Hujan turun deras. Seperti biasa jika ingin masuk ke dalam sekolah di malam hari maka dirinya harus melewati gerbang belakang dan memanfaatkan titik buta cctv.
"Kalau perkiraan gue benar, harusnya udah dapet 'kan?"
"Tapi sekarang udah jam segini, ini juga udah lewat dari jam dia datang ke belakang rumah kaca. Gue harap mereka baik-baik aja."
Setelah sampai di belakang rumah kaca, tampak bekas galian dan jejak kaki yang memasuki gedung sekolah dengan ukuran yang berbeda.
Amel mengambil sekop yang tadi diambilnya dari gudang. Jika Vivi mengatakan akan menaruh di atas pohon, maka pikiran Amel berbanding dengan Vivi. Di tempat seperti ini, barang akan paling aman jika dikubur di bawah tanah.
"Hujan," monolog Amel.
Amel merogoh saku jaketnya kemudin mengeluarkan sarung tangan, karena sejak awal Amel ingin membantu dalam kasus ini Amel sudah memiliki banyak kecurigaan.
Sebuah kain hitam yang terbungkus plastik. Amel semakin yakin jika ada hal besar di balik semua ini.
"KALIAN SEDANG APA?!"
Amel membelalakkan matanya begitu pula dengan Vivi. Amel segera bangun kemudian melempar sekop kecil itu ke arah rumah kaca dan membuat kacanya pecah, lemparan Amel tepat sasaran, satu lampu rumah kaca pecah karenanya. Itu memang tidak banyak membantu, tapi itu cukup untuk memberikan dirinya juga Vivi waktu untuk kabur.
"Vi! Lari!" Teriak Amel.
Amel menarik Vivi berlari tanpa tentu arah menuju gedung sekolah.
"Lempar sepatu Lo, Vi," ucap Amel sedikit pelan.
"Kenapa?"
"Sembunyi, gue bakalan temuin Lo di lab kimia," bisik Amel.
"Lempar aja, terus kita pisah jalan," ucap Amel.
Di persimpangan koridor, Amel menekan saklar lampu dan mendorong Vivi ke arah yang berlawanan.
Amel yang sudah menggali tanah membuat sepatunya kotor dan dengan jelas meninggalkan jejak di lantai yang bersih.
Disaat seperti ini Amel lupa bahwa jalan yang diambilnya adalah menuju rooftop, tapi jika Amel kembali ke belakang sama saja dengan menyerahkan diri.
"BERHENTI DI SANA! LETAKKAN BENDA ITU MAKA KAMU AKAN SELAMAT!"
Amel sepertinya mengenal suara orang yang sedang mengejarnya ini, tapi di mana Amel mendengarnya.
Akh! Waktu itu! Guru yang nabrak gue.
Amel sudah pasrah tapi tetap menaiki tangga menuju rooftop dengan cepat, berharap pintu rooftop bisa diblokir dari luar nanti.
Amel menutup pintu rooftop dan menghalanginya dengan beberapa kursi yang telah rusak, sial!
KAMU SEDANG MEMBACA
Move On (END)
Fiksi RemajaMaju terus pantang flashback Kalian baca kisah ini karena apa? 1.Belum bisa move on 2.Pengen ngebuktiin apa tips move on dari author berhasil apa nggak Benefit ~Tips move on dari author yang sudah dibuktikan sendiri dan BERHASIL Note ~Tips move on...