BAGIAN 3

146 20 3
                                    

MENILAI

Darren menyesap kopinya sambil menatap ke arah jendela dapur rumahnya. Ia terlihat berpikir keras pagi itu.

"Kau masih memikirkan bagaimana caranya Diandra dan Kareen masuk ke dalam lewat jendela itu?," tanya Demian, sambil mengoleskan selai pada roti tawar di tangannya.

"Ya..., aku masih bingung dan tak percaya kalau mereka berdua bisa benar-benar masuk ke dalam rumah ini melalui jendela sekecil itu," jawab Darren dengan wajah setengah meringis.

"Mereka berdua kan ramping, wajar saja kalau mereka bisa masuk lewat situ. Yang aku sangat apresiasi adalah keberanian mereka untuk masuk ke dalam rumah ini dengan cara seperti perampok tanpa takut dibilang perampok," Demian tertawa hebat.

Raiden dan Kaffa bergabung di dapur sambil mengambil roti tawar yang masih tersisa.

"Intinya, nyali mereka berdua memang besar. Terutama Diandra, bagaimana bisa dia menyelidiki semua hal tentangku tanpa aku tahu sedikitpun?," Raiden bertanya pada dirinya sendiri.

"Memangnya kenapa? Ada rahasiamu yang takut diketahui orang lain selain kau adalah anggota GFH???," sindir Darren.

Raiden tersedak seketika, Kaffa tertawa terpingkal-pingkal.

"Ya ampun..., betapa sangat mudah terbacanya dirimu," ejek Demian.

"Mestinya kau tidak perlu jadi orang jahat jika memang tahu kalau dirimu mudah terbaca oleh orang lain," saran Darren.

Drrrrttttt.... Drrrrttttt....

Ponsel Kaffa bergetar, pria itu langsung mengangkat telepon ketika melihat siapa yang menelepon.

"Hai Dhi...," sapa Kaffa.

"Mana Darren? Aku menunggu teleponmu dari tadi karena ingin bicara dengannya," rajuk Diandra.

"Oh..., sorry. Aku lupa..., ini Darren, bicaralah dengannya," Kaffa memberika ponselnya pada Darren.

"Hai Belle...," sapa Darren.

"Jangan panggil aku Belle, aku bukan anak kecil lagi," Diandra semakin merajuk.

"Oh..., oke..., oke..., Diandra."

Demian menatap Darren yang langsung pergi membawa kopinya. Kaffa memperhatikan itu, ia tahu Demian juga ingin bicara dengan Diandra, namun entah mengapa pria itu seakan sedang menahan diri.

Pandangan mereka bertemu.

"Apa yang kau pikirkan?," tanya Demian.

"Aku tak memikirkan apapun," jawab Kaffa, sambil tersenyum misterius.

Demian menghela nafasnya.

"Katakan saja, jika kau ingin mengatakan sesuatu," ujar Demian.

"Kau yakin?," tanya Kaffa.

"Kenapa aku harus tidak yakin?."

"Karena mungkin saja kau akan menyesal setelah mendengar apa yang akan aku katakan."

Demian terdiam sesaat.

"Katakanlah...," tantang Demian.

Senyuman di wajah Kaffa semakin merekah.

"Kalau kau tidak menginginkan Diandra, maka aku yang akan menempati posisimu di hatinya. Meskipun tidak akan mudah, tapi aku akan berusaha," ujar Kaffa.

Demian benar-benar terdiam. Kaffa pun pergi meninggalkannya sendiri di dapur. Setelah selesai menelepon, Darren memberikan ponsel Kaffa pada pemiliknya sebelum pergi. Demian mendekat pada Darren di ruang tengah.

MY ROOMATE 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang