Chapter 26

10 2 0
                                    

Hari demi hari Alex jalani seperti biasa, berjalan bersama Michael, bercanda bersama teman-temannya, memperdebatkan hal-hal yang  tidak perlu diperdebatkan dengan Austen, memarahi Devian karena ia terlalu ganjen kepada perempuan lain disaat dia sudah memiliki Anna, bahkan ia pun menjadi penasehat bagi Devina yang saat ini sedang didekati oleh salah satu cowok di sekolahnya.

"Sebentar lagi ada yang nggak jomblo lagi nih," kata Kaylee jahil sambil melirik Devina yang baru selesai curhat.

"Bacot lah lu teh, tolong ya, gue teh nggak suka samadia, nyebelin banget, nggak bisa diomongin, selalu ngeganggu gue, males pisanlah," balas Anna kesal sambil menyilangkan tangannya di depan dadanya.

"Kalau Devina ngebucin itu bakal kayak gimana ya woi ? Penasaran pisan siah gue," kata Anna sambil melakukan ekspresi berpikir.
"Jangan sampe deh, setidaknya jangan sama dia," jawab Devina.

Alex yang sedari tadi tidak bisa melepaskan tatapannya dari layar hpnya itu pun mengundang perhatian dari ketiganya.

"Tumben-tumbenannya si Alex diem, biasanya dia yang paling pecicilan," bisik Kaylee yang dibalas anggukkan setuju dari Devina dan Anna.

Diamnya Alex adalah sebuah tanda bahaya bagi mereka, sangat jarang sekali mereka melihat Alex diam, karena setiap harinya, bahkan disaat semuanya sedang bersedih, hanya Alex yang dengan mudahnya mengubah suasana, dan bahkan saat suasana sedang tegang, dengan mudahnya Alex mencairkan suasana dengan kelakuan-kelakuannya. Alex memang pada dasarnya memiliki sifat yang supel dan tidak mudah tersinggung, maka ia dengan mudahnya melakukan hal-hal bodoh yang dapat mengundang tawa.

"Oy," panggil Kaylee sambil melemparkan sembarang tissue ke arah Alex.

"Anjing, naon sih ?" tanya Alex kesal saat tissue itu mengenai mukanya dan dengan cepat ia melempar tissue itu kembali ke arah Kaylee.

"Ngapain sih lo ? Hp mulu dari tadi, kitanya dikacangin," tanya Anna penasaran.
"Bukan urusan lo," jawab Alex dengan sinis.
"Dih, galak banget," balas Kaylee.
"Kenapa sih lo ? PMS ? Apa lagi marahan ?" tanya Anna lagi.
"Jangankan marahan, dia bales chat gue yang kemarin aja enggak," jawab Alex.
"Hah, gimana-gimana ?" tanya Anna.

"Kemaren itu gue kan balik sama dia tuh, nah, itu teh masih fine-fine aja gitu, terus tiba-tiba malemnya, gue line dia, sampai sekarang nggak dibales-bales, mana dia juga nggak masuk lagi sekarang," jawab Alex menjelaskan.
"Sakit kali," balas Kaylee menebak.
"Kalau dia sakit, mamanya pasti ngasih tahu gue lewat hp dia," timbal Alex.
"Austen emangnya nggak tahu ?" tanya Devina yang membuat Alex menoleh kearahnya dan membuatnya bingung, "Apa ?" tanya Devina lagi.

"Kenapa gue nggak kepikiran ke sana ya ?" tanya Alex sambil menunjuk ke arah Devina.
"Gue mah emang pinter," jawab Devina seraya membanggakan diri.

Alex membuka kolom chatnya dengan Austen, mengetikkan pertanyaan yang sudah ingin dia tanyakan sejak kemarin ia mengirim pesan kepada Michael yang tak kunjung dibalas sampai sekarang

Alex : Ten, Michael masuk nggak ?

Austen : Nggak.

Alex : Tau nggak dia kenapa nggak masuk ?

Austen : Lagi ada acara keluarga.

Alex : Kok dia nggak ngomong ke gue ya ?

Austen : Mana gue tahu.

Alex : Ihh.

"Katanya lagi ada acara keluarga, tapi kenapa dia nggak ngomong gue dari kemarin ya ?" kata Alex seraya bertanya kepada dirinya sendiri.

"Eh, bentar gais, Michael kan koko gue yak, kok gue kayak nggak tahu apa-apa sih ?" tanya Anna.

Seketika Anna kembali melayangkan pikirannya pada sore hari kemarin setelah ia melihat Michael memasuki rumah.

"Abis dari Alex, ko ?" tanya Anna saat sedang menuruni tangga dan ingin ke dapur.

"Iya," jawab Michael.

"Muka lo kok pucet banget sih ?" tanya Anna bingung saat ia melihat ke wajah Michael.

"Beneran pucet banget ini teh ?" tanya Michael lagi untuk memastikan.

"Iya, pisan," jawab Anna lagi untuk meyakinkan.

"Pantesan,"

"Pantesan kenapa ?"

"Alex tadi ngomong ke gue kalau muka gue kayak lebih putih dari biasanya,"

"Lo kumat lagi ?" tanya Anna khawatir.

"Nggak tahu," jawab Michael seraya berjalan menaiki tangga.

Namun, sebelum ia mulai menapakkan kakinya di anak tangga pertama, tubuhnya mulai lemas dan kakinya pun sudah tidak kuat untuk menahan berat badannya dan seketika tubuhnya terjatuh dan dengan sigap Anna menahan badan Michael yang jauh lebih berat dari dirinya.

Dengan sekuat tenaga, Anna menahan badan Michael dan memanggil mamanya untuk membantunya. Dira pun langsung keluar kamar panik dan membantu Anna membawa tubuh Michael keluar rumah dan dengan sigap pak satpam ikut membantu dan memasukkan Michael ke dalam mobil. Dan dengan cepat, Dira mengemudikan mobilnya keluar halaman rumah dan menuju ke arah rumah sakit.

"Oh, iya, gue kan disuruh jaga rumah," kata Anna lagi berusaha menutupi kejadian asli.

Perkataan Anna tersebut, membuat Alex kembali menatap ke arahnya.
"Ada yang lo sembunyiin dari gue ya, Na ?" tanya Alex curiga.
"Hah ? Apaan ? Mana ada," jawabnya sambil menenangkan dirinya.
"Beneran lah, Na, gue khawatir banget soalnya," pinta Alex lagi.
"Beneran gue, Lex. Gue nggak boong," balas Anna.

Tak lama, Austen dan Devian datang menghampiri mereka, menyelamatkan Anna yang jumlah nyawanya sudah berkurang.
"Hai," sapa Devian seraya memeluk pundak Anna dari belakang.
"Eh, hai," sapa Anna balik sambil memeluk tangan Devian.
Sedangkan Austen hanya duduk di sebelah Kaylee dan merangkul pundaknya.

"Sumpah ya, ini jam istirahat terlama yang pernah gue rasakan," kata Devina.

"Sebenernya udah bel dari tadi sih, Dev, cuman kita nya emang lagi jamkos aja, jadi kita nggak naik-naik dari tadi," balas Alex menjelaskan.

"Lah, terus ini duaan kenapa bisa disini ?" tanya Devina sambil menunjuk kearah Austen dan Devian.
"Mabal, bosen pelajaran sejarah, cuman bikin ngantuk doang," jawab Austen.

"Eh, gais, hari ini mau jenguk Michael nggak ?" tanya Devian dengan santai dan mendapatkan pelototan dari Austen dan Anna.

Deg!
"Michael ? Jenguk ? Katanya ada acara keluarga kenapa tiba-tiba jenguk ? Emangnya dia sakit apa ? Kenapa nggak ada yang kasih tahu gue ? Sebenernya Michael itu sekarang lagi ada dimana ?" semua pertanyaan Alex tanyakan secara langsung, kekhawatiran yang tadi sudah mulai mereda, kini kembali menyeruak keluar karena pertanyaan yang ditanyakan oleh Devian tadi.

"Ah, lo sih," kata Austen sambil memukul tangan Devian.
"Ya, maap, gue kira dia udah tahu," balas Devian sambil mengelus-elus tangannya yang dipukul oleh Austen tadi."
"Tau apa ?" tanya Alex.

Austen dan Devian saling tatap bingung satu sama lain, tidak tahu harus apa, dan tidak tahu harus jawab apa, karena memang, karena hanya ada beberapa orang yang sudah dekat dengan  Michael dari dulu yang mengetahuinya.

"Austen, Devian, tau apaan ?" tanya Alex lagi.
"Bukan hak kita buat ceritain ini semua ke lo," jawab Austen.
"Ah," teriak Alex frustasi, kekhawatirannya kini semakin besar, ketakutannya kini kembali menyerang dirinya, ketakutan yang sama dulu ia rasakan kepada Jeff saat Jonathan mengatakan kepadanya bahwa Jeff kecelakaan lagi.

Rasa takut akan kehilangan seseorang itu kembali Alex rasakan. Dia masih belum siap untuk kehilangan untuk yang kedua kalinya. Dia masih belum rela untuk kehilangan Michael, orang yang sangat ia sayangi.

———
Haii
sekarang jadi jarang update ya, maap banget-banget, karena aku juga sekarang udah mulai bikin novel baru dan tugas sekolah membunuhku, jadi maapkann..

Jangan lupa vote yaa!!!

Selamat Membacaa...

Stupid Romance [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang