s e v e n t e e n

4.1K 702 226
                                    

Hi semuanya maaf telat update lagi hehe maklumin ya kmrn aku sibuk nugas 😭 Long chapter nih buat kalian!

"Ah." wajah Jeno kemudian berubah menjadi cerah begitu menyadari keberadaan kakak kelasnya yang lain itu. "Bagaimana kalau Baekhyun-hyung ikut dengan-"

"Tidak mau!" jerit si lelaki yang bertubuh paling mungil diantara ketiganya sebelum Jeno sempat menyelesaikan omongannya. "Pokoknya aku ikut denganmu, titik."

Jeno menghela napas sambil mengusap wajahnya dengan kasar. Kakak kelasnya yang satu itu memang selalu begitu, keinginannya memang selalu harus diikuti dan ia akan melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang ia kehendaki.

Bagi seluruh warga sekolah, Baekhyun memang ditakuti dan akan selalu dituruti layaknya raja, namun, bagi para anggota basket, Baekhyun terkesan lebih manusia. Jika ia salah ia ingin dikoreksi dan jika ia meminta ia dapat dilarang.

Kehormatan seperti itu memang hanya akan didapatkan oleh para anggota basket karena mereka semua memang sudah sangat dekat satu sama lain sehingga menganggap sesama anggota basket sebagai keluarga.

Maka dari itu Jeno berani untuk menolak. "Tapi, hyung, kau tahu kan, nenekku tidak menyukai keramaian..."

Baekhyun melipat kedua tangannya di dada. "Bukankah yang membuat ramai justru saudara-saudaramu yang lain? Aku kan, hanya satu orang." jawaban cerdas seperti itulah yang kadang membuat lawan bicara Baekhyun hanya dapat menyerah.

Jeno baru membuka mulutnya untuk mencoba berdebat namun seseorang mendahuluinya.

"Tapi dengan keberadaanmu disana, rumah Jeno akan semakin ramai. Meskipun saudara-saudaranya banyak, setidaknya mereka datang karena memang diundang." tiba-tiba kakak kelasnya yang jangkung itu mengangkat suara. "Memangnya, kau diundang?"

Jeno dan Baekhyun memandang si jangkung itu dengan raut wajah yang berbeda, yang satu terlihat lega dan yang satu terlihat kesal.

"Aku dekat dengan keluarga Jeno," Baekhyun membalas ucapan si jangkung dengan ketus. "Meskipun tidak diundang, mereka pasti menerima kehadiranku disana."

Chanyeol memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya seraya memandang Baekhyun remeh. "Lalu dimana etikamu sebagai anak berkelas jika menumpang di rumah orang yang sudah jelas-jelas keberatan?"

"Jeno tidak keberatan, dia hanya tidak enak dengan neneknya."

"Intinya dia keberatan. Lagipula bukankah kau cukup pintar sehingga dapat berpikir waras untuk tidak mengganggu acara keluarga orang?"

Jeno hanya dapat memandang kedua kakak kelasnya secara bergantian setiap mereka bergantian untuk berdebat dengan tatapan bingung.

"Lalu kau ingin aku menumpang di rumahmu?" Baekhyun berkacak pinggang, menatap lelaki yang jauh lebih tinggi darinya itu dengan tatapan nyalang.

Yang ditanya hanya mengangkat bahu, "Aku tidak keberatan."

Setelah melihat Baekhyun dengan ekspresi terkejut bercampur emosinya namun tidak berkata apa-apa, Jeno menepuk tangannya sekali dan tersenyum lebar. "Kalau begitu, sidang ditutup!"

Lelaki bersurai pirang itupun kembali naik pada motornya dan menyalakan mesin. "Baekhyun-hyung akan pulang dengan Chanyeol-sunbae, ya." lalu ia mengarahkan pandangannya pada si jangkung sebelum lanjut berbicara, "Tolong jaga dia baik-baik, sunbae, dia lebih berharga dari berlian."

Sebelum Baekhyun sempat memukul kepala adik kelas menyebalkannya itu dan protes, Jeno langsung menjalankan motornya sambil tertawa-tawa kencang seperti orang gila.

"Lihatlah, betapa senangnya dia begitu lepas darimu." komentar Chanyeol sambil memerhatikan Jeno yang perlahan hilang dari pandangan mereka, membuat Baekhyun mendengus kesal lalu membalikkan badannya untuk berjalan pergi.

i. hello, angel • chanbaek (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang