16. Ah, dusta!

11 1 0
                                    

Bona curiga ada oknum yang sengaja memutar waktu menjadi lebih cepat dari biasanya. Waktu enggan menunggu Bona bersiap diri dengan acara lamaran Nara. Lamaran artinya tiga bulan kemudian Nara akan melangsungkan pernikahan dan selanjutnya Bona akan sendirian.

Ah tidak, tidak sendirian, pria yang sedang menemaninya dichat saat ini kemungkinan besar akan menggantikan peran Nara di kehidupan Bona selanjutnya. Sebenarnya Bona belum sepenuhnya yakin, begitupun dengan si pria. Karena nyaris lima bulan saling mengenal melalui persiapan pernikahan Nara, belum ada ucapan kalau pria itu setuju dengan perjodohan.

"Mbak cantik ngga, dek?" Pertanyaan yang dilontarkan Nara membuyarkan pikiran liar Bona. Membuat Bona menolehkan kepala lalu tanpa ragu mengucungkan kedua jempolnya. Selain dahsyatnya kemampuan MUA yang disewa oleh Nara, kakaknya itu memang sudah dianugerahi kecantikan yang sulit untuk diragukan. "Bobby dateng kan, Dek?" Tanya Nara lagi pada adiknya yang hari ini tampak begitu gamang.

"Dateng kok, berangkat bareng sama keluarganya." Bona menggerakan ponsel yang menampilkan chat Bobby. "Yuk mbak! Mas Hangga juga udah bawel nih nyuruh mbak keluar."

"Tapi mbak beneran udah cantik?"

"Ya ampun mbak! Percaya deh sama aku, keluarganya mas Hangga pasti ngga bakal nyesel punya calon menantu kayak mbak. Yuk?"

Akhirnya Nara merasa lega, kebiasaannya belum berubah, ia selalu merasa percaya diri jika adik satu-satunya sudah mengeluarkan pujian untuknya. Kini Nara siap memasuki ruang keluarga Hangga, menyambut para tamu dan diikat secara simbolis melalui acara pertukaran cincin.

*

"Nyet, calon lo man---aw," belum sempat Aleta menyelesaikan pertanyaannya, pelipisnya sudah mendapat ciuman jentikan jari dari sang bapak, lengkap dengan pelototan yang membuat nyali Aleta menciut seketika.

"Mau bapak lakban mulutnya, kak?"

"Ampun bapak," jawab Aleta seraya memasang senyum kaku. "Lo kenapa ngga bilang kalo bapak ada di belakang sih? Kirain gue udah misah." Bisik Aleta yang kini sudah merapat dan memagang lengan Bobby.

"Bapak masih denger ya, kak. Apa mau bapak tempelin kalian sampai acaranya selesai?"

"Sudah-sudah," sang ibu melerai, baru di depan pintu keluarganya sudah memancing keributan. "Ndak enak dilihat orang, yuk pak?" Ajak sang ibu seraya menggandengan lengan sang suami, "udah biarin aja mereka berdua, dua gede kok ditempelin orangtuanya."

"I love you ibu," ucap Aleta sambil mengedip genit pada sang ibu yang kini sudah berjalan menjauh.

"Ini apa maksudnya?" Tanya Bobby sambil melirik tangan Aleta yang melingkari lengannnya.

"Biar lo ngga dilirik cewek lain," ucap Aleta dengan mata menyipit, "rambut rapi lo ini hasil karya gue ya," tambah Aleta sambil menggerakan tangan untuk merapihkan rambut Bobby yang sedikit berantakan, "susah payah gue benerin buat adeknya mbak Nara. Sebagai fans mbak Nara gue bakal jagain lo, meskipun gue ngga yakin juga sih ada yang ngelirik lo."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
InfinitumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang