بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
***
Jika saja pintu taubat yang begitu besar itu terlihat, sudah pasti aku akan berlari karena bulir-bulir dosa terus mengalir tiap detiknya, tetapi kenyataannya saat ini aku hanya dapat merangkak, Ampuni Hamba Ya Allah."-Miracle Krista Ravegaf-
***
Seruan degub jantung akibat tepukan di pundak membuat seluruh organ persendianku merinding. Bukankah tadi sepi di belakangku? Lantunan istighfar dan bismillahirahmanirrahim terucap, semoga bisa mengecilkan sesuatu yang tak kasat mata. Hingga terdengar suara lembut seorang gadis yang membuatku menoleh."Astaghfirullahal'adzim Maryam! Kamu tuh ngagetin aja!" kataku sembari mengelus dada dan mengatur napas.
"Hihi, Assalamualaikum Cle, padahal aku udah salam dari tadi loh. Lagi ngeliat apaan sih?" kata Maryam menyelidik.
"Lagi lihat...muridku tadi Mar, soalnya baru kali ini aku lihat dia dijemput ayahnya," kataku sembari membenarkan sudut khimar.
"Oalah dia si Izza itu ya? Eh btw Bang Tafa sudah di depan nunggu kita loh yuk Cle," kata Maryam sembari menarik tanganku.
Bang Tafa? Aku menelan saliva, mendadak guratan-guratan di dahi menjadi satu. Semoga saja tidak ada kecanggungan nanti.
***
Didalam mobil kualihkan pandangan keluar, jika saja tahu lebih awal Maryam menjemputku dengan Bang Tafa, aku tidak akan mau. Bukan, aku tidak membencinya, tapi...
"Apa kabarmu Cle?" suara Bang Tafa membuatku sampai tersedak liur sendiri.
"Alhamdulillah, baik Bang, Bang Tafa sendiri gimana?" Deg...netraku bertemu dengan netra legamnya di kaca spion.
"Alhamdulillah baik juga Cle. Bagaimana pekerjaan barumu? Sudah nyaman?" katanya sembari menaikkan tuas lampu sein-nya.
"Sudah nyaman Bang, Alhamdulillah. Tesis Abang bagaimana?"
"Masih sama seperti dulu Cle tinggal mengkaji hasil dari purposive sampling—lain, karena yang kemarin masih kurang menurut Prof. Mizan." Aku hanya Ber-Oh ria. Entah mengapa suasana menjadi semakin dingin, apalagi telapak tanganku.
"Bang Tafa itu Cle, jarang pulang hampir sama kayak bang toyib, makanya selagi Abang pulang aku jadiin sopir, hihihi," kata Maryam sambil membentuk huruf V pada dua jarinya.
"Abang kan kerja Mar, bukan main-main," kata Bang Tafa yang masih sibuk dengan kemudinya.
"Iya-iya yang sibuk kerja, sampe lupa cari istri. Bunda sama Ayah udah pengen gendong cucu itu loh Bang." Bang Tafa hanya menggeleng dan sesekali melihat spion diatasnya, netra kami bertemu untuk kedua kalinya. Sontak membuatku membuang tatapan kearah lain.
***
Mobil fortuner hitam telah sampai di depan kampus. Setelah mengucapkan terima kasih segera kaki mungilku meninggalkan kecanggungan dengan Bang Tafa. Hanya lima belas menit perjalanan tetapi rasanya seperti lima belas tahun. Belum lagi netra kami bersirobok, Astaghfirullahal'adzim.
Aku berjalan beriringan dengan Maryam melewati lorong nan teduh. Khimarku terkoyak angin lembut, menuntun langkahku pada pintu kaca bertuliskan "Fakultas Pendidikan."
Hari ini perkuliahan belum dimulai, hanya dimanfaatkan mahasiswa untuk mengurus jadwal KRS. Tetapi kampus nampak ramai sekali, tidak seperti biasanya yang hanya diisi kegiatan rapat menyambut mahasiswa baru, mungkin saja mereka rindu dengan kampus dan asupan wi-fi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahkota Surga [SELESAI]
SpiritualUpdate setiap hari Senin dan Jum'at . Sejauh apapun burung merpati pergi akan selalu kembali pulang, tetapi pulang merupakan kata terakhir bagiku. Hakikat pulang yang sebenarnya adalah kembali kepada Allah. Jika satu kata rindu membawamu untuk pula...