3. Temenan Dong!

445 166 6
                                    

Amel menyuai rambutnya karena senang bisa melampiaskan amarahnya. Sebenarnya Amel tidak berniat menyakiti orang yang sekarang masih tengkurap di lantai. Untung saja koridor sekarang ini sedang sepi jadi tidak ada yang dapat melihat kejadian ini.


Vivi menarik pelan sebelah tangan Amel. "Mel, kita balik ke kelas aja, yuk!" bisik Vivi.

Amel memutar bola matanya sambil mendengus, tapi ucapan teman barunya itu benar juga. Tapi tetap saja, Amel merasa perbuatannya tidak salah karena dia yang memulainya.

"Lo bener," ucap Amel dan sekarang sudah berputar untuk kembali ke kelasnya.

Vivi menatap orang yang masih tengkurap tersebut sesaat sebelum akhirnya ikut pergi mengejar Amel.

Setelah kepergian Amel dan Vivi, dua teman yang tadi mengejar kini sudah berjongkok untuk membantu temannya.

"Lan, masih hidup lo?" Tanya temannya yang beralis tebal, tapi membuat wajahnya terlihat sangat tampan. Ini Ardi Arzena Ananta, manusia paling kalem, tapi cuma di antara ketiganya. Terakhir, di antara Delan dan Arka, Ardilah yang masih memiliki sedikit malu, walau cuma sedikit.

Orang yang sekarang sudah kembali berdiri menggerakkan lidahnya di salah satu pipi itu adalah Delano Barnaby, dipanggil Delan. Termasuk ke dalam jajaran most wanted sekolah, tapi, percayakah kalian bahwa seorang Delan ini tidak pernah memiliki kekasih atau singkatnya, Delan adalah jomblo.

"Lo sebenernya diapain ampe bisa tengkurap dan ciuman sama lantai? Itu lantai kalau punya hati udah baper deh sama lo," celetuk teman Delan yang satunya.

Kalau mahluk tampan dengan kelakuan yang bukan kelakuan mahluk bumi ini namanya Arka Zamzeta Sanjaya, teman Delan sejak dulu sampai sekarang, otaknya sengklek nggak beda jauh sama Delan.

"Ardi," panggil Delan.

"Apa?" Jawab Ardi.

Delan menekan kedua pundak Ardi dan menatapnya intens. "Ardi! Gue barusan serius tumbang gara-gara cewek? Gue tengkurep di lantai cuma gara-gara cewek?" Tanya Delan seolah teraniyaya.

"Kayaknya cewek barusan perwujudan azab yang dikirim semua cewek yang pernah lo tolak dulu, Lan," tutur Arka memberikan pencerahan yang paling logis.

Delan menatap Arka karena percaya dengan ucapan temannya itu. "Menurut lo gitu, Ka?"

"Lo pikir aja, selama ini emang ada cewek yang gituin lo? Udahlah, fix! Cewek barusan perwujudan dari dendam semua cewek yang lo tolak," jawab Arka yakin.

Ardi menghela nafas dan kemudian mengusap wajahnya. Punya dosa apa dirinya harus berteman dengan dua orang yang diberi kelebihan di tampang mereka tapi kekurangan di otak.

Plak

Plak

Pukulan keras dari Ardi dilayangkan ke tangan kedua temannya itu. "Arka! Nggak usah bego-begoin Delan yang udah bego!"

Ardi beralih menatap Delan. "Lo juga! Percaya aja sama omongan ini cenayang gadungan!" Kesal Ardi yang menunjuk Arka.

"Itu cewek ngejar dan bikin lo ampe tengkurep di lantai gara-gara dia tadi jatuh disenggol sama lo, tapi lo kabur bukannya bantuin, wajar aja kalau dia kesel!" Ucap Ardi menjelaskan walau pun dengan intonasi suara yang tidak santai.

Move On (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang