BAGIAN 22

128 19 3
                                    

TERNYATA

Diandra memasak di dapur pagi itu dengan bahan-bahan yang tersisa di kulkas. Ia belum sempat belanja, karena beberapa hari terakhir dirinya dan Kareen menginap di rumah Orang tua mereka.

Dengan mata setengah terpejam, Kareen berjalan dari kamarnya menuju ke arah Kulkas. Demian muncul di dapur sambil mengeringkan rambutnya yang masih basah.

"Karin..., cuci muka dulu!," perintah Diandra.

"Minum kopi dulu Dhi...," pinta Kareen, setengah merajuk.

"Cuci muka!," perintah Diandra sekali lagi.

Dengan rasa malas yang luar biasa, Kareen pun pergi menuju kamar mandi sambil menggerutu.

Demian tertawa pelan.

"Karin selalu begitu?," tanyanya.

"Ya..., dia memang sangat malas bergerak kalau masih pagi-pagi sekali seperti ini," jawab Diandra.

Kareen muncul kembali di dapur setelah mencuci mukanya. Rasa malasnya sudah hilang akibat air dingin yang menyegarkan wajahnya.

Piring mulai di susun di atas meja makan, lalu cangkir kopi mulai di sajikan. Semua itu Kareen yang lakukan. Diandra membawa nasi goreng dan telur dadar ke atas meja makan.

Diandra menyendokan nasi untuk Demian sekaligus menyajikan kopi untuknya. Kareen menyendok setelah Diandra selesai.

"Hari ini kami akan ke rumah Ibu, nanti sore kami akan menjemputmu dari kantor untuk menginap di rumah Ibuku. Apa tak masalah?," tanya Demian, pada Kareen.

Kareen tersenyum sambil menganggukan kepalanya, dia tak menjawab karena mulutnya sedang penuh oleh nasi goreng. Diandra mencubit lengan Demian.

"Jangan ajak Karin bicara saat dia sedang mengunyah. Nanti dia tersedak," protes Diandra.

Demian tersenyum karena merasa bersalah. Diandra mengusap punggung Kareen dengan lembut.

"Habiskan sarapanmu," ujar Diandra.

Kareen mengangguk patuh.

Usai sarapan, Kareen mandi di kamarnya karena akan ke kantor untuk meeting bersama klient. Demian sudah selesai berpakaian dan menunggu Diandra di ruang tengah apartment.

"Demian..., tolong katakan pada Diandra aku pergi duluan. Sekretarisku sudah menelepon berkali-kali sejak tadi," pinta Kareen.

"Ya..., aku akan katakan itu pada Diandra. Hati-hati di jalan. Jangan terlalu ngebut saat kau membawa mobil," pesan Demian.

Kareen terkekeh.

"Kau persis sekali seperti Diandra," ujarnya.

Demian ikut tertawa.

"Satu hal lagi..., jangan panggil aku Demian. Kedengarannya kau kesulitan memanggilku begitu. Panggil saja Ian, semua orang di keluargaku memanggilku begitu."

"Oke..., baiklah Ian, aku pergi dulu."

Kareen berlari keluar apartment meninggalkan Demian sendiri di ruang tengah. Diandra keluar tak lama kemudian, namun Demian masih terfokus pada ponselnya.

"Karin sudah pergi lebih awal, dia bilang Sekretarisnya terus saja menelepon sejak tadi," ujar Demian memberi tahu.

Diandra memakai sepatunya.

"Ya..., Ellen memang selalu begitu jika ada jadwal meeting untuk Karin. Tapi hal itu justru sangat bagus, karena Karin akan membuang rasa malasnya di pagi hari ketika ponselnya terus berbunyi," ujar Diandra.

MY ROOMATE 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang