9. Kunjungan

199 79 8
                                    

"Makasih," ucap Amel.

"Iya. Anggap aja balasan karena bantuin gue keluar dari perpus," jawab Delan.

"Maaf kalau karena Lo antar gue pacar Lo marah."

"Anjir! Lo bisa lihat hantu? Gue ditempelin? Gue nggak punya pacar soalnya."

"Bukannya Indah pacar Lo?" Tanya Amel.

"Oh si Indah, dia cuma temen gue. Kalau gitu gue pamit nggak mau mampir."

Ternyata si princess bully cintanya bertepuk sebelah tangan.

"Nggak akan gue ajak juga, soalnya di rumah nggak ada orang," tanggap Amel.

Delan dan Amel terkekeh pelan karena oborolan mereka.

"Jadi, kita damai nih sekarang? Kalau iya, boleh dong saling tolong kapan aja," ujar Delan.

"Iya, damai."

"Amel!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Amel!"

Brak

Amel berdecak pelan dan berusaha bangkit dari ranjangnya.

"Berisik, kenapa sih?" Tanya Amel.

"Lo sakit? Gue baru baca pesan dari guru Lo, gue banyak tugas tadi nggak sempet buka ponsel. Harusnya kalau Lo sakit cepet hubungin gue. Terus juga, tadi Lo balik sama siapa? Sekarang keadaan Lo gimana? Mau ke rumah sakit?"

"Cuma pusing aja, tadi di sekolah udah minum obat. Gue pulang diantar temen. Udah 'kan? Jangan ngomel dulu please, gue mau tidur."

Izan menyingkirkan rambut Amel dan memegang dahinya.

"Aman, Lo nggak panas."

"Nggak. Udah sana mandi, kalau mau makan beli aja di luar."

"Siapa yang antar Lo?" Tanya Izan serius.

"Temen gue, tadi nggak kepikiran pesen ojek online."

"Cewek cowok?"

"Apa sih? Udah sana mandi, bau tahu," usir Amel.

"Jawab dulu Amel! Cewek cowok?"

"Emangnya kenapa?"

"Kalau cowok gue nggak bakalan dengan mudah kasih restu kayak dulu, gue nggak mau Lo sakit hati lagi."

Amel mendorong Izan menjauh. "Mikir Lo kejauhan! Yang Anter tadi cuma temen gue! Nggak lebih."

"Awalnya aja temen, bisa aja nan...."

Move On (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang