BAGIAN 11

115 17 2
                                    

APA YANG ADA DI HATI

Raiden memarkirkan mobilnya di sebuah restoran dekat kantornya siang itu. Ia mendapatkan sebuah panggilan telepon dari Ziva yang memintanya untuk bertemu saat jam makan siang.

Setelah memberitahu Diandra bahwa hari ini ia akan pergi makan siang dengan Ziva, maka Raiden pun baru muncul lewat dari jam makan siang.

Ziva melambaikan tangannya ke arah Raiden saat ia melihat sosok pria yang ditunggu-tunggunya itu sejak tadi. Raiden pun mendekat.

"Hai Ray..., bagaimana kabarmu?," tanya Ziva, yang terlihat begitu senang.

"Aku baik-baik saja," jawab Raiden.

Ziva menatapnya dengan perasaan aneh, Raiden tak bersikap seperti dulu lagi.

"Apa yang membuatmu terlambat?," tanya Ziva lagi.

Raiden terfokus pada daftar menu di tangannya.

"Aku harus menemui Diandra terlebih dahulu dan mengantarnya pergi makan siang. Setelah memberitahunya bahwa aku akan makan siang hari ini denganmu, baru aku pergi menuju ke sini," jelas Raiden, lengkap.

Ziva mengepalkan tangannya yang tersembunyi di bawah meja secara diam-diam. Ada rasa tidak suka yang menyeruak tiba-tiba di dalam hatinya, saat mendengar penjelasan Raiden.

"Jadi hal yang kudengar dari banyak orang itu benar? Kau dan Diandra..., menjalin hubungan spesial?," Ziva ingin meyakinkan dirinya.

Raiden menatapnya lalu tersenyum bahagia saat mendengar pertanyaan itu. Ziva semakin merasakan sakit saat melihat ekspresi di wajah Raiden.

"Ya..., kemungkinan setelah pernikahan Darren bulan depan, aku akan segera menikahi Diandra," jawab Raiden, dengan senyum yang tak pernah pudar dari wajahnya.

"Apa kau gila? Bagaimana bisa kau mencintai orang yang sudah membongkar rahasia kita sejak SMP? Apa kau lupa kalau Diandra adalah orang yang menyelidikimu diam-diam dan menghancurkan GFH dengan tangannya sendiri?," kini Ziva terlihat marah.

"Ya..., aku memang ingat bagaimana dia menyelidiki GFH, menyelidiki aku, dan bahkan menghancurkan GFH dengan tangannya sendiri. Tapi jika dia tak melakukan itu, aku akan mengorbankan nyawa dua orang sepupuku, dan juga adikku satu-satunya. Jadi aku rasa, Diandra memang sudah seharusnya menghancurkan GFH," jawab Raiden, dengan tenang.

Ziva menatap tak percaya ke arah Raiden dan Raiden tahu betul bahwa Ziva masih merasa tak terima dengan apa yang sudah terjadi beberapa bulan yang lalu.

"Katakan padaku Ray..., kau akan meninggalkannya kan? Kau akan mencampakkan dia seperti wanita-wanita lainnya yang pernah kau pacari, kan?," Ziva sangat berharap.

Raiden tersenyum sinis, ia benar-benar muak melihat Ziva yang saat ini ada di hadapannya.

"Apa kau pikir aku masih remaja berusia empat belas tahun seperti saat kita masih SMP? Apa kau gila, hingga menanyakan apakah aku akan mencampakkan Diandra seperti wanita lainnya yang pernah ada di hidupku?," Raiden mulai tak mampu bersabar.

Ziva tak percaya kalau Raiden akan berbicara dengan nada tinggi terhadapnya.

"Apa kau tahu..., dari sekian banyak wanita yang pernah aku kenal, tidak ada satupun yang memiliki sifat seperti yang kutemukan pada Diandra. Dia berbeda, dia membuatku jatuh cinta hanya dengan sekali percakapan. Tidak ada yang memiliki apa yang dia miliki, bahkan termasuk dirimu. Kau tidak memiliki apa yang Diandra miliki," ujar Raiden.

BRAKKK!!!

Ziva memukul meja di hadapannya, ia merasa tak terima. Raiden hanya menatapnya datar, tanpa senyuman.

"Kau tahu kalau aku mencintaimu sejak pertama kali kita saling mengenal..., kau tahu aku akan melakukan apapun yang kau minta karena aku mencintaimu!!!," teriak Ziva.

Semua mata pengunjung restoran itu kini terarah pada mereka berdua.

"Salah Ziva..., kau tidak mencintaiku, kau hanya terobsesi padaku! Dan kau salah besar, selama ini bukan kau yang melakukan segalanya untukku, tapi aku yang melakukan segala apapun maumu! Jangan lupa kalau kau adalah otak segala kejahatan yang pernah terjadi di Sekolah. Bersyukurlah karena aku tidak mengadukanmu pada Polisi waktu itu," balas Raiden.

Raiden bangkit dari kursinya, bahkan sebelum makanan yang mereka pesan datang. Ziva menarik tangannya, ia menahan Raiden, sehingga pria itu berbalik menghadap ke arahnya.

"Kau takkan meninggalkan aku!!! Kau takkan pernah meninggalkan aku hanya demi Diandra!!!," paksa Ziva.

Raiden melepas paksa cengkraman tangan Ziva di tangannya. Ia memasang wajah jijik ke arah Ziva saat ini.

"Kau benar-benar sampah!!!," bentak Raiden, lalu pergi meninggalkan Ziva sendirian.

Ziva benar-benar diliputi kemarahan yang luar biasa. Raiden, satu-satunya pria yang selalu ia harapkan akan bersanding dengannya kini meninggalkannya begitu saja dan bahkan menyebutnya sampah.

"Semua ini karena Diandra..., aku akan membuat Diandra menderita..., aku takkan membiarkan Diandra bersanding denganmu!!! Aku akan membuatnya menangis seumur hidup karena dirimu!!!," geram Ziva.

* * *

Raiden memarkirkan mobilnya asal-asalan di depan Sparkle Cafe, ia melihat Diandra dan Kareen yang baru saja selesai makan siang keluar dari pintu Cafe itu.

Kareen segera melambaikan tangannya pada Diandra ketika melihat sosok Raiden yang datang untuk menjemput sahabatnya. Ia akan kembali sendiri ke kantor menggunakan mobilnya.

Diandra menyambut Raiden dengan senyuman paling bahagia di wajahnya. Raiden pun segera mendekat pada Diandra dan langsung memeluknya dengan erat, seakan takut kehilangan. Pria itu mengecup kening Diandra dengan lembut.

"Sayang..., ada apa denganmu? Kenapa wajahmu terlihat begitu khawatir? Apakah Ziva berbuat sesuatu yang buruk?," tanya Diandra.

Ya..., begitulah Diandra-nya. Wanita yang selalu peka jika ada hal yang Raiden tak suka. Wanita yang selalu peka jika Raiden sedang tak ingin diganggu. Wanita yang selalu peka jika Raiden sedang butuh di hibur.

Raiden tersenyum pada Diandra seraya mengusap kedua pipi wanita itu dengan lembut dan penuh kasih sayang.

"Aku mencintaimu..., aku benar-benar mencintaimu," ungkapnya.

Diandra pun tersenyum, lalu ia kembali memeluk Raiden dan menyandarkan kepalanya di dada pria itu.

"Aku juga mencintaimu...," balasnya.

* * *

BRAKKK!!!

Kali ini Ziva memukul setir mobilnya dengan keras. Ia melihat apa yang Raiden lakukan bersama Diandra di depan sebuah Cafe, usai pria itu meninggalkannya di restoran tempat mereka bertemu tadi.

Ia merasa sangat marah saat melihat ekspresi Raiden yang begitu bahagia ketika menatap dan memeluk Diandra. Hatinya terbakar cemburu yang hebat. Ia benar-benar merasa tidak terima karena Raiden mencampakkannya hanya karena memilih bahagia bersama Diandra.

Ziva juga merasa muak, melihat ekspresi Diandra yang begitu mencintai Raiden. Ia muak melihat bagaimana wanita itu memeluk Raiden dengan sepenuh hati. Ia benar-benar membenci Diandra.

"Aku akan menyingkirkanmu!!! Aku akan membuatmu menderita!!! Aku takkan membiarkan kau memiliki apa yang seharusnya menjadi milikku!!! Raiden adalah milikku!!! Dia milikku!!!," teriak Ziva yang sudah tak tahan dengan rasa sakit di hatinya.

Ia menatap ke arah Raiden dan Diandra dengan tatapan terjahat yang pernah ia miliki!

* * *

MY ROOMATE 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang