08, sifat asli Elios

11.5K 379 25
                                    


Pagi ini, Ana turun dari kamarnya menuju meja makan, saat Ana sampai di ruang makan, langkah Ana terhenti menatap ke arah meja makan yang sudah ada ke dua orang tuanya dan jangan lupakan kakaknya, Elios yang tengah menatap Ana dengan mata tajamnya yang membuat Ana terdiam kaku di tempatnya.

Ana menatap diam ke arah kakaknya yang tengah menatapnya dengan mata tajamnya, lama Elios menatap Ana, sampai sebuah seringaian terbit di bibir Elios, membuat tubuh Ana merinding.

Mamahnya Nina yang sendari tadi sibuk melayani Ferdi sang papah, menoleh ke arah Ana, saat tak sengaja Nina melihat arah mata putranya menuju ke belakangnya.

Nina tersenyum melihat ke arah Ana yang masih diam terpaku menatap ke arah kakaknya yang juga masih menatap Ana.

Nina menghampiri Ana lalu memegang pundak Ana membuat Ana sadar dan menatap mamahnya.

"Kenapa cuman berdiri di sini, ayo sarapan dulu, sebelum berangkat" ujar Nina lembut

"Ng-gak usah mah A-ana sarapan di kampus aja" ujar Ana terbata sesekali matanya menatap ke arak Elios yang tampak santai memakan sarapannya

"Kenapa harus di kampus?, mamah tau kuliahnya masih ada setengah jam lagi, lebih baik sarapan bersama, kan jarang kita bisa sarapan bareng" ujar Nina

"T-tapi mah..." ujar Ana

"Ssttt gk ada tapi tapi an, ayok kita sarapan" ujar Nina menuntun Ana ke arah meja makan

Ana dengan ragu duduk di kursi sebelah kakaknya, Ana melirik kakaknya takut, Elios tampak tenang manyantap sarapannya dan tak peduli padanya, membuat Ana tanpa sengaja menghembuskan nafas lega, Ana mulai mengambil roti dan mengoleskan sley kesukaanya.

Saat Ana bersiap memasukan roti itu ke dlm mulutnya, Ana berjenggit kecil, kaget saat merasakan telapak tangan hangat milik seseorang menempel di atas pahanya yang sialnya sekarang dia tengah manggunakan rok.

Ana melirik ke arah kakaknya yang ada di sampingnya dan matanya melihat Elios tengah menyeringai, Ana menatap ke arah pahanya yang terdapat tangan kakaknya, Ana mencoba menyingkirkan tangan kakaknya saat dengan beraninya tangan itu mengusap pahanya.

Ana terus berusaha untuk menyingkirkan tangan kakaknya, tapi semakin dia melawan kakaknya semakin gencar untuk lebih dalam menyentuh pahanya.

Ana menatap ke depan di mana kedua orang tuanya berada, berharap mamahnya atau papahnya melihatnya, agar dia bisa menghentikan aksi kakaknya, setidaknya jika kakaknya melihat orang tuanya mulai melirik ke arah mereka, itu bisa menghentikan aksi kakaknya (mungkin), tapi sayang ke dua orang tuanya tak melirik ke arahnya sama sekali mereka sibuk dengan sarapan mereka.

Sampai saat Ana merasakan tangan kakaknya mulai berani menyentuh sesuatu di antara ke dua pahanya Ana refleks langsung berdiri membuat tangan kakaknya terlepas, Kedua orang tuanya menatap Ana heran.

"Ada apa??" tanya Nina bingung

"Ah i-itu...A-ana baru ingat ka-lau Ana ada janji ngerjain tugas sama Disa, jadi Ana harus berangkat ke kampus sekarang" ujar Ana gugup berharap mamah nya mengijinkan dia untuk pergi

"Ouh baiklah, kalau gitu kamu berangkat bersama kakak ka..." ucapan Nina di potong cepat oleh Ana

"Tidak usah mah, Ana bisa berangkat sendiri, kalau gitu Ana pergi dulu, Ana buru buru" ujar Ana cepat lalu segera meninggalkan meja makan, Ana benar benar tak tahan dengan kakaknya, dia mulai sadar ternyata kakaknya sudah gila

Nina menatap bingung ke arah dimana Ana pergi sedangkan Ferdi hanya menggelengkan kepalanya dengan tingkah Ana, sedangkan Elios menyeringai menatap arah perginya Ana dengan mata tajamnya, dengan ekspresi muka sinis

"Mencoba menghindar baby?" gumam Elios kecil sambil terkekeh pelan yang tak di sadari oleh ke dua orang tuanya

-_-_-_-_-

Sekarang Ana tengah duduk sendirian di halte bus, menunggu bus datang, Ana menghela nafas lega karna berhasil lari dari situasi yang membuat dia takut tadi.

Dia tak habis pikir dengan kelakuan kakaknya, Ana mengira ucapan kakaknya kemarin malam hanyalah bualan untuk membuat Ana takut, dan dianggap angin lalu olehnya, tapi sekarang Ana mulai takut dengan ucapan kakaknya.

Dia benar benar merinding saat tadi kakaknya menyeringai kepadanya dan memegang pahanya, Ana tak habis pikir, apa kakaknya sudah gila, Ana ini adiknya, harusnya kakaknya tidak memperlakukan nya seperti tadi.

Mulai sekarang Ana harus menghindari kakaknya, terlalu berbahaya berdekatan atau satu ruangan dengan kakaknya.

Tiiin tiiin~~

Bunyi klakson mobil membuat Ana tersadar dari lamunannya, Ana menoleh ke arah mobil yang membunyikan klaksonnya itu.

"Sial!" umpat Ana pelan ketika melihat mobil itu

Di dekatnya sekarang terparkir sebuah mobil hitam yang tampak mewah dan elegan, dan Ana tahu pemilik dari mobil itu.

Seorang lelaki yang dari tadi Ana pikirkan keluar dari mobilnya, yup Elios sang kakak adalah pemilik dari mobil itu, Elios berjalan pelan ke arah Ana dengan santai dan mata yang fokus menatap ke arah Ana.

Sedangkan Ana tampak waspada dan takut ke pada kakaknya, Elios berdiri di depan Ana, Elios tersenyum, mungkin bagi orang lain yang melihatnya senyuman Eluos tampak manis, tapi bagi Ana senyuman Elios sangat menakutkan, Ana hanya diam kakinya tampak kaku dan susah untuk di gerakan.

"Kenapa masih di sini bukannya tadi kamu bilang mau berangkat kuliah" ujar Elios meremehkan

"Apa kakak tak punya logika, justru aku di sini menunggu bus untuk pergi kuliah" ujar Ana berani tapi sebenarnya jantungnya tengah berdisko, takut dengan kakaknya

Elios terkekeh pelan membuat Ana merinding, Elios menatap Ana.

"Bus akan datang 20 menit lagi, bukannya kamu bilang kamu sedang ter buru buru, kenapa tidak lari saja ke kampusmu" ujar Elios sinis

Ana hanya diam memalingkan wajahnya ke samping enggan meladeni kakaknya, sampai tiba tiba tangannya di tarik oleh kakaknya membuat Ana refleks berdiri.

"Lepaskan!" sentak Ana mencoba melepaskan tangannya dari sang kakak tapi nihil

Elios menyeret Ana paksa ke arah mobilnya, lalu memasukkan Ana ke dalam mobilnya dan memasangkan Ana seatbelt, lalu menutup pintu mobil, Elios berlari kecil ke arah kursi pengemudi dan masuk kedalam mobil, Elios memencet tombol untuk mengunci semua pintu mobil agar Ana tak bisa kabur.

"Buka pintunya!!" sentak Ana

Elios tak merespon, Elios menyalakan mesin mobilnya lalu menjalankan mobilnya dengan santai.

"Berhenti, Ana pingin turun!!" sentak Ana pada Elios

Tapi Elios menulikan telinganya, Ana terus mencoba membuka pintu dan meminta kakaknya untuk menurunkannya.

"Ana bilang berhenti!!" sentak Ana lagi

"Diamlah Ana, atau kamu akan menyesal" ujar Elios menatap garang Ana sebentar membuat Ana mau tak mau pasrah dan hanya diam

"Bagus, jadilah gadis manis yang penurut" ujar Elios menatap Ana sebentar, Ana hanya diam tak berniat membalas.

-_-_-_

Aku comeback

Jangan bosen bacanya yah:)

my Litle Sister Is Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang