Kyungsoo menarik napas lalu membuangnya beberapa kali sebelum memulai ceritanya.
"Baekhyun dan aku... kami memang pernah bersahabat. Aku mengenalnya di Taman Bermain. Dulu, ia adalah seorang anak yang sangat periang, baik hati dan cengeng.
"Waktu itu, kami satu kelas sedang berlomba lari dan kakiku tersandung kaki salah satu temanku—menyebabkan aku jatuh terjerembab di tanah. Lututku berdarah karena tergores, namun bukan itu intinya." Kyungsoo berhenti sejenak dan tersenyum geli.
"Bila anak-anak lain menjerit dan berlari memanggil guru, Baekhyun berlari ke arahku. Begitu melihat luka di lututku ia menangis—ya, itu yang membuatku heran—lalu mengeluarkan sebuah plester luka dari kantungnya dan menyerahkannya padaku." mata Kyungsoo menerawang ke langit, bibirnya tidak berhenti melekukkan sebuah senyuman.
"Ia mengatakan bahwa ia pernah jatuh sepertiku namun tidak ada yang menolongnya. Rumahnya sangat besar sampai-sampai tidak ada yang mengetahui keberadaannya." kini Kyungsoo menatap Chanyeol. "Maka dari itu ia ingin menolongku, karena ia tahu rasanya sangat sakit."
Chanyeol terdiam mendengar cerita Kyungsoo. Jujur saja, bocah yang baru saja diceritakan itu tidak terdengar seperti sosok Byun Baekhyun sama sekali.
"Singkat cerita, kami mulai berteman, dan saat kami kelas 5 SD, kamipun meresmikan status persahabatan kami." Kyungsoo terkikik, kemudian menyantap ramennya lagi, mengunyah sampai habis dan kembali melanjutkan.
"Baekhyun adalah anak yang sangat pintar. Ia sering menjadi juara kelas, kami kerap bertukar-tukar urutan pertama dan kedua, namun aku tidak pernah melihatnya sebagai saingan. Malahan, kami sering bekerja sama dan membantu satu sama lain."
Kyungsoo memainkan kuning telur yang ada di mangkuknya sebelum melahapnya. "Persahabatan kami berlangsung lancar sampai kami duduk di bangku SMP. Baekhyun mengajakku untuk pindah ke sekolah milik ayahnya, tentu saja aku setuju.
"Di SMP, kami tetap lengket dengan satu sama lain, sampai pada suatu hari." cahaya di mata Kyungsoo meredup, dan Chanyeol langsung mengetahui bahwa semuanya akan berubah saat itu.
"Aku ingat sekali, hari itu adalah pembagian ujian Bahasa Inggris. Ibuku pernah tinggal di Australia selama empat tahun, dan ia selalu mengajariku berbahasa Inggris dari kecil. Katakan saja, nilai ujianku lebih tinggi dari Baekhyun." lanjut Kyungsoo, lalu meletakkan sumpitnya di mangkuk meskipun ia belum selesai makan.
"Kami berdua tidak peduli, lagipula nilai kami hanya terpaut empat poin. Aku mendapat sempurna, dan ia mendapat 96. Hal ini sudah biasa menurut kami," ucapnya sebelum meneguk tehnya lagi.
"Namun tiba-tiba, esok harinya, Baekhyun enggan berbicara denganku. Jangankan berbicara, beradu tatap saja tidak. Sejak hari itu, ia benar-benar menjauh dariku tanpa aku tahu mengapa." wajah Kyungsoo berubah sendu.
"Yang aku dengar dari orang-orang, ayahnya baru pulang dari Kanada tepat kemarin. Namun aku masih tidak mengetahui alasan ia menjauhiku bila dikaitkan dengan informasi itu."
Chanyeol memakan ramennya sambil menyimak ucapan Kyungsoo dengan baik, karena ia tidak menyeletuk seperti beberapa saat lalu lagi.
"Aku khawatir dan sangat merindukannya, namun aku memilih untuk diam. Bila Baekhyun sedang sedih, ia biasanya menyendiri, dan aku akan memberikannya waktu selama apapun asal ia dapat menenangkan dirinya dan kembali seperti semula."
"Namun aku salah, sebulan sudah berlalu dan hubungan kami semakin renggang. Ia tidak pernah mampir ke rumahku lagi, ataupun sekadar bertegur sapa bila kami bertemu di jalan dan di sekolah. Masa ujian sudah kami lewati, dan aku mendapati beberapa nilaiku lebih tinggi darinya, meskipun beberapa nilainya juga lebih tinggi dariku." Kyungsoo kembali menyantap makanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
i. hello, angel • chanbaek (end)
Fanfiction[BAKU; COMPLETED] Buku pertama dari seri "hello, angel". #4 in exok #5 in exom #6 in baekhyun #8 in chanbaek #9 in baekyeol #48 in exo #52 in highschool --- Dengan kekayaan orang tuanya yang melimpah, nilai-nilai akademik yang melambung tinggi, kedu...