Chapter 7

18 6 0
                                    

Matahari pagi memasuki jendela kamar membuat sang penghuni nya mengerjapkan matanya, membuat dirinya terbangun dari tidurnya yang nyenyak.
"Jam berapa ini ?" tanyanya sambil melihat ke arah jam dinding yang telah menunjukkan pukul 6.45 pagi.
Seketika orang itu bergegas bangun dari tidurnya, "anjing gue telat," katanya sambil berlari ke kamar mandi.

Alex sampai di sekolah pukul 8 pagi hari, karena rumah dia terletak di daerah yang akan menjadi sangat macet mulai dari jam 6, yang membuat dirinya terjebak macet selama 1 jam.
Saat Alex berjalan memasuki sekolahnya yang sudah sepi itu karena semua murid sudah memasuki ruang kelasnya dengan tenang, ia berjalan hati-hati supaya dirinya tidak di pergoki oleh guru piket. Sesampainya di depan ruang kelas, terlihat masih banyak murid yang berkeliaran keluar kelas karena baru saja pergantian pelajaran yang membuat Alex menghela napas lega.

Alex memasuki kelas dengan mendapatkan sahutan dari teman kelasnya dan sesegera mungkin duduk di tempat duduk kesayangannya itu yang. Tak lama, guru laki-laki jangkung berkacamata memasuki ruang kelas itu yang membuat murid-murid yang sedari tadi berkeliaran segera mungkin masuk kembali dan duduk di tempatnya masing-masing.

Jam pelajaran pun berjalan dengan baik namun tak pernah di perhatikan oleh Alex. Dengan tempat duduk yang strategis, paling pojok belakang sebelah kiri dekat jendela, membuat dirinya jarang mendapatkan perhatian dari sang guru, sehinga ia sangat mudah untuk terlelap dalam tidurnya. Namun, kali ini ia tidak memilih untuk tidur, dia hanya merebahkan kepala di lipatan tangannya dan menghadap ke arah jendela melihat ke luar. Karena kelasnya berada di lantai dua, maka luar jendela langsung memperlihatkan pohon-pohon tinggi dengan langit birunya.

"Alex," panggil guru yang kini sedang mengajar di depan kelas.
"Ya, bu ?" jawab Alex sambil mengangkat kepalanya menghadap guru di depan.
"Kenapa kamu ?" tanya gurunya lagi yang membuat seluruh kelas menyorakannya dengan berkata, "Lagi galau bu."
"Lagi galau, bu, pacarnya lagi di rawat di rumah sakit," kata seorang cowok yang duduk di depan Alex.
"Naon sih maneh, nggak jelas," balas Alex sambil memukul punggung cowok tersebut yang membuat cowok itu meringis kesakitan.

"Yasudah, Alex, daripada kamu galau terus gitu tidak memperhatikan di jam pelajaran saya, mending kamu balikkan buku ini kepada Michael di kelas 12 IPA-1," kata ibu guru itu.
"Michael Davidson, bu ?" tanya Alex memastikan.
"Iya, meni hapal kamu ini," jawab ibu guru itu dan memberikan lihatan jahil kepada Alex.
"Ih, dia temen saya, bu," balas Alex sambil berdiri lalu berjalan menuju ke meja guru untuk mengambil buku tersebut dan langsung berjalan keluar kelas menuju kelas 12 IPA-1.

Sesampainya ia di depan pintu kelas 12 IPA-1 yang berada di lantai tiga, ia langsung mengetuk pintu dan membuka pintu tersebut.
"Permisi, pa, mau ngembaliin buku matematika milik Michael, dari Bu Jeni," kata Alex setelah membuka pintu tersebut.
"Silahkan," balas bapak guru itu sambil menghentikan kegiatan belajar mengajarnya, menunggu Alex memberikan buku itu.

Alex pun masuk lebih dalam lagi ke kelas itu, ia mengenali wajah seorang laki-laki yang duduk di depan, Austen, ya, dia sudah melihat wajah itu sejak ia lahir. Lalu, berjalan menuju Mike, yang duduk tepat di belakang Austen. Alex memberikan buku itu kepada Mike yang di balas anggukkan oleh Mike. Austen menatap punggung kembarannya itu menghilang di balik pintu kelasnya itu. Lalu Austen menghela napas lelah dan segera memperhatikan bapak gurunya lagi di depan.

Alex berdiri tepat di depan kelasnya yang masih tertutup itu tepat saat bel istirahat berbunyi, membuat dirinya yang tadi ingin membuka pintu tersebut, kembali menurunkan tangannya dan berjalan menuju kantin. Seperti biasa, mie ayam dan teh manis.

Tak lama, Kaylee, Devina, dan Anna datang membawa makanannya masing-masing.
"Tumben lo dateng duluan, biasanya selalu terakhir," kata Anna.
"Iya, tadi disuruh ngasih buku ke Mike sama Bu Jeni, pas mau balik kelas tiba-tiba bel, yaudah langsung aja ke kantin," jawab Alex.
Hening pun kembali menemani mereka, masing-masing sibuk dengan makanannya.

"Hari ini mau jenguk Jeff lagi ?" tanya Kay yang dibalas anggukkan oleh Alex.
"Eh, mobil gue," kata Alex sambil menunjuk kearah Kay.
"Hehe, iya iya, nanti gue bawain deh ke apartemen lo," jawab Kay. "Eh, lo ke sekolah gimana tadi ?"
"Minjem mobil bokap, makanya nanti lo bawain mobil gue ke rumah aja, nanti ketemuan di rumah gue," jawab Alex ringan.
"Bokap ?" tanya Kay, Anna, dan Devina bersamaan sambil menatap Alex heran.
"Kemarin gue balik sama Austen ke rumah," kata Alex sambil menekan kata rumah. "Di interogasi lah gue sama bokap, si Austen jadi ember bocor akhir-akhir ini. Jadinya gue tidur di rumah bukan di apartemen, dan karena gue baru bangun jam 6.45, jadi gue minta ijin ke bokap minjem mobil dia yang entah ada berapa banyak itu basement." lanjutnya.

"Berarti bokap lo, udah tahu dong lo punya apartemen sendiri ?" tanya Devina.
"Iya, pas dia nanya kayak gitu dan gue jawab iya, dia sempat kaget gitu tapi langsung jadi datar lagi mukanya," jawab Alex.
"Terus ?" tanya Anna, "sekarang gimana ?"
"Nggak tahu juga gue, kayaknya ya, kayaknya doang ini mah, dia seakan-akan udah nerima gue, dia juga katanya sempat ngeliat nilai lapor gue dari SMP sampai kelas 10 yang memang berkembang pesat, kemarin ada di nada bicaranya yang menyatakan bahwa dia bangga, cuman ya gitu weh, masih cuek," jawab Alex yang membuat lainnya mengangguk mengerti.

———

Saat bel pulang sekolah berbunyi, Alex bergegas keluar kelas dan berjalan menuju mobil nya. Ia menjalankan mobilnya dengan kecepatan rata-rata, karena tidak ada sesuatu yang harus ia kejar lebih lagi. Sesampainya di depan rumah, ia memasukkan mobil papahnya ke basement rumahnya, dan lalu masuk ke rumah, memperhatikan sekitar, rumahnya terasa sepi, hening, seperti tidak ada jiwa yang tinggal disana, padahal ada Mbok Ati sedang memasak untuk makan malam di dapur.

Alex berjalan memasuki kamarnya, merebahkan tubuhnya sebentar di atas ranjangnya, membuat dirinya menatap langit-langit kamarnya itu. Melayangkan ingatannya kembali pada beberapa tahun lalu, yang menampakkan dirinya masih duduk di bangku kelas 8 SMP, disaat dirinya masih tidak dianggap nyata oleh keluarganya sendiri. Menafkahi hidupnya sendiri dengan kerja kerasnya sendiri. Alex tidak ingin mengingat masa-masa kelam itu kembali, dan segera mungkin tanpa mandi terlebih dahulu, ia mengganti bajunya menjadi baju santai. Setelah dia sudah mengganti bajunya, ia membuka hp nya yang sudah menunjukkan notif dari group chat nya.

Kay : Kita udah di depan nih.

Alex : Oke.

Alex mengunci hp nya dan membawa tasnya menuruni tangga dan berjalan keluar rumah. Ia menemukan 2 mobil terparkir di depan rumahnya yang membuat Alex bingung.
Alex berjalan keluar pagar dan langsung berhadapan dengan Kay.
"Kita nggak ikut jenguk Jeff yes, jadinya Anna nyetir mobil gue," kata Kay memperjelas keadaannya sekarang ini.
"Why ?" tanya Alex.
"Emm, nggak apa-apa," jawab Kay seraya terkekeh pelan.
"Oke deh, hati-hati ya lo, gue duluan," kata Alex sambil berjalan memasuki mobilnya yang dibalas anggukkan oleh Kay.

Saat Kay sudah masuk ke dalam mobilnya, bertukar posisi dengan Anna, Devina yang duduk tepat di sebelah kursi setir pun langsung mengangkat suaranya.
"Lo yakin ?" tanya Devina.
"Yakin lah, ini itu demi kebaikannya Alex juga, kita sebagai sahabatnya harus memberikan dia yang terbaik," jawab Kay yang dibalas anggukkan oleh Devina dan Anna.

Tanpa Alex ketahui, tidak hanya Kay, Devina dan Anna saja yang menyimpan rahasia darinya. Bahkan ada orang lainnya pun ikut campur tangan dalam rencana besarnya Kay.

———
Selamat Membaca..

Stupid Romance [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang