17. H-1

84.4K 7.2K 90
                                    

Hari ini aku sengaja menunggu Ayu agar kami bisa pulang bersama. Namun, sudah lebih dari lima belas menit dari berakhirnya jam kantor, anak-anak marketing belum ada yang terlihat satu pun batang hidungnya. Sepertinya mereka ada rapat penting. Memang, sih, diakhir bulan begini tim marketing harus bekerja ekstra keras agar target yang diberi perusahaan terpenuhi.

“Maaf lama!” seru Ayu seraya berjalan cepat ke arahku.

Aku mengangguk mengerti. “Mami monster ngamuk lagi?” tanyaku.

Ayu menggeleng. “Cuma rapat akhir bulan biasa, sih. Lo tau, kan, seribet apa anak-anak marketing di akhir bulan? Semua target harus terpenuhi,” jelas Ayu yang langsung aku angguki mengerti.

By the way, mau ke mana, sih, kita? Kok, lo ngebet banget ngajakin gue jalan sore ini?” tanya Ayu dengan kerutan di dahinya.

“Nge-mall,” jawabku.

Begitu mendengar kata ‘mall’ kedua mata Ayu langsung berbinar. “Bonus lo baru cair, ya?” tanyanya.

“Ho-oh,” jawabku.

“Berapa-berapa? Lima kali lipat dari bulan lalu pasti!” serunya sok tahu.

Aku mendengus. “Pala lo lima kali lipat! Yang ada darah tinggi gue yang naik lima kali lipat gara-gara Dewa!”

Ayu terbahak. “Seenggaknya bisa cuci mata. Dewa, kan, gantengnya ora umum!” Gadis itu menaikkan satu sudut bibirnya. “Tapi bonus lo naik, ‘kan?”

Aku mengangguk. “Lumayanlah,” jawabku yang langsung membuat Ayu menatap mupeng ke arahku. Tentu saja aku paham kode keras sahabatku itu.

“Iya, iya, karena besok lo tiga puluh tahun dan tandanya udah semakin tuir walau masih perawan ting-ting, buat hadiah ulang tahun lo, gue bakal beliin tiga barang yang paling lo pengenin. Gue bakal jadi ibu jin lo sehari,” jelasku.

“Yes! Gue janji bakal jadi anak yang patuh ibu jin! Yuk kita ke mall sekarang!” girang Ayu.

“Tapi tetep tau diri, ye! Kalo lo minta beliin sepaket skinker ESKA II mending lo jual ginjal aja!” seruku mewanti-wanti karena beberapa minggu terakhir Ayu sangat terobsesi pada merek skin care itu. Gila aja kalo Ayu minta itu, langsung jatuh missqueen gue!

Tak berapa lama mobil yang kukendarai akhirnya sampai di mall. Setelah memakirkan mobil di parkiran, Ayu langsung menyeretku masuk ke mall dan sesuai prediksiku Ayu langsung menyeretku ke toko buku. Sahabatku itu memang maniak novel dan buku komik. Bahkan, di rumahnya gadis itu punya dua rak buku yang sudah terisi penuh.

Begitu sampai di toko buku, Ayu langsung menyisir setiap rak dengan netranya. Segera ia mengambil novel yang sudah lama menjadi wishlist-nya tapi belum sempat terbeli. Sedangkan aku cuma bisa memperhatikan seraya melotot saat Ayu mulai kalap—asal ambil ini itu. Kalo nggak begitu bisa-bisa gue langsung bangkrut!

Setelah membeli buku, Ayu langsung meminta permintaan yang kedua, kali ini sahabatku itu tidak minta hal yang neko-neko. Ayu hanya minta dibelikan paket komplet Hoka-Hoka Bento. Itu pun karena kami memang sedang lapar-laparnya, jadi sekalian saja makan malam.

Setelah makan di restoran Hokben, Ayu langsung menyeretku ke toko aksesoris dan gadis itu hanya membeli gelang tali murahan yang harganya tidak lebih dari lima belas ribu sepasang. Sungguh ini membuatku bingung. Ayu yang ogah rugi itu nggak lagi kesambet jin waras ‘kan? Ini gue lagi ngebebasin dia beli apa aja, lho.

“Yakin ini barang terkhir yang ingin lo beli?” tanyaku sekali lagi.

Ayu mengangguk mengiakan. “Iya, Pitaloka. Kan, dari tadi gue bilang iya,” jawabnya gregetan.

Trapped  (Terbit) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang