24. Misi

26 10 4
                                    

Beberapa hari berlalu sejak Amel memasang kamera itu di pohon, Amel bahkan sengaja datang ke rumah kaca di saat istirahat bersama Vivi dengan alasan ingin belajar padahal memastikan keadaan kamera itu. Kameranya masih terpasang dengan aman, tapi kenapa belum ada info lagi. Apa Amel sudah cukup dan hanya membantu sampai sini saja? Tapi Amel sangat penasaran.

Tentang Raka, mantannya itu masih tetap berusaha memperbaiki hubungan dengannya, walau sudah Amel tegaskan tidak bisa.

"Amel, aku masakin nasi goreng buat kamu," ucap Raka.

Amel dan Vivi yang sedang mengerjakan soal bersama di kelas menoleh pada Raka.

"Aku buat sesuai resep yang dikirim sama bunda, kamu 'kan dulu paling suka sama masakan buatan bunda."

"Masakan tante, bukan masakan Lo," jawab Amel.

"Mulutnya yaampun," geram Raka.

"Apa sih? Mending makan aja sama Lo, nggak lihat gue sama Vivi lagi belajar?"

"Kalau gitu aku nungguin kamu belajar," nego Raka.

"Nggak perlu. Gue harus fokus, Lo mendingan makan di kelas Lo aja."

"Tapi aku pengen di sini, terus juga aku bikin ini buat kamu, Mel."

Amel menatap Vivi yang tampak tidak enak mendengar obrolannya bersama Raka.

"Jawaban yang sama untuk kedua permintaan, nggak!" Tegas Amel.

"Tapi, Mel."

Amel berdiri dari kursinya kemudian mendorong Raka agar pergi dari kelasnya.

"Jangan ganggu, gue mau belajar!"

Raka membuka mulutnya siap menjawab, tapi pintu kelas terlanjur di tutup oleh Amel. Amel kembali duduk di kursinya melanjutkan soal yang sedang dibahasnya dengan Vivi.

Masih berada di lingkungan sekolah, tapi berada cukup jauh dari kelas yang ditempati oleh Amel dan Vivi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih berada di lingkungan sekolah, tapi berada cukup jauh dari kelas yang ditempati oleh Amel dan Vivi. Dari rooftop, hampir seluruh wilayah sekolah bisa dilihat dengan jelas. Seseorang sedang berdiri di sana, mengamati.

"Ada apa sebenarnya? Kenapa dia terus ke sana?" Monolognya.

"Apa yang membuatnya terpaku di tempat itu?"

"Belakang rumah kaca bukan tempat istimewa, bahkan jarang dikunjungi orang. Bagian yang sering didatangi adalah rumah kaca."

"Kenapa bisa dia terus datang ke sana di saat sekolah kosong."

Move On (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang