19

9.2K 285 23
                                    

Elios berjalan angkuh dengan wajah dinginnya menyusuri lorong rumah sakit, Elios berhenti di depan pintu ruangan milik Nando, Elios membuka pintu ruangan itu, dan mendapati Nando yang tengah memainkan ponselnya di ranjang rumah sakit.

"Menikmati harimu bojah tengik?" Ujar Elios santai membuat Nando menoleh

"Owh, sebuah kesenangan mendapati 'orang tua' ini menjenguk ku" ujar Nando dengan senyuman tak bersalahnya

"Sialan" umpat Elios

"Dilarang mengumpat saat sedang menjenguk tuan muda" ujar Nando santai

"Dengar bocah, aku datang kesini bukan untuk menjenguk bocah sialan seperti mu, aku kesini untuk memperingatimu agar jangan mendekati Ana lagi, kalau tidak maka aku akan membunuhmu dengan tangan ku sendiri" ancam Elios tajam

"Memangnya kamu tuhan?? Mengatur hidup dan matiku" ujar Nando meremehkan

"Kamu bocah yang tidak tahu diri" ujar Elios geram

"Hei tuan muda, seharusnya anda mengarahkan perkataan anda itu pada diri anda sendiri, anda jauh lebih tidak tahu diri, kakak mana yang mencintai adiknya sendiri" ujar Nando santai

Elios mengepalkann tangannya menahan emosi.

"Dengar ini!! Ana bukan adik kandungku, jadi aku berhak mencintainya" ujar Elios berbalik pergi, sebelum keluar elios menoleh sedikit ke arah Nando yang tertegun mendengar pengakuan Elios tadi

"Dan satu lagi, jangan pernah ikut campur urusanku" ujar Elios tajam, dengan menampilkan smirk nya lalu keluar dari ruang rawat Nando
.
.
.

Sepeninggalan Elios di ruangannya, Nando terlihat gelisah, jika pengakuan Elios tadi memang benar, maka bisa saja Elios melakukan hal yang berani pada Ana.

Nando menghela nafas pelan, mengambil ponselnya yang ada di nakas, mencari no seseorang lalu menelepon no itu.

'bantu aku cari tahu semua mengenai keluarga Mahendra, aku ingin itu selesai sore ini juga'

'.....'

Nando mengakhiri panggilan di ponselnya, lalu menyimpannya kembali di atas nakas, ini saatnya dia untuk memunculkan taringnya, sudah cukup dia terlalu santai menanggapi semua ini, sekarang waktunya dia bermain.

"Tunggu dan lihat endingnya" ujar Nando mengeluarkan smirk nya
.
.
.
Skiip
.
.
.
Elios menatap Ana yang tengah berbaring dengan tertidur, dengan tatapan datar khas Elios, tak lama suara kekehan dari mulut Elios terdengar pelan.

"Memangnya apa peduli ku tentang perasaan kamu Ana, suka tidak suka kamu tetap milikku" ujar Elios mengelus pipi Ana pelan

Menyusuri lekukan wajah cantik Ana dengan telunjuknya, sedangkan Ana tetap tertidur lelap tidak merasa terganggu.

"Kamu bukan adik ku, kamu wanita aku, jika seandainya kamu adik kandungku pun, aku akan tetap mencintai kamu Ana, aku akan melawan takdir, jika itu membuat kamu jadi milikku" lanjut Elios dengan kekehan kecil

Tak lama tatapan Elios menajam menatap ke luar jendela ruang rawat Ana.

"Meski harus membunuh sekalipun, termasuk membunuh bocah tengik itu" ujar Elios tajam

Elios menatap waja terlelap Ana

"Katakan jika aku gila, aku gila karna mencintai kamu, kamu hanya milikku, hanya kamu" ujar Elios
.
.
.
.

Di ruangan lainnya, Nando tengah berkutat dengan pikirannya, tak lama, seseorang mengetuk pintu rawatnya.

'tok tok tok'

"Masuk" suruh Nando

Seseorang dengan pakaian formal memasuki ruangan Nando

"Permisi tuan muda, ini dokumen yang tuan muda minta" ujar orang itu sopan

"Jelaskan saja, aku malas untuk membacanya" ujar Nando tanpa beban

Pria itu mengangguk sopan

"Nama lengkap Ayana lovita mahendra akrab di sapa Ana, bersekolah di sekolah yang sama dengan tuan, anak kedua dari keluarga Mahendra dari pasangan Ferdi Mahendra dan Nina Mahendra, dia memiliki seorang kakak laki laki bernama Elios zidan mahendra.
Dan yang paling penting tuan, ternyata nona Ana adalah adik tiri dari Elios" ujar pria itu

"Apakah Ana anak adopsi?" Tanya Nando

"Tidak tuan, nona Ana anak kandung dari Nina Mahendra" ujar pria itu

"Tadi katanya tiri, gimana sih, kamu tuh maunya apa sama aku, cape deh Nando kalau kamu gini terus" ujar Nandi lebay

'untung bos, kalau bukan udah tak tempeleng tuh kepala'- batin pria itu

"Gini tuan jadi nona Ana itu Anak kandung dari nyonya Nina, jadi tuan Ferdi menikahi nyonya Nina, pada saat nyonya Nina sedang hamil Ana" ujar pria itu

"Ouh......jadi maksudnya, janda sama duda" ujar Nando polos

"I-iyah tuan" ujar pria itu membenarkan

"Ouh ok, kamu boleh pergi" ujar Nando

Pria itu membukuk hormat, pada saat pria itu berbalik akan melangkah ke arah pintu langkahnya berhenti karna suara Nando.

"Eh eh mau kemana kamu?" Ujar Nando

"Tadi tuan nyuruh saya untuk pergi" ujar pria itu sopan

"Masa???" Ujar Nando polos

"Iyah tuan" ujar Pria itu sabar

"Ouh yaudah" ujar Nando

5 menit kemudian, Nando merasakan seperti ada yang menemani dari tadi, Nando pun mengalihkan pandangannya dari ponselnya ke arah kiri, dan dia bingung karna melihat pria suruhannya masih berdiri di sana.

"Ngapain masih disini?" Tanya Nando heran

"Tuan belum memberikan intupsi untuk pegi lagi" ujar pria itu

"Yasudah sana pergi" ujar Nando

Pria itu pun membungkuk hormat dan berlalu pergi.

"Dasar, pantesan dari tadi merinding ternyata ada kodam" gumam Nando

-_-_-_-_-_-_-_

Aku up lagi, maaf kalau gk nyambung, aku lupa alur ceritanya, jadi agak garing hehe

Maaf nunggu lama😅

my Litle Sister Is Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang