14. Kembali

107 17 1
                                    

Kembali ke jam pulang sekolah.

Tas Vivi yang Amel pegang terlepas dari genggamannya dan ditangkap oleh Delan.

"Kenapa?" Tanya Delan.

Di ambang gerbang, seseorang yang dikenalnya terlihat terengah-engah seolah baru saja berlari jauh. Wajahnya yang lelah tidak bisa menutupi kekhawatiran yang bagi Amel sangat mudah dilihat.

"Raka," gumam Amel.

Amel ingin pergi ketika Raka berlari ke arahnya. Amel ingin mengacuhkan Raka. Amel ingin menghindar walau sedikit saja, tapi tubuhnya terasa berat membuatnya hanya bisa diam di tempat sampai Raka memeluknya dengan erat.

Isakan kecil terdengar. Pelukan Raka semakin erat. Tangan Amel terangkat untuk membalas pelukannya, tapi dorongan kuat dari dalam hati Amel membuat tangannya mengepal dan mendorong Raka. Tapi percuma, Raka memperkuat pelukannya agar tidak mudah dilepaskan.

Delan yang melihat dari jarak paling dekat tidak bisa berkata-kata. Ada sebuah rasa kesal melihat adegan di hadapannya sekarang, tapi Delan segera menyangkalnya dan memikirkan apa haknya untuk kesal. Dirinya bahkan baru menjadi teman Amel.

"Lepas, Ra...."

"Aku kira kamu kenapa-napa. Telfon kamu kemarin mendadak mati dan aku denger teriakan kamu. Aku nggak bisa pergi kemarin, aku secepetnya ke sini setelah semuanya selesai di sana, Mel. Aku khawatir banget sama kamu. Aku bahkan nggak mau berada di kemacetan dan lebih milih lari dari ujung jalan cuma buat mastiin keadaan kamu secepetnya."

Persiapan Amel masih kurang, hatinya melemah karena ucapan Raka. Sial! Raka datang disaat yang belum tepat.

"Lepas."

"Bentar aja. Aku tahu aku salah, tapi kamu juga belum denger penjelasan aku 'kan?"

"Penjelasan apa?"

"Aku bakalan jawab, tapi nggak di sini. Ajak aku ke tempat lain," pinta Raka.

Raka masih menenggelamkan kepalanya di bahu Amel. Bahu yang dulu sering dijadikannya sebagai sandaran, tapi kini berada di jarak sangat jauh.

Merasakan pelukan Raka melemah, Amel segera mendorong laki-laki itu.

"Delan, Lo sama yang lain duluan aja, gue bisa pergi sendiri nanti. Alamatnya gue kasih tahu di chat, kasih juga tas Vivi."

"Hah?"

Ardi mendekat dan menepuk bahu Delan.

"Kita duluan jengukin Vivi kalau gitu," ujar Ardi.

Ardi menarik Delan menjauh.

Amel berjalan lebih dulu meninggalkan area sekolah diikuti Raka di belakang. Amel berjalan menuntun Raka menuju taman kota yang cukup luas. Amel turun berjalan menuju tepian sungai dan duduk dengan beralaskan rumput.

"Ngomong sebelum Kak Izan datang."

"Aku kangen kamu."

"Itu aja? Kalau gitu gue pulang."

Raka menahan tangan Amel.

Move On (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang