7. Hujan Di Hari Senin

252 131 1
                                    

"Princess!"

Amel memalingkan wajahnya karena merasa malu melihat Kakaknya yang memakai pakaian formal dan berdiri di luar mobil.

"Gimana sekolahnya?" Tanya Izan.

"Biasa aja," jawab Amel.

Amel hendak membuka pintu mobil namun dihalangi oleh Izan. Izan merentangkan tangannya.

"Nggak mau meluk dulu gitu?" Tanyanya.

Amel menonjok sebelah bahu Izan dan kemudian masuk ke dalam mobil.

"Malu-maluin anjir!" Kesal Amel.

"Apaan? Biasanya juga gue sering meluk Lo," bela Izan.

"Tapi kalau di depan umum gitu gimana kalau gue disangka peliharaan om-om?!" Tanya Amel.

"Gue belum setua itu, sembarangan aja manggil om-om."

"Semua orang juga bakalan nyangka gitu kali, mobil bagus, pakaian formal, pake kacamata, fix! Mirip om-om yang nunggu sugar babbynya pulang dari sekolah."

"Heh! Umur gue baru dua lima! Mana ada kayak om-om, mirip Oppa Korea sih iya."

"Mirip om-om udah. Soalnya muka Lo awet tua," jawab Amel.

"Mana ada Awet tua! Aneh Lo!" Keluh Izan.

"Mel?"

"Apaan?"

"Mampir makan dulu nggak?"

"Nggak mau!"

"Lah? Kenapa?"

"Mending pulang dulu terus ganti baju dulu baru ajak gue keluar. Pake baju normal dikitlah, Lo pake jas begini jauh banget sama penampilan biasanya yang kayak gembel."

"Abis putus jadi pedes banget ya omongan Lo," goda Izan.

"Mau gue tabok?!"

"Cium deh kalau boleh," jawab Izan.

"BA-COT!"

"Hahaha!"

"Fix, kelakuan Lo kayak om-om, jauh-jauh dari gue, takut diapa-apain."

Amel sedang berkutat dengan novelnya di dalam kamar ketika suara ketukan pintu terdengar.

"Mel, keluar bentar."

Amel segera berjalan ke arah pintu dan membukanya.

"Apa?"

"Ini."

"Lo mau latihan nembak cewek? Nggak romantis sumpah, datar banget."

"Pala mu! Ini kiriman bunga katanya buat Lo."

"Gue nggak pesen bunga," jawab Amel.

"Serius Lo?"

"Beneran, lagian buat apa?"

Amel mengambil karangan bunga tersebut kemudian melihat dengan teliti.

Move On (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang