RAHASIA
Romeo masuk ke dalam sebuah Coffee Shop setelah selesai mengurus deposito di Bank. Ia mengantri untuk membeli segelas Mocca Latte untuk ia bawa menuju kantor.
Dari belakang, tiba-tiba seseorang menyentuh pundaknya. Ia pun berbalik dan sedikit terkejut melihatnya.
"Demian..., apa kabar?," tanya Romeo, seraya menjabat tangan pria itu.
"Baik, bagaimana denganmu?," Demian bertanya balik.
"Seperti yang kau lihat, kalau tidak sibuk, maka aku akan mencoba sibuk," jawab Romeo, sambil terkekeh pelan.
Demian ikut tertawa. Mereka berdua memutuskan untuk mengobrol lebih lama di Coffee Shop tersebut. Romeo menyesap kopinya yang masih panas pelan-pelan.
"Kau dari Rumah Sakit?," tanya Romeo.
Demian terkejut dengan pertanyaan itu.
"Bagaimana kau bisa tahu kalau aku dari Rumah Sakit?," tanya Demian.
Romeo menunjuk pergelangan tangan Demian.
"Itu adalah bukti kalau kau baru saja dari Rumah Sakit," jawab Romeo.
Demian buru-buru menyembunyikan gelang medis yang dipakainya ke dalam kemeja. Romeo memperhatikan hal tersebut.
"Kau sakit apa?," tanya Romeo, curiga.
Demian tersenyum semampunya.
"Aku tidak sakit apapun, hanya cek kesehatan biasa. Biar bagaimana pun kita harus memperhatikan kesehatan...," jawab Demian, berbohong.
Romeo hanya menganggukan kepalanya dan pura-pura percaya.
"Aku tak mengerti, kenapa kau tak pernah memperjuangkan Diandra saat akhirnya adikku memilih Raiden," Romeo memancing.
Hati Demian tiba-tiba bergetar ketika mendengar nama Diandra disebut oleh Romeo. Ia kembali tersenyum.
"Diandra berhak menentukan pilihannya, aku terlalu lama membuatnya terombang-ambing dalam ketidak pastian sementara Raiden adalah orang yang sangat tahu bahwa Diandra tidak pantas untuk disia-siakan," ujar Demian.
"Dan kau ikhlas begitu saja tanpa alasan apapun?."
"Ya, aku ikhlas. Lagi pula Diandra berada di sisi orang yang tepat. Raiden takkan menyakitinya, aku yakin sekali."
Romeo mendesah dengan berat.
"Ya, Raiden memang mencintai Diandra dengan sepenuh hatinya. Aku bisa melihat itu di matanya. Diandra pun begitu, dia sangat mencintai Raiden sepenuh hatinya. Tapi apakah menurutmu Diandra benar-benar sudah melupakanmu, pria yang bertahta di hatinya selama sebelas tahun?," Romeo mencoba memberi pengertian pada Demian.
Demian tersenyum dengan tenang.
"Seiring dengan berjalannya waktu, Diandra pasti akan melupakanku. Aku hanya akan jadi sejarah dalam hidupnya tentang cinta pertama yang ia pertahankan selama sebelas tahun. Tapi aku tidak akan pernah ia ingat lagi, karena aku tak pernah menjadi bagian dari hidupnya. Diandra akan selalu mengukir nama Raiden di hatinya ketika akhirnya nanti mereka benar-benar hidup bersama," Demian terdengar pasrah.
Romeo menangkap perasaan sedih dan bahagia secara bersamaan dari nada bicara Demian. Romeo yakin ada sesuatu yang disembunyikan oleh Demian sehingga pria itu sangat mencoba untuk pasrah.
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Romeo pun segera menghabiskan kopinya.
"Aku harus kembali ke kantor, Diandra akan mengomel seharian kalau aku tak muncul," ujar Romeo.
"Ya..., aku juga akan kembali ke kantor," balas Demian.
Mereka berdua keluar dari Coffee Shop tersebut bersama-sama menuju ke mobil mereka masing-masing. Ketika Romeo hendak menyalakan mesin mobilnya, ia melihat Demian jatuh terkapar di atas aspal tiba-tiba. Ia pun segera keluar dari mobilnya dan meraih tubuh Demian.
* * *
Romeo terus mereject panggilan dari Diandra yang masuk sejak tadi. Ia masih gelisah menunggu di ruang tunggu Rumah Sakit.
Tak lama kemudian Utari keluar dari ruang ICU dan menemui Romeo. Romeo menatapnya.
"Sejak kapan lo kenal Demian?," tanya Utari.
"Belum lama..., dia pasien di sini?," Romeo bertanya balik.
Utari mengangguk, ia duduk di samping Romeo.
"Kondisinya nggak pernah stabil Rom, Demian mengidap penyakit jantung sejak dia lahir. Dia terus berobat, terus mengikuti semua perawatan yang disarankan, tapi keadaannya semakin memburuk seiring dengan bertambahnya usia. Hidup normalnya hanya tersisa tiga puluh persen dan selebihnya mungkin tidak ada harapan," jelas Utari.
Romeo mendesah dengan berat. Akhirnya ia tahu apa sebabnya Demian tak mau memperjuangkan Diandra. Pria itu sudah menyadari, bahwa kemungkinan Diandra akan bahagia bersamanya tidak lebih dari tiga puluh persen.
"Apa nggak ada jalan untuk dia agar bisa bertahan?," tanya Romeo.
"Ada..., transplantasi jantung yang baru untuk menggantikan jantungnya yang lama," jawab Utari.
"Terus kenapa dia nggak mendaftar untuk mendapatkan donor jantung?," Romeo merasa bingung.
"Karena jantung yang akan di donorkan harus cocok Rom, sementara Demian adalah salah satu orang yang memiliki darah AB rhesus negatif. Jantung untuk golongan darah seperti itu langka Rom, bahkan hampir nihil," jelas Utari.
Romeo mengusap wajahnya yang sudah kusut dengan kasar. Ia merasa buntu seketika saat mendengar penjelasan dari Utari.
"Gue boleh ketemu sama Demian kan?," tanya Romeo.
Utari mengangguk. Romeo pun masuk ke dalam ruang perawatan dan duduk di samping Demian yang sedang terbaring lemah. Demian menyadari kedatangan Romeo dan membuka kedua matanya.
"Please Rom..., jangan kasih tahu keluarga gue ataupun Diandra. Gue nggak mau bikin beban buat siapapun," pinta Demian, lemah.
"Elo sekarat..., dan gue harus berbohong, berpura-pura nggak tahu. Gue nggak yakin bisa," ujar Romeo.
"Lo harus bisa. Kalau lo mau lihat Diandra bahagia, lo harus bisa rahasiain keadaan gue. Please," Demian benar-benar memohon.
Romeo tak punya pilihan, akhirnya ia menyetujui untuk tak mengatakan apapun tentang kondisi Demian, terutama pada Diandra.
Ketika ia tiba di kantor setelah mengantar Demian ke rumahnya. Diandra menyambutnya dengan khawatir. Romeo pun memeluknya.
"Gue selalu ingin lo bahagia Belle..., dengan siapapun akhirnya nanti lo bersanding, maka gue akan ikut berbahagia," ujar Romeo.
Diandra melonggarkan pelukannya pada Romeo dan menatap pria itu dengan pandangan yang aneh.
"Kok tiba-tiba lo jadi melankolis gini sih? Ada apa?," tanya Diandra, menggodanya.
Hati Romeo terasa seperti sedang bertarung, antara memenuhi janjinya pada Demian untuk tak mengatakannya pada Diandra, atau melanggar janjinya dan membiarkan Diandra tahu yang sebenarnya.
"Gue nggak melankolis, gue cuma mau yang terbaik buat lo," jawab Romeo, akhirnya.
Diandra tersenyum bahagia, ia kembali memeluk Romeo dengan erat.
"Gue pasti bahagia Rom, gue kan punya elo..., Kareen..., dan Raiden...," balasnya.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ROOMATE 2
Teen Fiction[COMPLETED] Seri Ke-2 PIECES OF HEART Ketika masa lalu berakhir, bukan berarti semua masalah yang pernah ada akhirnya selesai. Justru dengan berakhirnya masa lalu, di sanalah masalah lain akan datang untuk menghiasi masa depan. Ini cerita yang masih...