Rumah Dominik 20.00 WIB
"Bagaimana ini Ma, waktu sudah semakin sedikit, Dominik harus segera menemukan pasangannya.!" seorang lelaki paruh baya berkacamata tebal berjalan maju mundur dan terlihat gelisah. Sesekali ia menghembuskan napas kuat dan mengurut-urut dahinya.
"Dia akan segera menemukannya.!" Didepan lelaki itu berdiri seorang wanita yang matanya memandang tajam kedepan seperti elang. Dia tidak berkedip dan sangat meyakinkan akan suatu hal. Dia membelakangi lelaki yang baru saja bicara dengannya.
"Kenapa kamu masih percaya tradisi itu. Jika kita tidak mempercayai tradisi itu maka kita bisa segera mencarikan istri untuk Dominik!" kata lelaki paruh baya itu lagi. Wanita itu langsung berbalik dan melihat tepat ke manik mata lelaki itu.
"Apa yang baru saja kamu katakan! Ini tradisi dalam keluarga kita sejak turun –temurun! Bukan hanya sekedar tradisi biasa!" ucap perempuan itu, ia nampak kesal.
"Tapi Ma, jika Dominik tidak segera mendapatkan istri maka itu akan lebih berdampak parah kepada kita. Aku sudah semakin tua dan harus secepatnya ada yang menggantikanku untuk mengelola perusahaan." lelaki itu terlihat mendengus dan menghela napas kembali. Ia menunduk dan raut sedih tergores jelas diwajahnya. Wanita didepannya merasa iba jua, dia mendekat dan memeluk suaminya. Lalu dengan raut sedih berkata.
"Maafkan aku yah. Aku mengerti maksudmu. Tapi aku juga sudah berjanji akan meneruskan tradisi keluarga kita. Tidak akan ada yang bisa menjadi istrinya jikalau wanita itu belum lulus dalam ujian turun temurun yang sudah ditentukan. Percuma saja jika dia menikahi wanita yang salah, maka semuanya lambat laun akan hancur juga. Bukankah dibalik kesuksesan lelaki ada wanita yang kuat dibelakangnya? Aku tidak ingin dia salah pilih istri." ucap wanita itu dan ia mengelus-elus punggung suaminya.
"Namun sudah berapa banyak wanita yang mencobanya, dan mereka tidak pernah lulus dalam ujian-ujian itu" lelaki itu tetap tak sepaham.
"Memang tidak mudah menemukan mutiara di tumpukan pasir lautan. Namun aku masih tetap percaya bahwa wanita itu ada. Dan entah kenapa aku merasa ia sudah semakin dekat" jawab wanita itu.
"Terserahlah. Aku hanya mengikuti keinginanmu. Namun jangan salahkan aku jika suatu hari nanti aku tidak bisa bertahan dan perusahaan lambat laun pun jatuh. Kau tahu lelaki tua sepertiku sudah sangat mudah lelah. Entah harus berapa lama lagi aku menunggu" ucapnya. Kali ini ia tidak ingin meneruskan pembicaraan. Ia memilih untuk pergi dan berjalan beranjak ke kamar tidur. Ia membuka pintu dan menutupnya pelan. Dia lalu bergumam pelan setelah berada didalam kamar.
"Dasar keras kepala" lalu ia duduk dan berbaring. Mencoba memejamkan matanya dan membayangkan hal yang indah.
***
J.Co pukul 20.05 WIB
"Maaf, maaf, aku benar-benar minta maaf. Aku tidak sengaja.." dengan cekatan , gemetaran dan diiringi rasa malu aku langsung melirik ke kanan kiri, berusaha mencari-cari tisu agar aku bisa membersihkan wajahnya dari muncratan batuk green teaku. Oh Tuhan, betapa aku telah berbuat hal yang sangat bodoh. Dia pasti akan sangat marah padaku. Dimana tisu? Aku melihat sebuah tisu terletak di nampan minumanku, tanpa pikir panjang kuambil tisu itu dan langsung mendongak ke arahnya, berusaha membersihkan wajahnya dengan tisu. Namun, ya ampun wajahnya bukannya tambah bersih malah jadi belepotan dengan coklat karena aku tidak sadar bahwa tisu yang aku gunakan untuk melap wajahnya adalah tisu yang tadinya aku gunakan untuk membersihkan meja sebelum aku menempatinya. Dan Oh Tuhan, apakah dia sadar? Aku meringis, begitu merasa bersalah dan bodoh, aku sangat ceroboh dan aku menggigit bibir bawahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY WEIRD RICH MAN
Teen FictionBerkisah tentang seorang penulis yang tiba-tiba diajak menikah oleh seorang lelaki kaya yang baru saja dikenalnya selang lima menit setelah perjumpaan pertama mereka.