08. Pertunangan Yuki

91.4K 8.2K 73
                                    

Suara ketukan yang berasal dari pintu depan membuatku segera berjalan cepat ke arah pintu lalu membukanya.

Di depan sana terlihat Dewa yang menggunakan tuxedo hitam serta sepatu pentofel mengkilap. Rambutnya di tata rapi dan wangi maskulin yang menguar dari tubuhnya membuat ia semakin jantan.

Harus kuakui bocah yang tiga tahun lebih muda dariku itu benar-benar tampan sore ini. Aku berdeham pelan, entah kenapa tenggorokanku tiba-tiba terasa kering. “Sore, Mas Dewa! Silahkan masuk dulu,” ujarku seraya membuka pintu lebih lebar. Dewa mengangguk lalu segera melangkah ke arah sofa dan duduk di sana.

“Sebentar, Mas, saya ambilin hadiahnya dulu,” ujarku seraya berjalan ke kamar.

Aku mengambil hadiah yang ada di atas kasur seraya berdoa semoga Dewa tidak protes dengan cangkir couple-an yang dibungkus kertas kado gambar Doraemon ini.

Dewa mengerutkan dahi saat melihat kado yang aku bawa. Sudah kuduga Doraemon adalah pilihan yang buruk! Sebelum Dewa protes aku pun menjelaskan lebih dulu. “Jadi, Mas, isi kado ini cangkir couple-an yang kalo dijejerin bakal membentuk tulisan I Love You—“

“Pit—“

“—dan saya janji ini sama sekali nggak norak. Kualitas cangkirnya juga bagus karena dari keramik terbaik. Oh, ya, soal bungkus kadonya yang gambar Doraemon Mas Dewa nggak perlu khawatir. Sumpah, deh, Mas Dewa bakal tetap keliatan jantan walau bawa kado gambar Doreamon ini ke sana—“

“Pitaloka—“

“—lagian, ya, Mas, yang terpenting kan, isinya bukan bungkusnya. Serius Mas Dewa nggak usah malu bawa kado gambar Doraemon ini ke pertunangan Yuki. Yuki bakal suka, saya jamin. Doraemon itu imut, gemesin, biru, gendut unyu-unyu, sama kaya Mas Dewa yang—“

“Pitaloka!” Kali ini Dewa menaikkan suaranya satu oktaf.

Aku mengerjap polos. “Ya, Mas?”

“Kamu nggak siap-siap?” tanya Dewa seraya memindai tubuhku dari atas sampai bawah.

“Siap-siap ke mana, ya, Mas?” tanyaku bingung.

Dewa menghela napas pelan. “Ke pertunangan Yuki, Pitaloka. Kamu temenin saya,” jawabnya tanpa dosa.

“Tapi saya, kan, nggak diundang, Mas,” infoku.

Dewa menatapku setajam silet. “Jadi kamu nggak mau?” tanyanya dingin.

Aku meneguk ludah kasar, tatapan Dewa benar-benar seperti mengulitiku hidup-hidup. Aku mendesah pasrah, lalu segera beranjak ke dapur untuk mengambil minum untuk Dewa.

Setelah itu barulah aku masuk kamar untuk bersiap-siap dan berdandan seadanya. Sembari berdoa semoga aku bukan orang paling buluk di pesta nanti. Dewangga kampret! Kenapa nggak bilang dari kemaren coba kalo mau ngajakin gue? Seenggaknya, kan, gue bisa ke salon dulu!

***

Setelah tiga puluh menit perjalanan, sampailah aku di sini. Di pesta pertunangan Yuki sebagai tamu tak diundang dengan penampilan seadanya tapi tetap mencoba percaya diri. Karena kepercayaan diri bagi wanita adalah segalanya. Remember girls, nggak ada yang namanya cewek jelek, karena cantik sudah kodrat semua wanita dari lahir. Ingat, kamu cantik dan akan selalu begitu.

Trapped  (Terbit) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang