Mobil itu berhenti tepat didepan sebuah papan bunga bertuliskan "Happy Wedding Susan dan Dominik" Aku memandanginya dengan seksama, merasa jantungku berdebar lebih cepat dan memompa lebih keras. Betapa aku tidak bisa mendeskripsikan perasaan yang bercampur aduk dalam diriku. Aku melihat ke arah kejauhan, dimana aku bisa melihat pengantin yang sudah berdiri dan saling berpegangan, dan aku sadar itu pastinya Susan dan Dominik. Namun mengapa mereka sudah berdiri dan saling menatap? Apakah mereka sudah mengucapkan janji suci? Apakah semua sudah terlambat. Disela kebingunganku ternyata ibu Dominik juga lebih bingung daripada aku.
"Kita tiba 30 menit lebih awal, bagaimana bisa mereka mempercepat pernikahannya? Bahkan tanpa adanya aku disana." ucapnya karena ternyata dia juga sedari tadi telah melihat dari kejauhan. Ia Nampak kesal.
"Ayo turun." ucapnya padaku. Aku masih bingung dan ada banyak keraguan dalam hatiku.
"Cepatlah, aku yakin mereka belum mengucap janji. Kita harus mencegah ini semua." ucap ibu Dominik kembali. Tampaknya dia sudah sangat jengah. Aku melihatinya, memandangnya dan lalu menunduk. Aku harap dia mengerti apa yang aku pikirkan. Namun tampaknya tidak, dia menarik lenganku dan menggiringku berjalan. Aku berusaha berhenti dan dia memandangiku dengan mata berlinang.
"Bu, aku rasa ini tidak akan berhasil" ucapku datar. Aku benar-benar pesimis.
"Kita tidak akan tahu sebelum mencobanya." ibu Dominik bersikeras.
"Tapi ada begitu banyak yang dipertaruhkan bu, terutama keselamatan ibu" ucapku, mataku ikut berlinang. Ibu Dominik mendekatiku dan menangkupkan tangannya ke pipiku. Dia lalu berujar,
"Aku sudah siap menerima segala resiko apapun. Kesalahanku terlalu besar untuk ketakutanku Fitri. Dan itu membuatku tidak takut dengan apapun lagi. Aku juga pernah bersalah padamu, pada anakku sendiri Dominik. Dan aku berhutang banyak atas kesalahan itu." ia menatapku dalam. Satu persatu air matanya jatuh bercucuran.
"Tolonglah aku untuk menebus kesalahan ini. Maafkan aku, maafkan aku" ucapnya sambil terisak dan menciumi tanganku.
"Bu, bu hentikan" aku mengangkat tangannya yang halus dan mengangkatnya.
"Ibu tidak perlu menyalahkan diri sendiri lagi. Ibu tidak bersalah sepenuhnya. Memang terkadang manusia bisa dengan mudah khilaf karena silaunya harta dan jabatan. Aku berjanji pada ibu akan berusaha semampuku." Ibu menatapku dalam dan air matanya tetap saja tumpah.
"Terimakasih anakku. Terimakasih atas keluasan hatimu.Semoga Tuhan selalu melindungimu." ucapnya dan ia memelukku erat. Aku membalas pelukannya dan merasakan tubuhnya yang bergetar. Ada banyak rasa dan ketakutan yang ia rasakan saat ini. Terutama ketakutan akan anaknya yang menikah dengan Susan dan akan berada di bawah kekuasaan Susan selamanya. Aku bisa menghirup aroma takut itu. Aku langsung menguatkan diriku dan berkata padanya.
"Ayo bu!" aku melepaskan pelukannya dan menghapus air matanya. Sekarang aku yang memegang erat tangannya dan membawanya berjalan bersamaku. Kami tiba didepan dua orang penjaga bertubuh kekar yang berdiri dengan memakai jas hitam dan kacamata hitam persis didepan papan bunga pernikahan Dominik dan Susan. Mereka melihati kami dengan tatapan sangar. Tentu saja ia kenal dengan ibu Dominik, dan memperbolehkan ibu Dominik masuk. Namun bagaimana dengan aku? Bagaimana bisa aku diperbolehkan masuk, apalagi dengan kondisi seperti ini. Astaga, aku lupa aku bahkan tidak sempat mengganti pakaianku yang sudah kumal.
"Maaf bu, ini siapa?" salah seorang diantara mereka bertanya kepada ibu Dominik.
"Ini tamuku. Biarkan aku masuk bersamanya, atau aku akan memanggil Susan dan dia akan memecat kalian" ucap ibu Dominik dengan nada mengancam. Mereka berdua terlihat kebingungan dan saling pandang, namun akhirnya mereka memperbolehkan kami masuk. Aku melewati receptionist dan dapat melihat ada banyak bunga putih bertebaran disana. Iringan musik yang terdengar sangat merdu di telinga, dan tamu-tamu yang pastinya terdiri dari orang-orang kaya dan punya jabatan. Pakaian-pakaian mereka terlihat sangat indah dan mewah, pastinya mahal. Mereka semua duduk di jejeran kursi dan melihat kedepan, ketempat dimana Susan dan Dominik sedang duduk bersanding, menunggu untuk saat bahagia bagi mereka tiba. Pernikahan ini didesain sangat indah dan rapi, dengan memanfaatkan taman rumah Dominik yang luas dan asri. Ada karpet merah yang terbentang selagi kami masuk dan terlihat betapa pernikahan ini didekorasi dengan tangan professional yang bisa membuat taman biasa menjadi seperti taman putri di dunia dongeng. Bahkan ada beberapa air mancur kecil dengan dewa cupid yang memegang panah dan dari panahnya meluncur air yang terlihat sangat indah. Disekelilingnya kerlap-kerlip lampu kecil dinyalakan dan menambah indahnya sekeliling taman ini. Aku juga melihat deretan daun hijau yang diselip dengan bunga-bunga asli yang masih segar dan menguakkan aroma harum yang membuat siapa saja akan merasa tenang. Tapi mungkin tidak dengan aku dan ibu Dominik saat ini. Aku dan ibu Dominik akhirnya tepat berada sekitar 3 meter dari tempat Susan dan Dominik duduk. Beberapa tamu yang menyadari kedatangan ibu Dominik langsung menyambut dan tersenyum padanya. Menyapanya dan ada beberapa yang memeluknya, namun mereka langsung minggir ketika melihat aku berdiri disamping ibu Dominik dengan wajah kusam dan pakaian yang kumal. Beberapa dari mereka bahkan menutup hidungnya secara terang-terangan didepan ibu Dominik, dan itu membuatku merasa sangat kecil diantara mereka, namun aku tetap menguatkan hatiku karena ibu Dominik malah menggenggamku semakin kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY WEIRD RICH MAN
أدب المراهقينBerkisah tentang seorang penulis yang tiba-tiba diajak menikah oleh seorang lelaki kaya yang baru saja dikenalnya selang lima menit setelah perjumpaan pertama mereka.