Dominik semakin gencar melakukan aksi pendekatannya padaku. Keesokan harinya saat aku bangun tidak hanya bunga dan sepucuk surat yang kutemukan di depan rumahku, tapi dia mengirimkan orang-orang berbaju putih yang memainkan lagu dan biola untukku. Aku terkejut melihat beberapa kejutan kecil yang dibuatnya. Di siang hari aku mendapati makan siangku diantar langsung oleh seorang wanita cantik yang entah bagaimana bisa melewati security di depan kantor dan memasuki ruanganku, hingga menghidangkanku makanan dan melayani makan siangku hingga aku selesai makan. Teman-teman sekantor mulai sering menggosipiku, banyak yang tiba-tiba mendekatiku dan menanyakan siapa yang melakukan semua itu. Namun aku memilih untuk diam dan sebisa mungkin menghindari pertanyaan mereka. Hanya Elsha yang tahu dan menebak hal apa yang terjadi, ia sering tersenyum-senyum sendiri padaku dan menggodaku. Setelah makan siang aku menghubungi Dominik. Mengatakan padanya bahwa dia tidak seharusnya melakukan semua ini untukku, aku bilang padanya kalau aku telah memutuskan untuk membantunya dan akan mencoba ikut tes tradisi keluarga mereka. Dominik terdengar sangat senang dan bisa kubayangkan dia sedang berjingkrak sekarang. Dia mengucapkan terimakasih berulang kali, namun kukatakan padanya agar jangan terlalu senang, aku hanya ingin membantu. Jangan terlalu berharap padaku dan apapun hasilnya aku yang akan menentukan bagaimana nantinya. Dominik mengangguk dan dia paham, namun dia bilang dia sangat bahagia karena aku memberinya peluang untuk harapan terakhirnya. Aku menyuruhnya agar jangan mengirimiku apa-apa lagi, tapi dia bilang lihat nanti saja. Aku menutup teleponnya dan sesaat Elsha mengejutkanku dari belakang.
"Hey!" aku mengangkat bahu, terkejut dengan tepukan Elsha yang tiba-tiba.
"Elsha! Kau mengejutkanku!" ungkapku.
"Aku tahu kau barusan bicara dengan si pangeran itu" Elsha mengerling menggodaku.
"Mmm.. ya" aku hanya mengangguk, sambil melihat ke arah lain.
"Fitri, lihat aku!" Elsha menangkup kedua pipiku dan melihatku serius. "Kapan dia akan melamarmu?" tanya Elsha yang membuatku kaget dan refleks membelalakkan mataku.
"Tidak ada pernikahan Elsha!" ucapku mendengus.
"Hmm... " Elsha mengelus-ngelus dagunya dan menyipitkan sebelah matanya melihatku.
"Aku yakin si pangeran itu yang telah mengirimkanmu paket makan siang plus pelayanannya tadi siang. Kutebak, kalian sudah jadian kan? Lalu bagaimana dengan Arman?" Elsha bertanya membabi buta. Aku sampai gelagapan melihatnya.
"Sssttt!" aku mengisyaratkan agar Elsha jangan berbicara terlalu kuat, aku takut ada banyak telinga yang berusaha mendengar. Elsha paham dan mengambil kursi. Duduk di dekatku dan mendongakkan telinganya.
"Berbisiklah." katanya. Dan itu membuatku tertawa, tingkahnya menggelikan.
"Tidak harus berbisik juga" ungkapku.
"Oh, come on! Ayolah ceritakan padaku." kata Elsha.
"Hmm.." melihat wajahnya yang penasaran aku jadi ingin menceritakan padanya. Aku mulai dari cerita Dominik yang membawaku ke tpu dan kerumah Agnes, hingga ia mengantarku pulang dan memberikan tawaran itu. Elsa terlihat sangat antusias dan manggut-manggut mendengarnya. Matanya tiba-tiba saja berlinang dan sebulir air mata membasahi pipinya. Aku jadi takut, apa ada ceritaku yang melukainya. Aku memilih berhenti dan bertanya mengapa dia menangis.
"Maaf, apa ada yang salah? Mengapa kau menangis?" tanyaku sambil memegang pundaknya.
"Fitri.." Elsha melihatku masih dengan mata berlinang. Aku membalas tatapannya.
"Kurasa aku kenal dengan Dominik yang kau maksud" ucap Elsha membuatku kaget dan antusias untuk mendengarnya.
"Maksudmu?" tanyaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY WEIRD RICH MAN
Teen FictionBerkisah tentang seorang penulis yang tiba-tiba diajak menikah oleh seorang lelaki kaya yang baru saja dikenalnya selang lima menit setelah perjumpaan pertama mereka.