بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
****
Setengah jam menjelang shalat ashar aku sibuk melihat youtube tutorial memasak untuk mas suami dan si gembul Izza. Dentingan whatssap membuat tubuhku terperanjat.Bunda Mawar Izza
Terima kasih telah menjadi istrinya... dan ibunya Izza... Aku tahu, saat Ahnaf sudah memilihmu saat itu juga hatiku menjadi tenang. Karena dia pernah berjanji untuk tak menempatkan hatinya kepada madu yang lain. Ahnaf berhak bahagia tanpaku... terima kasih untuk tetap kuat dan.... titip peluk hangat untuk Ahnaf dan Izza.
Jantungku tiba-tiba berdegub kencang. Rasanya campur aduk, mengapa ada pesan dari almarhumah istri Mas Ahnaf?
Sedangkan Mas Ahnaf sedang terlelap di sampingku, akibat terlalu lelah dalam perkara. Tiba-tiba bulu kudukku merinding. Aku menggeleng cepat lalu merengkuhnya dengan erat. Seketika moodku berubah menjadi tidak karuan.
Kubisikkan di telinganya pelan, "Mas sayang bangun dulu yuk, sudah mau adzan."
Tubuh kekarnya masih menggeliat, kedua lesung pipinya tercetak saat matanya mulai menyipit. Mas Ahnaf malah menarikku lebih dalam pelukannya. Dapat kucium aroma citrus yang masih membekas. Bibirnya tepat di keningku. Ya Allah jantungku, mengapa tidak dapat terorganisir dengan baik padahal sudah lebih dari 12 purnama aku bersamanya.
"Mas Sayang... kok aku merinding ya, tiba-tiba almarhumah istrimu whatssap aku..."
Mas Ahnaf mengendurkan pelukannya. Lalu membuka matanya perlahan.
"Masa iya? Itu tidak mungkin Sayang. Hapenya sudah lama tidak aktif dan tersimpan rapi di lemari kamar belakang," kata Mas Ahnaf makin membuatku merinding.
"Beneran Yang ini barusan aja dapet WA, dulu juga pernah di WA pas habis ziarah makam istrimu, jadi merinding...." kataku sambil mengusap tangan.
"Waduh kok Mas juga ikut merinding ya, boleh lihat Sayang pesan WA-nya?"
Aku langsung menyodorkan gawaiku kepada Mas Ahnaf. Jari jemarinya membulirkan layar sentuh sambil membaca awal mula aku mendapatkan pesan itu.
"Tapi Mas... aku terkadang masih merasa tidak bisa menjadi seperti almarhumah yang baik dalam melayani Mas ataupun Izza. Padahal aku hanya tahu namanya, tapi seperti sudah mengenalnya..."
"Hmmm sepertinya Mas merasakan sesuatu..." kata Mas Ahnaf sambil bersandar.
"Sini Sayang mendekatlah...."
Mas Ahnaf menarikku dalam dadanya."Berdetak cepat ya? Mas gugup," katanya lembut. Jangan tanya jantungku, berpacunya 3 kali lipat dari detak Mas Ahnaf.
Aku hanya mengangguk.
"Sayang tahu jika yang membuat Mas berdetak cepat seperti ini?" Aku menggeleng.
"Karena berada di sampingmu. Setiap detik yang terlewat, setiap detak juga tercipta untukmu. Tidak perlu mengkhawatirkannya, tidak perlu merasa takut. Aku sudah mencintamu dari awal. Terima kasih sudah membuatku berdetak dengan alasan mencintaimu...."Satu kecupan tepat di keningku. Air mataku terjun bebas tanpa kompromi. Mengapa aku sangat sensitif, padahal sudah berulang kali menguatkan hati. Karena bukan tentang bagaimana dapat menjadi istri yang sempurna tapi mengusahakan yang terbaik untuk mendapat ridho-Nya lewat perantara suami.
"Benarkah begitu Mas, tapi siapa ya yang sampe WA gini pake nomernya Mbak Hana?"
Mas Ahnaf mengangkat bahunya. Ia beranjak lalu mengambil sesuatu dalam laci lemari. Sepucuk surat beramplop merah jambu sudah berada dalam genggamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahkota Surga [SELESAI]
SpiritualUpdate setiap hari Senin dan Jum'at . Sejauh apapun burung merpati pergi akan selalu kembali pulang, tetapi pulang merupakan kata terakhir bagiku. Hakikat pulang yang sebenarnya adalah kembali kepada Allah. Jika satu kata rindu membawamu untuk pula...