12. Bukti

208 20 0
                                    

"Aw," ringis Amel pelan.

"Kenapa Lo?"

Amel berbalik dan mendapati Kakaknya yang sedang membuka pintu kulkas.

"Nggak apa-apa."

"Tadi pulang sama siapa?" Tanya Izan.

"Naik taxi, yakali gue nungguin Lo di sekolah."

"Oh. Mel, dari tadi ponsel Lo bunyi, angkat sana."

"Tanggung, mau beresin dulu piring," bantah Amel.

"Nggak usah, gue aja. Sana."

"Yaudah, gue ke kamar kalau gitu."

"Iya."

Amel melompat ke atas ranjangnya kemudian menyalakan ponselnya. Panggilan dari Vivi cukup banyak dan tidak terjawab.

"Hallo, Vi? Ken...."

"Amel!"

"Ekh? Suara Lo kenapa? Lo nangis, Vi?" Tanya Amel kebingungan.

"A-amel nggak a-apa-apa 'kan?"

"Gue masih hidup, Vi. Lo kenapa tangisin gue sih?"

"Indah jahat! Kenapa temen Vivi satu-satunya digituin!" Keluh Vivi yang terdengar sangat menggemaskan di telinga Amel.

Vi! Lo gemesin banget sih! Jangan sampai gue belok karena Lo.

"Gue nggak apa-apa serius, yang lebih penting tolong jangan berisik nanti kak Izan tahu bahaya, Vi."

"Ma-maaf. Vivi khawatir banget sama Amel, habisnya di rekaman itu Indah jahat banget. Apa sekarang kita ketemu aja? Vivi ke rumah Amel atau kita ketemu di luar?" Usul Vivi mendadak.

"Nggak usah, Vi. Ini udah malem, besok aja kita ketemu di sekolah, sekalian bawa buktinya."

"Tapi Vivi khawatir banget! Vivi nggak tenang kalau belum ketemu Amel!" Rengek Vivi.

"Cukup, Vi. Lo tidur aja sekarang, besok pagi gue pastiin kita pasti ketemu kok, udah ya. Gue harus belajar dulu," alibi Amel.

Amel mematikan panggilannya secara sepihak. Biarlah temannya itu tidur untuk sekarang dan dirinya juga harus menyiapkan buku baru karena kejadian tadi.

"Besok. Indah, gue harap Lo bisa tobat udah ini."

"Tobat, tobat, udah malem ini tidur, jangan bergadang, besok masih sekolah."

"Sejak kapan Lo di kamar gue?" Selidik Amel.

"Barusan, buat mastiin Lo tidur apa belum, ternyata belum."

"Bentar lagi gue tidur," bela Amel.

"Udah jam setengah sebelas malam, Amelia! Jaga kesehatan, tidur sekarang."

"Iya, gue tidur nih."

Amel menjauh dari meja belajarnya menuju ranjang dan mulai menutupi dirinya dengan selimut.

Move On (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang