Chapter 27

9 2 0
                                    

Sepulang sekolah, Alex tidak pergi menuju rumahnya, ia tanpa berpikir panjang langsung pergi ke rumah Michael untuk melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi padanya.

Alex mengendarai mobil diatas rata-rata, kekhawatiran yang tidak ia tahu sebenarnya itu terus membesar, rasa takut itu semakin terasa, ia masih belum kuat untuk kembali kehilangan. Karena menurutnya, kehilangan orang yang dia sayang adalah hal yang paling ia takutkan ketimbang kehilangan diri sendiri.

Sesampainya Alex di rumah Michael, dengan segera ia keluar dari mobil nya dan membunyikan bel rumah, dan kebetulan saat ini Anna sedang pergi bersama Devian.  Tak lama seorang perempuan paruh baya yang Alex tangkap sebagai pembantu rumah tangga itu pun keluar membukakan pintu untuk Alex.

"Nyari siapa, non ?" tanyanya

"Michael nya ada mbok ?" tanya Alex.

"Oh, Michael nya sedang di rawat di rumah sakit, non," jawab mbok.

"Di rawat di rumah sakit ?" tanya Alex kaget.

"Iya, kemarin sore sakitnya kambuh," jawabnya lagi.

"Mbok tahu nggak, Michael sakit apa ?" tanya Alex.

"Wah, kalau itu sih, mbok nggak tahu," jawabnya.

"Oh, yaudah kalau gitu, makasih ya mbok," kata Alex lagi.

Mbok itu pun kembali masuk ke dalam rumah dan kembali menutup pintu rumah. Alex membalikkan badannya dan menatap ke arah langit dengan muka yang penuh kekhawatiran. Ia menarik napas dalam-dalam, menguatkan diri sebelum ia memutuskan untuk pergi ke rumah sakit

.

Sesampainya Alex di rumah sakit, ia langsung menanyakan ruangan Michael kepada suster yang berada di meja informasi.

"Permisi, sus," kata Alex.

"Iya, ada yang bisa saya bantu ?" tanya suster dengan ramah.

"Pasien atas nama Michael di rawat di ruangan nomor berapa ya ?" tanya Alex seraya meredakan rasa khawatirnya.

"Sebentar ya," kata sang suster dan langsung mencari nama Michael di daftar di komputernya itu, "Michael Davidson ?"

"Ah, iya," jawab Alex dengan antusias.

"Dirawat di ruangan nomor 201, lantai 2," kata suster.

"Makasih ya, sus," kata Alex.

"Terima kasih kembali," balas suster.

Alex pun dengan sigap langsung menaiki lift menuju lantai 2 dan mulai mencari ruangan nomor 201. Setelah ia berbelok ke kanan, dimana letak ruangan nomor 201 berada, ia pun kaget saat melihat teman-temannya bahkan saudara kembarnya sendiri pun sedang berada di sana.

Austen yang sedang mondar-mandir, dengan terkejut ia melihat lurus ke arah Alex yang masih terpaku kearahnya. Alex memutuskan untuk berjalan mendekati Austen.

"Michael kenapa ?" tanya Alex sambil menatap ke arah kaca yang menampilkan Michael sedang terbaring lemas di atas ranjang.

Suara Alex membuat orang-orang sekitar yang tidak menyadari akan kehadirannya terkejut dan ikut berdiri di sebelahnya.
"Michael kenapa ?" tanya Alex lagi dan kini badannya mulai lemas dan gemeteran.

Austen menghela napas lelah dan menjawab pertanyaan Alex sambil menatap Alex yang pandangannya masih terpaku pada Michael.
"Michael lemah di jantung, dia mengidap penyakit jantung dari setahun lalu. Makanya kalau lo inget selesai main basket waktu Jeff masih ada, Michael ninggalin lo nya lumayan lama kan ? Itu karena dia sempat sesak napas saat itu."

Seketika air mata yang sudah Alex tahan sedari tadi, kini ia membebaskan diri dari tempat asalnya. Alex menangis dengan diam, air mata itu keluar tanpa suara. Anna memeluk tubuh Alex dari samping, bertujuan untuk menguatkan Alex.

"Kata dokter apa ?" tanya Alex dengan suara pelannya.

"Michael nggak bisa di ganggu dulu, dia butuh istirahat yang cukup, walau sebenarnya sedari kemarin sore, dia belum siuman sampai sekaran," jawab Austen.

Tangis Alex semakin tidak bisa dihentikan, air mata itu terus menyeruak keluar, seakan-akan tidak ada yang bisa menghentikan air mata itu. Tubuhnya semakin bergetar, rasa takut itu kembali terasa. Dia masih belum siap untuk kehilangan Michael.

Dan tak lama dari situ, tubuh Alex semakin lemah dan kakinya tidak dapat menopang tubuhnya, dan pandangannya pun menjadi buram. Tubuhnya kehabisan tenaga dan secara tiba-tiba, tubuh Alex jatuh dan dengan sigap Anna menahan Alex supaya tidak jatuh mencium lantai.

"Ehh, Alex," panggil Anna panik seraya menahan tubuh Alex.

Austen mengangkat tubuh Alex dengan kedua tangannyadan langsung yang lain memanggil suster dan dokter supaya Alex dengan cepatditangani.

Sudah 2 jam Austen menunggu di dalam ruang rawat milik Alex, tapi Alex sama sekali tidak memberi tanda akan siuman. Sudah berkali-kali Austen berjalan mondar-mandir di dalam ruang rawat, bahkan dia sudah membeli coklat sekitar 4 atau 5 untuk menghiburnya dan hasilnya nihil, ia sama sekali tidak terasa terhibur.

Tak lama, Devian masuk ke dalam ruang rawat Alex.
"Ten, Kaylee sama Devina udah datang, lu nggak mau balik dulu ? Ini udah jam 7," kata Devian seraya khawatir dengan keadaan teman satunya ini.

"Oh, Kaylee sama Devina udah ada, lo tadi balik dulu ?" tanya Austen.

"Iya, tadi gue balik dulu sama Anna, terus sekarang gue bawa Anna, Kaylee, sama Devina kesini. Mereka khawatir banget," jawab Devian.

"Yaudah, lo berempat disini dulu aja, Michael gimana ?"

"Michael fine, udah ada nyokap sama bokapnya, dan pas mereka tahu Alex udah tahu tentang Michael dan gimana keadaannya Alex sekarang bikin mereka lumayan syok sih, cuman katanya mereka jenguk Alexnya kalau Alex udah siuman," jawab Devian menjelaskan.

"Oh, oke deh, kalau gitu, lo jagain Alex ya, kabarin gue kalau dia udah siuman, gue mau balik dulu mau mandi, nanti gue ke sini lagi bawa Laura," kata Austen seraya keluar dari ruang rawat dan langsung bertemu dengan Kaylee, Devina, dan Anna.

"Kalian jagain Alex ya, gue mau balik dulu," kata Austen seraya berjalan meninggalkan mereka setelah mengecup kepala Kaylee dan berpamit.

Kaylee, Devina, dan Anna pun memasuki ruang rawat Alex. Dan sesuai perkiraan Devian, Kaylee akan histeris melihat keadaan Alex.
"Ya amsyong, Lexi, lo kenapa sih sampai tumbang gini ? Lo ngeliat setan apa lo ngeliat muka lo sendiri di kaca ? Jangan bikin gue khawatir gini dong," tanya Kaylee panik.

"Heh, mak lampir, sadar napa, ini lagi di rumah sakit, lo jangan banyak tingkah, bisa nggak ?" tanya Devian seraya mengingatkan Kaylee.

"Ya, maap, abisan gue panik," jawab Kaylee.

"Lagian mau lo ngomel-ngomel gimana juga ya, Kay. Ini si Alex belum tentu denger lu, belum siuman gini," kata Devina.

"Bener juga ya ?" tanya Kaylee.

"Geblek emang," kata Anna sambil menoyor kepala Kayleesambil tertawa pelan.

———
Jangan lupa vote yaa!!!

Selamat Membacaa...

Stupid Romance [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang