12. Negosiasi

7 2 0
                                    

"Ini sebanyak ini banget pilihannya?"

Bobby melihat beberapa gaun yang dijajarkan di gantungan, sementara Bona sedang mengambil gambar satu persatu gaun tersebut beserta dengan detail khas sesuai dengan petunjuk sang penjaga yang sekaligus pemilik butik.

"Iya, sebanyak ini. Udah anteng aja."

Bona berkata sambil mengarahkan kamera ponselnya ke gaun terakhir kemudian dengan lincah mengetikkan pesan pada Nara. Setelah selesai mengirimkan gambar terakhir, Bona akhirnya menoleh ke arah Bobby yang sudah menatapnya dengan tatapan bosan setengah mati.

"Masih ada lagi? Mati jadi patung gue nih."

Padahal Bobby sudah duduk di sofa dari menit kelima mereka menginjakkan kaki di butik. Sementara Bona sudah mulai berputar mengitari butik dan sibuk bertukar pesan dengan Nara meminta pendapat.

"Nah, kalau lo mau jadi patung sekalian jadi patung yang berguna. Sini"

Bona mengedikkan dagunga mengajak Bobby untuk beranjak dari sofa butik. Tapi Bobby tidak berkutik.

"Ngapain?"

"Udah sini aja."

Akhirnya Bona meraih pergelangan tangan Bobby, memaksa pemuda itu untuk akhirnya bangkit dari posisi malasnya selama 25 menit terakhir. Bona menariknya ke sisi lain dari butik, dimana jajaran kemeja tampak berjajar.

"Lo tahu ukuran kemeja lo berapa nggak?"

"Mana gue tahu, jarang pake kemeja gue."

Bona mendengus sebal, mana Bobby menjawabnya dengan wajah santai minta dijitak. "Itu mah gue juga tahu."

Bona melambaikan tangan kecil sambil mengeluarkan panggilan 'mbak' dengan sopan, meminta penjaga butik untuk mengukur Bobby dan mengambilkan sebuah kemeja putih untuk dicoba pemuda itu. Karena ia sendiri sepertinya sudah menetapkan hati untuk mengenakan gaun putih pada deretan awal yang ia lihat tadi.

Iya, deretan awal. Kalau Bobby sadar akan hal itu ia yakin Bobby akan mengomel 'dasar wanita', tapi untungnya lagi, ia yakin Bobby tidak akan sadar akan hal itu.

"Nih coba sana, gue juga mau coba pake punya gue."

Bona mengulurkan kemeja putih yang diberikan penjaga butik padanya ke arah Bobby.

"Harus banget dicoba? nggak bisa diginiin aja nih cukup?" Bobby menempelkan gantungan kemeja itu di depan tubuhnya seolah mengukur bahwa kemeja itu sudah pas untuknya. Bona berdecak kecil sambil menggelengkan kepalanya.

"Ruang gantinya di sana ya, Pak", Bona tersenyum sok manis sambil menunjuk sebuah pintu bilik kecil yang berfungsi sebagai ruang pas pria. Bobby menghela nafas malas, meski apda akhirnya menyeret langkahnya ke sana karena tampaknya Bona tidak akan beranjak sebelum ia melakukannya.

Tapi ketika ia keluar dari bilik ganti ia malah tidak mendapati Bona di sana. Menurut informasi dari penjaga di sana Bona juga sedang mencoba gaun yang akan ia kenakan. Jadi Bobby hendak berjalan begitu saja kembali ke sofa tempatnya duduk tadi, setidaknya sampai ia melihat Bona membuka bilik ganti di sampingnya dan berjalan keluar dengan gaun putih yang melekat pas di tubuhnya. Seolah gaun itu dari awal memang dibuat untuknya.

"Gimana? Cocok nggak?"

"Gimana? Cocok nggak?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
InfinitumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang