Bab 11 - Bunda Izza?

3.7K 565 81
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

*

**

Selama hampir setengah jam aku menunggu angkutan kota yang tak kunjung lewat. Peluhku membanjiri khimar. Bapak Udin-ojek daring yang kemarin sempat tersimpan nomornya sedang sakit tak dapat menerima orderan hari ini. Sungguh malang sekali, padahal hanya dengan itu ia dapat mencari nafkah. Rencananya selepas rapat panitia di kampus akan mengunjungi rumah Pak Udin bersama Maryam.

Gawai ku bergetar menunjukkan penanda bahwa batrei tinggal 10% efek lupa mengisi daya, padahal tadinya akan-membuka aplikasi ojek daring. Namun tiba-tiba ada mobil hitam berhenti tepat di depanku, saat kacanya terbuka setengah. Suara nyaring seseorang membuat sudut-sudut bibirku terangkat.

"Miss Cle! Miss Cle! Assalamualaikum," kata Izza melongok dari kacanya.

"Waalaikumussalam warahmatullah Izza sayang."

"Miss Cle mau kemana? kok sendilian?" tanya Izza.

"Miss Cle mau ke kampus Sayang," kataku sedikit menunduk mengusap pucuk hijabnya.

"Ayaah! Izza mau tulun..." katanya sambil menoleh ke belakang.

Terdengar suara bariton dari dalam mobil. Saat membuat posisi kepalaku lebih menunduk, netraku bersirobok dengan-Pak Ahnaf. Hari ini ia berpenampilan santai hanya berkaus polos berwarna eggplant, Masya Allah. Kenapa degub jantungku berdetak sangat cepat. Aku lupa mengenai satu hal, jantungku berdenyut karena-Nya.

"Sebentar Sayang, nanti ayah buka kuncinya kalau sudah parkir dengan benar ya," kata Pak Ahnaf sembari menekan tombol lampu hazard.

Segera tanganku melambai cepat seraya berkata, "Tidak perlu parkir Pak Ahnaf. Angkotnya sebentar lagi akan datang. Itu sudah terlihat."

"Izza sayang, besok senin aja ketemu Miss Cle lagi ya di sekolah. Nanti Miss bakal certain, fabel yang bagus pokoknya," kataku sembari menangkupkan pipi Izza. Bibir Izza sudah menjadi lima centimeter alias mcc-mecucu.

"Nggak mau Miss, celitainnya sekalang, Miss masuk mobil aja bial diantel ayah. Ayah tahu kok komposnya Miss, ya kan Yah?" Aku mengerjap bingung. Kenapa Izza tahu ya jika Pak Ahnaf pernah ke kampusku?

"Kompos? Kampus mungkin sayang," kata Pak Ahnaf menggerakkan kemudinya membuat posisi mobil lebih dekat.

"Iya Miss tidak apa-apa. Saya juga sekalian arah sana kok. Bareng kita saja, itung-itung mempermudah jalan orang lain mencari ilmu," katanya dengan senyuman.

Ini namanya rejeki yang tak ter-duda! Eh terduga. Suara klakson mobil dari belakang membuatku menjadi panik karena ternyata antriannya sudah panjang. Mungkin karena Pak Ahnaf telat menyalakan lampu hazard. Apa aku harus...

"Nah Miss ayo masuk, duduk sini." Izza menarik tanganku lewat kaca lalu menepuk-nepuk bangku di sebelahnya.

Central lock terbuka kupasrahkan saja terduduk menempati kursi belakang bersama Izza. Ia memilin tanganku, menyubit hidungku, mengerjapkan matanya lucu. Selama perjalanan di dominasi oleh celotehan Izza yang menceritakan tentang kelincinya yang bernama sakula baru saja mati. Kasian.

"Kasian ya Miss, sakula mati. Memang sakula nanti bisa masuk sulga sama kayak bunda?" tanya Izza. Benar-benar pertanyaan Izza terlampau membuatku berpikir. Jujur saja tidak pernah berpikir sampai situ. Yang kutahu semua yang bernyawa pasti akan mati, dan akan di bangkitkan pada hari pertanggung jawaban kelak. Aku menggigit bibir bawahku sembari tersenyum.

Mahkota Surga [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang