BAGIAN 1

239 22 3
                                    

MENEPIS KEHILANGAN

Romeo POV

Aku adalah anak tunggal yang sudah tak memiliki orang tua. Bude-ku - Kakak dari Almarhumah Ibuku - yang merawatku selama ini dan menganggapku seperti anaknya sendiri.

Keseharianku adalah membantunya saat pagi sebelum ke sekolah, dan menjaga kedua anak kembarnya jika sudah pulang sekolah.

Si Kembar ini . . .,

"RO..., ME..., O...,!!!."

. . ., bersuara nyaring, jahil, dan sangat menjengkelkan.

"Romeo..., kok nggak jawab???."

Itu Diandra, yang hobi merajuk.

"Tahu nih..., nggak mau banget main sama kita."

Itu Dion, yang selalu terbawa perasaan.

Kenapa beda??? Apa persamaan mereka???

Mereka memang beda. Selain beda jenis kelamin - Diandra itu cewek dan Dion adalah cowok - mereka juga punya sisi sifat yang berbeda.

Persamaannya hanya satu, JAHIL!!!

Jadi, seumur hidupku rasanya akan sangat hampa kalau mereka berdua tidak ada.

Ya..., aku sangat bahagia dengan adanya mereka dalam hidupku. Rasanya, aku sudah berkewajiban untuk terus ada di belakang mereka.

Namun suatu hari, ketika Dion tiba-tiba menghilang dan Diandra pergi untuk mencari keberadaannya, aku sudah tak berada lagi di duniaku yang sebelumnya. Dunia yang kupijak tiba-tiba dipenuhi dengan ketakutan.

* * *

Bogor, Tahun 2007

Tok..., tok..., tok...!!!

"Assalamu'alaikum!!!."

Suara yang amat sangat ku kenal dalam seumur hidupku. Suara yang aku nantikan kepulangannya selama satu tahun belakangan ini.

Diandra Bellezia Jackqueline.

Salah satu dari dua orang sepupu kembarku. Aku segera membuka pintu rumah untuknya tanpa berlama-lama.

"Hei, kamu udah pulang? Gimana? Ada hasil?," tanyaku padanya.

Diandra masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa ruang tamu tanpa seulas senyum pun yang terukir di wajahnya. Aku mengambilkannya segelas jus mangga dari kulkas untuknya.

"Aku nggak menemukan Dion Rom..., sama sekali nggak ketemu," ujar Diandra membuka pembicaraan di antara kami.

Aku menutup mata dan berusaha untuk tidak menyesali kenyataan jikalau memang Dion telah tiada dan takkan pernah kembali lagi ke rumah.

"Aku udah ikhlasin kepergiannya Rom, seperti kepergian Bapak dan Ibu. Aku nggak akan kemana-mana lagi sekarang," lanjutnya.

Aku menganggukan kepala pertanda bahwa aku mengerti. Diandra meraih kopernya dan berjalan menuju kamarnya sendiri. Aku - sekali lagi - berusaha untuk tidak menyesali kenyataan tentang Dion.

Flashback On

"Rom..., aku mau masuk ke SMP Bakti Nusa ya," pinta Diandra tiga tahun yang lalu.

"Aku juga Rom..., aku mau masuk SMP Wijaya ya," Dion ikut-ikutan.

Aku menatap kedua sepupu kembarku itu dengan perasaan yang bimbang. Jika aku menuruti apa yang mereka mau, maka mereka akan jauh dari pantauanku.

MY ROOMATE 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang