15. Anniversary Daniel's Parents

87.3K 7.7K 105
                                    

Dewangga tersenyum puas saat melihat dekorasi red and gold yang menghiasi Nusantara Restaurant malam ini. Pria itu juga tampak puas dengan tatanan makanan yang ditata rapi di meja panjang dengan tumpeng nasi kuning raksasa di tengahnya. Syukurlah semua berjalan sesuai rencana.

Tak berapa lama kemudian akhirnya keluarga besar Daniel datang. Mereka begitu puas dengan service yang restoran Nusantara berikan. Membuat senyuman Dewa semakin lebar. Dewa punya senyum yang menawan, membuatku dari tadi begitu sulit mengalihkan pandangan, dan aku benci saat diriku mulai melampaui batasan.

Sadar diri, Pitaloka!

"Ya ampun ini Dayu, ya?" tanya seorang wanita yang masih sangat cantik meski wajahnya sudah dipenuhi beberapa kerutan.

Aku menatap wanita tersebut dengan pandangan bertanya, tapi setelah itu aku tersenyum lebar seraya memeluk wanita tersebut yang tak lain adalah Miranda Kartika yang merupakan ibu dari Daniel Rajendra. "Iya Tante ini Dayu. Tante Mira apa kabar?"

"Kabar Tante baik. Kamu apa kabar Sayang?"

"Aku juga baik, Tante. Oh, ya, happy anniversary yang ketiga puluh tiga, Tan. Semoga langgeng sampai maut memisahkan, selalu bahagia, dan semakin lengket sama om Ridwan," doaku tulus.

"Amin. Terima kasih doanya Sayang. Oh, ya, doakan juga Tante cepet punya cucu," sindir Miranda seraya melirik Daniel.

Daniel tersenyum jahil. "Kalo Mama pengen punya cucu aku bisa buatin saat ini juga. Karena itu buatnya gampang," candanya.

Miranda melotot, kemudian menjewer telinga Daniel. "Jaga omonganmu bocah sangklek. Gimana bisa kamu buatin Mama cucu kalo pacar aja nggak punya? Mau jadi laki-laki kardus?" omelnya.

Daniel berdecak seraya menggosok telinganya yang memerah karena jeweran Miranda. "Lagian Mama aneh-aneh aja. Udah tau aku nggak punya pacar tapi masih aja nuntut minta cucu."

"Makanya cari cewek sana! Jangan main terus sama tante-tante girang. Mau sampai kapan jadi perjaka tua? Oh, maaf, Mama salah kamu pasti udah nggak perjaka lagi."

Daniel melotot. "Ya ampun Mama! Kenapa suka banget ngejelekin anak sendiri, sih?"

"Ngejelekin apa? Mama cuma bicara fakta." Telak. Daniel hanya bisa memandang mamanya dengan pandangan tak percaya. Sedangkan tawaku langsung meledak saat melihat interaksi antara ibu dan anak yang super absurd itu. Mereka tidak pernah berubah, bahkan setelah bertahun-tahun berlalu.

Miranda tersenyum lebar. "Jendra bener. Kamu udah berubah Sayang. Kamu cantik kalo lagi ketawa." Kali ini Miranda menatapku serius. "Kenapa nolak waktu minggu lalu diajak Jendra mampir ke rumah?" tanyanya.

Aku meringis kecil. "Maaf, Tante, aku nggak bermksud nolak. Tapi akhir-akhir ini kantor emang lagi hectic banget. Jadi belum sempet main. Dayu janji, kalo udah nggak begitu sibuk bakal mampir," jelasku rikuh.

Miranda mengangguk mengerti. "Tante pegang janji kamu, ya? Tante tunggu, lho, di rumah!"

"Siap, Tante!"

Miranda tertawa renyah. Wanita itu masih kelihatan cantik Walau usianya sudah memasuki kepala lima. "Eh, Pah, masih inget nggak ini siapa?" tanya Miranda pada Ridwan Rajendra-suaminya.

Trapped  (Terbit) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang