"Aduh jangan hari ini deh Njul, gue lagi di rumah sakit ini"
"Ha? Lo sakit? Lo kenapa? Di rumah sakit mana?" Fajar langsung mencerca beberapa pertanyaan, suaranya terdengar seperti orang panik.
"Bukan gue, Bintang"
"Oh" harusnya Fajar senang bahwa bukanlah Senja yang sakit, namun ketika mendengar nama Bintang Fajar moodnya langsung kecewa. Fajar tidak suka kalau ada lelaki lain yang merepotkan Senja.
"Ntar gue telefon lagi ya, gue lagi banyak urusan ini,bye" Senja menutup sambungan telepon.
Senja sudah berulang kali mengingatkan Bintang untuk lebih berhati-hati dalam memilih makanan. Namun dasarnya Bintang yang selalu gegabah, dan akhirnya membuat dirinya harus tergeletak di rumah sakit karena elerginya yang kumat.
"Gimana keadaan Bintang dokter?" Tanya Senja kepada dokter yang sudah selesai memeriksa Bintang.
"Ini pacarnya elergi seafood ya" tanya Dokter yang mungkin umurnya sekitar 40 tahunan.
"Bukan pacar bu, saya temennya" sahut Senja
"Iya dia elergi makan hewan bercangkang tapi sukanya ngeyel bu" sambung Senja lagi
"Diingetin terus biar lebih hati-hati kalau makan, karena elerginya cukup parah ini" Bintang memang bukan pertama kalinya membuat Senja harus wira-wiri rumah sakit karena elerginya yang sering kumat.
"Iya bu, makasih banyak bu dokter" jawab Senja seraya menutup pintu setelah dokter berpamitan dan berjanji akan melakukan visit esok hari.
"Bangun!" Kata Senja ke Bintang yang terlihat sedang tidur, karena tidak ada sahutan, Senja mencubit pipi sahabatnya itu
"Gue ngerti lo lagi acting"
Bintang merintih kesakitan sambil memegang pipinya yang telah dicubit cewek disampingnya
"Parah lo, temen lagi dirawat gini malah disiksa" jawab Bintang sambil mengusap pipinya yang merah
"Otak lo geser ke pankreas ya?"
"He?"
"Bisa nggak sih lo ga bikin gue khawatir gini"
"Maaf"
"Hobi lo yang satu itu tolong deh dikurang-kurangin.. pusing gue" jawab Senja sambil menyiapkan bubur untuk makan siang Bintang yang sudah di antarkan perawat sebelumnya.
"Sorry" jawab Bintang yang terlihat sedang kesulitan menyendok bubur dengan tangan kirinya karena tangan kanannya harus diinfus. Senja yang melihatnya gatal sendiri dan akhirnya harus ikut turun tangan menyuapi temannya satu ini dengan takaran sesendok penuh ala kuli.
"Gue bukan kuli" protes Bintang yang terpaksa buka mulut karena suapan penuh yang sudah didepan mulutnya.
"Lo ini kalau pas sakit berisiknya minta ampun, nurut sama gue sekali aja bisa nggak sih" kata-kata menusuk dari mulut Senja akhirnya berhasil membut Bintang terdiam sambil terus menguyah suapan demi suapan porsi kuli yang diberikan sahabatnya.
Beginilah Senja, dia bukan sekedar sahabat baginya. Bagi Bintang, Senja adalah segalanya, cewek yang galaknya ngalahin singa betina ini bukan lagi bertindak selayaknya teman tapi juga walinya. Beberapa kali Bintang dirawat di rumah sakit dan memang selalu Senja yang mengurus dan menemaninya. Bintang memang memiliki Ayah, namun hubungan keduanya memang memburuk beberapa tahun ini dikarenakan suatu hal, Senja mengerti akan hal itu dan tidak memaksa Bintang untuk menemui Ayahnya.
"Lo besok suruh Tasya atau siapa gitu buat kesini" kata Senja tiba-tiba saat Bintang sedang sibuk dengan film yang ditontonnya di TV. Soal Tasya, Tasya adalah salah satu dari sekian deretan wanita cantik di jurusannya yang jelas-jelas naksir sama Bintang. Tasya udah ngerjar-ngejar Bintang sejak awal semester, tapi begitulah Bintang yang memang hatinya entah terbuat dari es batu asal antartika atau mana yang bisa sebegitu dinginnya.
"Lo mau kemana?" tanya Bintang sambil menatap Senja yang sedang sibuk dengan handphone nya
"Reuni, gue mau reuni SMP"
"Di Bandung?"
"Nggak, di New York, ya Bandung lah" jawab Senja yang masih sibuk membaca grup whattsap berisikan para alumni SMPnya.
"Berangkat sama siapa?"
"Sendiri"
"Naik?"
"Kereta, gampanglah atau gue bawa mobil sendiri juga bisa"
"Naik kereta aja" jawab Bintang sambil mengganti channel tv dan mengganti posisinya menjadi duduk.
"Protektif banget" jawab Senja mencibir ke arah Bintang yang sedang sibuk melihat tayangan berita.
"Pulang kapan?" Tanya Bintang memecah keheningan yang sempat terjadi sesaat
"Senin pagi paling"
"Naik?"
"Belum tau, belum mikir"
"Ya harus dipikir, kebiasaan apa-apa mendadak" sindir Bintang ke Senja yang terlihat mulai kesal dengan perkataan sahabatnya.
"lagian lo kepo banget sih, urusin aja tuh diri lo sendiri, gue nggak mau ada kabar engga enak selama gue pergi"
"emang lo peduli" jawab Bintang terdengar menantang, jelas Senja benar-benar emosi dibuatnya.
"Nggak, gue nggak peduli" jawab Senja sambil mengambil tas ranselnya yang berada di sebelah tempat tidur. Senja yang akan melangkah menjauh dari tempat tidur tiba-tiba merasakan lengannya ditarik oleh sesuatu yang kuat dan dalam hitungan detik Senja sudah berada di pelukan Bintang
"Maaf" kata Bintang yang membuat Senja kikuk ditempat sejenak lalu menepuk-nepuk punggung sahabatnya demi menghilangan rasa gugupnya.
"Iya udah gue maafin, lo jaga diri ya, gue mau pulang ke kos packing buat besok" jawab Senja melepaskan pelukannya.
"Buru pulang, lo kan harus jagain gue" jawab Bintang yang tiba-tiba menjadi super manja.
"Terus kok nglunjak ni bocah" sindir Senja.
"Lo istirahat yang banyak, badan lo masih anget, kalau sampai gue denger berita nggak-nggak soal lo, gue nggak bakalan mau jadi temen lo lagi" kata Senja sesaat sebelum akhirnya meninggalkan ruangan dan meninggalkan Bintang sendirian.
Hai readers!! Jadi kalian team mana nih, team Bintang atau team Fajar, komen ya disini....!!!
Jangan lupa vote dan follow ya, thankyou ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja & Fajar
FanfictionCerita sederhana tentang Senja dan Fajar Agustus, 2000 "Fajaarrr!!! Kembaliin mainan aku!! Itu mainan cewek bukan mainan cowok tauk!!" January, 2005 "Senja tungguin!!! Jangan ngebut-ngebut ngapa!!!!" July, 2010 "Baru juga kalah sekali udah nyerah...