"Baiklah. Aku akan menghilang dari Dominik, aku akan mengikuti keinginan kalian." aku tidak berkedip sama sekali.
"Hahaha..." suara tawa terdengar. "Pilihan yang bijak!" Agnes bertepuk tangan.
"Tapi aku punya satu permintaan" lanjutku, dan dahi mereka semua berkerut.
"Apa?"
"Aku ingin bertemu dengannya untuk terakhir kalinya" ucapku.
"Hahahaha. Naif! Kau pikir kami akan membiarkanmu bertemu dengannya dan mengatakan semua hal ini padanya. Tidak! Permintaanmu ditolak!" salah seorang diantara mereka menjawab.
"Aku tidak akan membicarakan tentang ini kepada Dominik, aku hanya ingin mengucapkan selamat tinggal padanya, dan aku akan melakukan itu didepan kalian semua. Jika aku terdengar seperti membongkar semua ini maka kalian bisa mengeksikusiku secara langsung. Bukankah keluargaku juga ada di genggaman kalian? Kalian tentu bisa dengan mudah menghancurkanku jika aku berulah" lanjutku. Otakku terus berputar mencari cara yang paling tepat untuk menjebak mereka. Aku harus bisa bertemu Dominik setelah ini.
Mereka terlihat berpikir keras dan berdiskusi. Hingga akhirnya
"Apa yang ingin kau katakan padanya?"
"Dia bilang selama ini perempuan yang selesai mengikuti tes itu selalu lari ketakutan dan meninggalkannya juga menghilang setelah itu tanpa pernah berbicara kepadanya lagi. Aku hanya ingin mengucapkan selamat tinggal padanya, dan aku tidak mau berlari ketakutan seperti cara wanita-wanita yang sebelumnya" sanggahku. Kening mereka berkedut.
"Baiklah, kau bisa melakukannya" mereka akhirnya mengambil keputusan, aku tersenyum simpul.
"Tapi jika kau berani bicara apapun mengenai hal ini aku pastikan kau tidak akan bisa menyelamatkan keluargamu." ucap salah satunya. Dan aku hanya menjawab dengan tersenyum dan menatapnya tajam.
"Tentu saja" jawabku dengan tegas.
"Berikan hp mu" salah seorang dari mereka memajukan tangannya.
"Untuk apa?"
"Berikanlah."
"Tidak sebelum kau menjawab"
"Kau bisa membeli hp yang baru setelah keluar dari sini, aku akan mengambil alih hp mu agar kau tidak bisa menghubungi Dominik setelah ini" ucapnya.
"Tapi aku membutuhkannya. Ada banyak kontak teman dan keluargaku disana. Kenapa kalian begitu tidak percaya kalau aku tidak akan mengatakan apapun pada Dominik!" aku mulai jengah.
"Kami tidak akan mudah dibohongi. Kau bisa saja menghubunginya setelah ini"
"Kalau begitu cukup hapus saja nomornya!" aku bernegosiasi
"Tidak, kau yang harus berganti nomor juga, agar dia tidak bisa menghubungimu lagi"
Aku menarik napas panjang, tidak bisa terima hal yang satu ini.
"Jika kau tidak mau memberikannya maka perjanjian kita batal dan kau tidak boleh bertemu Dominik lagi setelah ini bahkan hanya untuk mengucapkan selamat tinggal." aku terdiam, seolah benar-benar tersudut akan kelakuan mereka. Aku mencoba memutar otak keras, dan pada akhirnya memberikan hp ku kepada mereka. Mereka tampak tersenyum puas dan gembira.
"Baiklah, waktumu sudah habis. Keluarlah. Dan ini cek yang kau butuhkan." Agnes menyodorkan sebuah cek ke tanganku, dan memaksaku mengambilnya. Aku tidak melihat berapa nominal yang tertera disana, karena aku benar-benar sangat berpikir keras sekarang.
"Terimakasih telah bekerjasama dengan baik." kata nya sembari tersenyum sinis. Ia lalu mendorongku dan mereka semua member isyarat untuk aku keluar. Berjalan pelan mendekati pintu tempat aku masuk tadi, sempat kulirik kembali kebelakang dan mereka semua mengisyaratkan hal yang sama denga menutup mulut dan menatap tajam ke arahku. Aku paham apa yang mereka maksud, dan aku benar-benar memikirkan cara untuk bisa keluar dari sini sekarang. Kesempatanku berbicara dengan Dominik setelah aku keluar dari pintu ini adalah kesempatanku yang terakhir. Bagaimana caranya aku bisa memberitahunya tanpa membuat mereka curiga? Dan aku masih memikirkan caranya hingga aku membuka gagang pintu dan sebuah suara terdengar.
"Dia keluar!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY WEIRD RICH MAN
Teen FictionBerkisah tentang seorang penulis yang tiba-tiba diajak menikah oleh seorang lelaki kaya yang baru saja dikenalnya selang lima menit setelah perjumpaan pertama mereka.