#67 [Kesempatan]

555 88 28
                                    

[Minggu, pukul 9 pagi]

Ruby melangkah ke arah kamar Jimin sembari membawa nampan berisi roti selai dan segelas susu hangat. Kebetulan Taehyung dan Hyooran pergi beberapa menit yang lalu untuk menemui Rena dan Jungkook. Jadi Ruby dititipkan kembali untuk menjaga Jimin.
.
.
.
'Semoga Jimin suka dengan sarapan yang kusiapkan ini.'
.
.
.
"Setelah kupikir-pikir, ada bagusnya juga jika Yoongi mati. Dengan begitu, Minhee akan menjadi milikku kembali. Kenapa aku baru kepikiran ya? Aishh!."

"Aku harus mengeluarkan monster itu sebelum Rena yang melakukannya. Dengan begitu, Yoongi akan mati. Aku akan mengeluarkannya tepat saat Rena akan menghadap Poseidon. Haha, rencana bagus."

Deg!

Seketika Ruby terdiam mematung. Padahal tangannya sudah berada di knop pintu, hampir saja ia ingin membuka pintu kamar Jimin.
'Apa itu barusan? Aku tidak salah dengar kan? Apa maksud Jimin? Kenapa dia berbicara seperti itu?.'
.
.
Ceklek~

Deg!

Ruby spontan terkejut saat Jimin membuka pintu kamarnya tiba-tiba dan menyorot Ruby dengan tatapan tajam.

"Kau tadi mendengarnya ya?!."

Deg!

'Bagaimana mungkin Jimin bisa tahu? Dia bahkan terlihat seperti bisa menyadari keberadaanku. Sejak kapan dia bisa mendeteksi seperti siren-siren pada umumnya? Sudah kuduga ada yang tidak beres.'

"Kenapa diam saja?!."

"Ah, maaf, Jim. Aku kesini hanya membawakan sarapan untukmu."

Jimin melirik sejenak ke arah nampan yang dibawa Ruby,

PRANKK!

Ruby membulatkan matanya saat Jimin melempar nampan tersebut ke sembarang tempat. Membuat nampan beserta isinya tersebut menjadi berceceran di lantai.

"Jim, apa yang kau lakukan?!."
.
.
"Kyaa!!!."

Jimin langsung menarik tangan Ruby dan menyudutkan gadis itu ke arah dinding. Ia memperlihatkan manik emasnya dan spontan membuat Ruby bergetar ketakutan.

"Aku peringatkan padamu untuk tidak ikut campur urusanku! Jika tidak..."

Jimin membelai rambut Ruby perlahan sampai ke ujung dagu, lalu mendongakkan kepala gadis itu agar menatap manik emasnya lebih dalam.

"Aku akan menghabisimu."-Lanjut Jimin sembari menampilkan senyuman evil.

Deg!

"K-kau bukan Jimin! Siapa kau sebenarnya?!."

Jimin terkekeh pelan.
"Sudah kuduga kau akan mengira begitu. Tapi kenyataannya kau harus menerima sosok diriku yang sekarang. Sebenarnya, aku ini adalah siren."

'Apa?! Tidak, itu tidak mungkin!.'

"Sekarang kau sudah tahu kan. Jadi kuperingatkan sekali lagi agar kau jangan berani macam-macam padaku atau ikut campur urusanku! Apalagi memberitahu identitas asliku pada Hyooran, kau mengerti!?."

SIRENA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang