t w e n t y - s i x

4.1K 720 119
                                    

"Kau tidak apa-apa?"

Yeonjun mendongakkan kepalanya untuk menatap kakak kelasnya yang ternyata sudah berdiri di depannya dengan tangan yang terulur. Lelaki bermarga Choi itu mengangguk cepat dan meraih tangan senior itu untuk bangkit berdiri. "Terima kasih, sunbae."

Chanyeol terkekeh dan mengangkat sebelah bahunya santai, "Panggil aku hyung saja." kemudian ia segera berlari meninggalkan Yeonjun untuk kembali ke posisinya.

"Tersisa lima menit lagi!"

Youngho yang sudah terduduk di bangku khusus para anggota basket kembali bangkit berdiri dan mengangkat kedua tangannya di udara, "Semangat semuanya!"

Teriakannya itu mengundang sorak-sorai dari penonton, terlebih lagi dari bagian supporter Exordium High School yang semakin semangat melantunkan yel-yel ciptaan mereka sambil mengibar-ngibarkan bendera Korea Selatan dan lambang sekolah mereka.

Saat ini, tim basket putra Exodrium High School tengah bergelung mendapatkan posisi lima besar agar dapat lolos dalam babak semi final di pertandingan nasional ini.

Jumlah yang menonton semakin banyak—fakta bahwa lomba ini diadakan pada hari Jumat sepulang sekolah mengakibatkan hampir seluruh murid di sekolah itu datang berbondong-bondong untuk menonton.

"PARK CHANYEOL!" teriakan seorang gadis berambut cokelat pendek kemudian terdengar saat yang namanya disebut itu tengah mengiring bola ke arah ring basket dengan wajah serius dan keringat yang bercucuran.

Chanyeol mengoper bolanya pada sang kapten basket yang langsung melambungkan bolanya di udara untuk masuk ke dalam ring.

Gadis yang kebetulan duduk di sebelah si rambut cokelat itu mendelik, kemudian menyenggolnya dan berteriak, "BYUN BAEKHYUN!"

"Kau ini kenapa, sih?!" si rambut cokelat menggerutu sambil mendorong gadis menyebalkan itu agar menjauh darinya.

"Kau yang kenapa!" balas lawan bicaranya, balik mendorong. "Harusnya kau mendukung kapten! Lihat, dia berhasil memasukkan bola!"

"Chanyeol, kan, temanku!"

"Baekhyun anak pemilik sekolah kita!"

"Shon Seungwan, Park Chaeyoung, bisakah kalian diam?!" Joohyun, yang duduk di belakang mereka lantas menendang kedua kursi gadis yang sibuk bertengkar itu.

"Mereka berada di tim yang sama, jadi tidak usah berdebat ingin mendukung siapa!" si gadis berambut hitam itu memutar bola matanya malas dan membetulkan kacamatanya selagi kembali mengarahkan pandangannya ke tengah lapangan.

"Lima detik lagi!"

Min Yoongi, yang kini berhasil merebut bola dari tangan lawan yang langsung merampasnya tadi, sedang sibuk berlari menghindari kejaran lawan sambil memantul-mantulkan bolanya di lantai itu mengabaikan rasa sakit di kakinya karena sempat tersandung.

"Empat!"

Lelaki itu mengedarkan pandangannya ke segala arah, mencari sasaran untuk mengoper bola di saat dirinya sudah dikepung oleh empat lawan yang tubuhnya lebih tinggi darinya.

Ia akui, pertandingan kali ini memang lebih sulit dari biasanya karena lawannya sudah tingkat nasional.

Ibaratnya, pemain-pemain terbaik di Korea Selatan sekarang tengah bertarung melawan timnya.

"Tiga!" suara pembawa acara dan penonton yang ikut menghitung detik-detik akhir sebelum pertandingan terakhir membuat detak jantung Yoongi semakin kencang.

Ia harus mengoper bolanya dengan cepat sekarang atau tidak sama sekali.

"Yoongi!" samar-samar ia mendengar suara Chanyeol yang berdiri di belakang salah satu lawan yang mengepungnya. "Kemari!"

i. hello, angel • chanbaek (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang