7. Katanya Calon

8 2 0
                                    

Untuk ukuran orang normal harusnya Bobby tersinggung mendengar percakapan Bona dan Nara di telfon, bahkan Rey saja sampai menoleh ke Bobby ketika Bona kembali menanyakan keyakinan kakaknya ingin menikahi Bobby atau tidak, tapi yang terlihat justru sebaliknya, pria itu tertawa geli sepanjang Bona menelfon kakaknya.

Jelas saja Bobby tertawa karena dusta yang ia katakan ditelan mentah-mentah oleh Bona. Bertemu dengan Nara saja ia tidak pernah dan soal status Bona sebagai adik tingkatnya? Oh tentu saja ia mengarang bebas, jangankan adik tingkat, teman seangkatan pun belum tentu Bobby kenal semua.

"Sorry Mas, bukan maksud ngerjain lo, kan lo sendiri yang main tuduh gue itu calonnya mbak Nara," kata Bobby pada Rey yang masih memasang tanda tanya di kepalanya. "Cluenya mbak Nara soalnya gue juga sialan banget sih, seolah-olah yang rambutnya berantakan cuma gue."

"Hahaha jadi gue salah nih?" Tanya Rey dengan wajah malu, "Pas di bawah gue juga mikir sih, gila mbak Nara yang perfect kok mau sama brondong kayak lo tapi demi kesopanan gue simpen dalam hati," lanjut Rey dengan jujur. "Pilihan klien soal pasangan bukan urusan vendor."

"Sialan lo mas," umpat Bobby dengan nada tidak tersinggung sama sekali. Sesekon kemudian ia menghentikan tawa, pandangannya berlabuh Bona, kalau wanita itu saja tidak setuju dirinya menjadi calon suami kakaknya apa kabar kalau wanita itu tau kalau dirinya justru calon suaminya?

*

Bona bingung ia ingin memaki siapa terlebih dahulu. Nara yang dengan seenaknya meminta tolong dirinya untuk ditelantarkan, Bobby yang membohonginya atau dirinya sendiri yang terlalu bodoh untuk tidak sadar akan hal ini. Ia masih menatap layar ponselnya yang bahkan sudah tidak menampilkan kontak Nara di sana.

Ia akan memukul kakak perempuannya itu sesampainya di rumah. Catat perkataannya.

Bona menyimpan ponselnya di pangkuan sambil memperhatikan Bobby yang tengah tertawa geli. Sialan. Kena berapa kali ia oleh pemuda urakan ini? Ketika pandangan Bobby mengarah ke arahnya ia tidak dapat menahan diri untuk tidak melayangkan tatapan kesal.

"Mbak Nara nggak bisa dateng Mas Rey."

Bona memotong percakapan keduanya. Sungguh ia ingin sekali melontarkan kata-kata pahit pada Bobby, tapi diurungkan niatnya itu. Tujuannya ke sini adalah membantu Nara. Jadi ia akan menuntaskan terlebih dahulu tugasnya tersebut, sebelum melanjutkan perkaranya dengan Bobby.

Jadi agar kepalanya dapat bekerja dengan normal, mari anggap sejenak bahwa pemuda rambut sarang burung itu hanyalah patung kaca untuk beberapa saat.

"Mbak Nara bilang pengen konsep pertunangannya flowery garden sederhana karena bakal dilaksanain di ruang tamu calonnya."

Sebenarnya Bona tahu ini terdengar aneh, maksudnya pertunangan tapi malah dilakukan di kediaman calon pengantin pria. Tapi Bona tahu betul mengapa Nara memilih seperti itu. Bagaimanapun rumah yang mereka tempati adalah rumah sewaan dan tidak besar juga, tidak akan dapat menampung untuk acara-acara seperti pertunangan itu.

"Mas Rey ada contoh-contoh sample acara yang seperti itu?"

Fokus Rey yang awalnya berada pada Bobby tentu saja segera beralih pada Bona.

"Oh, tentu ada Mbak Bona. Mau main eventnya di halaman ruang tamunya atau di dalam ya? Gue ada beberapa contohnya nih."

Pria itu dengan segera mengeluarkan tablet yang tadinya ia simpan di tasnya. Membuka beberapa contoh foto untuk dilihat bersama. Meski sebenarnya Bona agak keberatan ketika tampaknya Rey tidak hanya berbicara pada dirinya saja mengenai konsep acara ini, tapi juga pada Bobby.

Bobby menjulurkan kepala untuk ikut melihat konsep apa saja yang dipunya Rey untuk acara tunangan Nara. Bobby mengakui Nara pintar dalam memilih vendor, dari setiap slide yang ditampilkan Rey akan membuat siapapun tiba-tiba ingin mengkonsep pertunangan impian di kepalanya.

InfinitumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang