dan kubiarkan jari jemariku berbalas pesan
Sementara langit pun rekah

Pikirannya pun kembali melayang kepada kejadian satu bulan lalu di kantin di hari dimana ia berulang tahun, di hari dia dimana secara resmi memiliki pasangan.

Kita berbagi kisah suka
Kita berbagi kisah duka lara
Membahas hal yang biasa
Hingga syair sang pujangga
Berbincang tentang rasi bintang
Sejak ku buka mata hingga petang
Kita mencoba satukan hati kita

Lalu, berganti dengan kejadian-kejadian aneh diantara mereka di apartemen milik Alex. Di mana mereka tertawa lepas, canggung karena sebuah adegan TV. Merasakan kenyamanan yang seketika terbit di diri Alex saat ini, mengingat kejadian-kejadian seperti itu cukup membuat dirinya tenang, dan semakin merindukan sang kekasih.

Sederhana kini mulai terasa istimewa
Kau lakukan semua ini penuh cinta
Ku tersenyum tiap kita pergi jalan berdua
Kau hadirkan bahagia yang berbeda
Dan kubiarkan jari jemariku berbalas pesan
Sementara langit pun rekah

Kita berbagi kisah suka
Kita berbagi kisah duka lara
Membahas hal yang biasa
Hingga syair sang pujangga
Berbincang tentang rasi bintang
Sejak ku buka mata hingga petang
Kita mencoba satukan hati kita
Ku berharap kita akan selamanya...

Ia menyelesaikan lagu itu dengan nada yang sangat pas, kembali merindukan sang kekasih yang sedari kemarin ia belum bertemu. Ya, Jumat kemarin Jeff tidak masuk ke sekolah beralasan harus ngelayat neneknya yang telah meninggal dunia di Jogja. Bahkan, pesan yang Alex berikan kepada Jeff tadi pagi, sampai siang ini belum di balas juga. Alex berpikir mungkin dia sedang sibuk dengan keluarganya. Walau, ia tak tahu, Jeff sedang apa di sana.

Tok tok tok!
Suara ketukan berasal dari pintu kamar Alex yang sengaja Alex buka sedari tadi dan menampilkan seorang laki-laki berdiri tegap yang sudah berada satu atap dengan Alex seumur hidupnya—Austen.
"Main gitar lagi ?" tanya Austen sambil berjalan memasuki kamar dan duduk di tepi ranjang milik Alex.
"Peduli apa lo ?" tanya Alex sinis seraya berdiri dan mengembalikan gitarnya ke tempat semula dan membuka pintu balkon, berjalan keluar dan melihat keadaan sekitaran kompleknya. Udara kota Bandung pada saat ini sedang sejuk, ditemani dengan hembusan angin ringan menerpa wajah halus milik Alex.

Austen berdiri dan berjalan mendekati Alex, ia berhenti tepat selangkah di belakang Alex, dengan memasuki kedua tangannya ke dalam kantung celana nya.
"Kapan gue nggak peduli sama lo ?" tanya Austen lagi yang dibalas dengan helaan napas dari Alex.
"Setiap hari," jawab Alex yang masih menatap lurus ke depan.
"Siapa yang bilang kalau gue nggak peduli sama lo ?" tanya Austen lagi yang kini sedang melipat kedua tangannya di dada. "Siapa yang dulu minta dijauhin ? Siapa yang dulu minta jangan pernah lagi ngobrol di sekolah ? Siapa yang dulu minta nggak di anggap ?" pertanyaan bertubi-tubi Austen berikan kepada Alex yang membuat bibir Alex kelu, tidak bisa menjawab semua pertanyaannya, karena dia tahu siapa—dirinya sendiri.

Saat Alex tidak naik kelas saat kelas 7, ia mengatakan kepada Austen untuk mengabaikannya, menganggap Alex tidak satu rumah dengannya. Alex yang membuat hubungan antara dirinya dengan Austen terputus, membuat mereka menjadi orang asing yang pernah memiliki kisah bahagia bersama. Austen pasti akan selalu menjaga Alex dari bahaya mana pun sedari mereka kecil, bahkan saat Alex sedang dibentak oleh Ander, Austen lah yang akan sigap membela Alex. Namun, Alex berpikir, dia sudah sangat menjelekkan nama keluarganya itu dengan tidak naik kelas, maka dari itu Alex memilih untuk menjauh dari keluarga itu. Ini juga adalah salah satu alasan mengapa kini Austen menjadi sesosok laki-laki yang dingin, walau disaat ia masih kecil, ia termasuk anak laki-laki yang sangat hiperaktif.

"Jawab," kata Austen datar.
Alex memejamkan matanya dan menghirup udara segar dan mengeluarkannya dan memutuskan untuk membalikkan badannya dan mentap Austen lekat-lekat.
"Lo pikir dulu gue nggak malu ? Lo pikir dulu gue nggak malu disaat gue adalah salah satu keluarga Bramastya, pemilik perusahaan Brama terkenal, tapi malah ngecewain keluarga nya sendiri dengan nggak naik kelas ? Lo pikir jadi gue itu gampang ? Nggak di anggap sama orang tua sendiri dari gue kecil, selalu dihina, ditolak, diabaikan sama seorang ayah yang sebagaimana seharusnya jadi pelindung gue," kata Alex panjang lebar berusha menahan air matanya untuk tidak keluar dari tempat asalnya.

"Terus kenapa lo malah nyuruh gue juga buat ikut mengabaikan lo ?" tanya Austen lagi.
"Karena gue nggak mau lo ikutan jadi korban pukulan papa!" jawab Alex dan seketika tangisannya pecah.

Austen terdiam mendengar jawaban Alex, menatap Alex yang kini menangis dan mengalihkan tatapannya dari Austen. Semua yang dikatakan oleh Alex adalah benar, disaat Austen membela Alex saat sedang di marahi oleh Ander, Austen lah yang selalu kena risikonya. Karena bagi Austen, adiknya itu jauh lebih berharga dibanding dirinya sendiri. Namun, tanpa ia sadari, ia terlalu mementingkan Alex sampai-sampai ia tidak memperhatikan dirinya sendiri.

"Lo tahu lo itu jauh lebih berharga ketimbang diri gue sendiri ?" tanya Austen kembali melangkah lebih dekat dengan Alex.
"Tapi lo juga nggak boleh lupa sama diri lo sendiri," jawab Alex sambil menunjuk-nunjuk dada Austen.

Austen menggenggam tangan Alex membuat Alex berhenti dan menarik Alex dalam dekapannya. Pelukan rindu yang selalu mereka ingin lakukan namun tak pernah bisa karena kehalang gengsi. Kini, mereka kembali bersatu sebagaimana adik dan kakak seharusnya.

———
Chapter kali ini lebih kekeluargaan ya, bosen sama pacar-pacaran mulu, kali-kali mentingin keluarga, yegaa;)

Jangan lupa vote yaa!!!

Selamat Membaca..

Stupid Romance [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang