19. Penyelamat

70 14 0
                                    

Di depan gerbang Amel masih menunggu kakaknya tiba. Hari ini Izan memaksanya untuk pulang bersama, tapi Amel sangat kesal karena sudah lima belas menit tapi kakaknya itu tidak datang juga.

"Lama," keluh Amel.

Amel duduk di taman depan sambil menunggu Izan datang. Amel menatap ke banyak arah berharap mendapatkan hal menarik untuk dilihat, tapi percuma. Hampir semua warga sekolah sudah pulang ke rumah masing-masing.

Amel menghela napas karena benar-benar merasa bosan. Suara langkah kaki terdengar mendekat.

"Nih."

Amel yang sedang menatap dedaunan di atas sana menoleh. Tiara menyodorkan sebuah minuman dingin yang berembun dan tampak enak itu.

"Loh?"

"Makasih."

Tiara duduk di samping Amel setelah Amel menerima pemberiannya.

"Kesambet Lo, ya?" Tanya Amel.

"Berkat Lo Indah bisa pergi dari sini."

Tiara tersenyum, bukan senyum menyebalkan seperti biasanya. Kali ini senyum Tiara benar-benar terlihat sangat cantik.

"Temen munafik Lo," tanggap Amel.

"Andai Lo nggak laporin Indah dia pasti masih kesiksa di sini. Makasih udah laporin Indah."

Amel mengerutkan dahinya. Sepertinya Tiara benar-benar ketempelan saking sedihnya Indah dikeluarkan dari sekolah, apa hubungan mereka memang sedekat itu?

"Indah juga manusia biasa, sahabat gue itu juga punya perasaan. Lo cuma tahu satu sisi dari Indah, tapi gue nggak. Lo nggak perlu tahu juga sisi Indah yang lain, tapi gue tetep mau bilang makasih udah akhirin penderitaan Indah di sini."

Perasaan yang menderita para korban bully si Indah, kenapa jadi si Indah yang seolah-olah jadi korbannya.

"Tanda terimakasih dari gue, nggak gue racun kok."

Tiara pergi meninggalkan Amel yang masih kebingungan. Amel meletakkan botol minuman itu di ujung kursi dan menjauhinya.

"Si Tiara kayaknya beneran kena mental," ucap Amel sedikit merasa kasihan.

Tiara keluar dari area sekolah dengan perasaan lega. Sudah lama sekali Tiara mengharapkan hari ini terlaksana, hari di mana sahabatnya terbebas dan bisa memulai kembali kehidupannya seperti dulu kala.

"Indah, Lo juga harus berterimakasih sama Amel kalau balik lagi ke sini nanti."

Tiara menghentikan taxi yang sedang melaju. Taxi itu pergi membawa Tiara menuju kediamannya. Tugas Tiara sekarang hanya tinggal membujuk orang tuanya agar membolehkannya pergi menyusul Indah setelah kejadian besar ini.

Firasat gue emang udah yakin banget sejak kejadian di kantin waktu itu, Amel pasti bisa nolongin Indah.

Firasat gue emang udah yakin banget sejak kejadian di kantin waktu itu, Amel pasti bisa nolongin Indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Move On (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang