J.Co pukul 19.48 WIB
Aku berdiri didepan kasir dan memperhatikan menu minuman yang ada disana, biasanya aku selalu memilih choco forest, namun kali ini entah kenapa aku ingin memesan green tea frappe. Aku langsung memesan minumanku dan membayarnya, lalu seperti biasa mencari tempat pojokan dan mendarat disana. Aku melihat sekitar, dan malam ini cukup ramai. Setengah jam saja aku terlambat datang pasti tempat ini sudah penuh, dan yang kosong biasanya hanya ruangan terbuka khusus untuk merokok. Dan sudah dpastikan tidak akan ada stop kontak untuk mengisi baterai laptopku disana.
Aku pun duduk dan membuka laptop coklat kesayanganku yang kuberi nama lepi. Dia yang selalu menemaniku disini, kadang aku duduk untuk hanya sekedar menikmati musik dan kopi, namun terkadang aku juga punya deadline pekerjaan menulis buku ataupun artikel. Dan aku menikmati me time ku disini. Aku suka tempat ini, dan aku berharap suatu hari aku bisa memiliki coffee shop.
Tak selang berapa lama namaku dipanggil, dan aku segera mengambil minumanku, terlihat hijau dan menarik. Baru kali ini aku memesan green tea, aku mengambil sedotan dan duduk kembali di bangkuku. Memasang headset ditelingaku dan mengecek layar hp ku. Ada sebuah pesan masuk
"Jangan pulang lama-lama ya sayang" dari Arman, pacarku.
"Iya sayang." aku membalas pesannya dan kembali meletakkan hp ku.
Aku duduk di bangku yang bersebelahan dengan kaca, perbatasan antara ruang tertutup dengan ruang terbuka. Tepat disampingku yang hanya berbatasan dengan kaca ada sebuah kursi lagi yang kosong di ruang terbuka. Namun hingga satu jam aku duduk disini tidak ada orang yang duduk disitu. Hingga waktu itu datang, waktu disaat seorang yang terlihat elegan datang dan memilih untuk duduk tepat disampingku. Di kursi yang hanya dibatasi dengan kaca disampingku. Dia pun sendiri, sama sepertiku. Aku yang sedang mendengarkan musik mencuri-curi pandang terhadapnya. Dia terlihat keren, dengan jam tangan Gucci dan penampilannya yang intelek. Kacamata perseginya dan wajah orientalnya. Aku suka dengan gaya rambutnya yang seperti David Beckham, dan yang paling aku suka darinya adalah tubuh tingginya yang tegap dan mungkin dia bisa sekitar 185 cm. Oh My God dia kelihatan begitu perfect. Memandanginya sesaat membuatku takjup, hingga aku tersadar untuk segera menunduk karena dia bisa saja mendapatiku sedang memandanginya. Akhirnya aku memilih untuk kembali melihat ke layar laptopku dan memilih lagu lain untuk diputar. Sekarang tepat disampingku dia sudah duduk, dia memesan choco forest kesukaanku. Dia mengutak-atik hp nya dan sambil menyeruput minumannya. Aku mencoba beralih darinya dan memikirkan hal lain yang harus kulakukan. Aku pun membuka sebuah dokumen, tulisanku yang belum rampung dan mencoba untuk melanjutkannya. Hingga aku benar-benar fokus dan tertelan dalam dunia menulisku, dan tidak berapa lama dia mengetuk kaca yang membatasi kami berdua. Aku refleks melihat kesamping dan melihatnya. Dia menunjuk laptopku dan seolah ingin menanyakan sesuatu. Aku pun menggeleng tidak tahu apa yang dia maksud karena aku sama sekali tidak mengerti apa yang ingin diutarakannya. Dia pun kembali berisyarat dan aku tetap tidak paham. Sehingga akhirnya ia mengambil sebuah pulpen dari saku bajunya, dan menuliskan sesuatu di balik kertas bon nya.
"Bolehkah aku duduk di depanmu." ia menempelkan tulisan itu di kaca. Cukup mengherankan, kenapa ia mau duduk di depanku? Aku berpikir sejenak, memperhatikan tulisannya. Tidak hanya dia yang terlihat sempurna, tapi tulisannya juga terlihat sangat rapi dan indah sepertinya. Tidak berapa lama aku pun mengangguk memberikan isyarat Ya. Aku lalu memperhatikannya berdiri dan keluar dari pintu ruangan terbuka lalu berjalan kearahku. Dia melihatku dan mengulurkan tangannya.
"Dominik" ucapnya. Aku cukup terkejut dan berdiri seketika, membalas jabatan tangannya.
"Fitri"balasku
KAMU SEDANG MEMBACA
MY WEIRD RICH MAN
Teen FictionBerkisah tentang seorang penulis yang tiba-tiba diajak menikah oleh seorang lelaki kaya yang baru saja dikenalnya selang lima menit setelah perjumpaan pertama mereka.