Jogja, 22 September 2019
Banyu Nawang Damarlangit, si musisi jalanan itu sedang live music sendirian di Malioboro. Tak seperti biasa yang selalu ditemani Rakya, atau terkadang Luka. Beberapa jam lalu Rakya mengabari Banyu kalau dirinya tak bisa hadir di live music malam ini, karena harus berkumpul dengan teman-teman mahasiswa sekampusnya untuk membahas agenda aksi damai besok siang di Gejayan. Sama halnya dengan Rakya, Luka juga tak bisa datang, karena teman kecilnya itu juga harus ke kampus untuk membahas agenda yang sama seperti agenda milik Rakya. Jadi malam ini Banyu terpaksa live music sendiri, meski sebenarnya tidak benar-benar sendirian, masih ada para pengunjung yang setia menemani.
***
Arjuna Srinarendra, pemuda itu tampak 'sedikit' murung, meski sekarang sedang menghabiskan malam di Malioboro bersama sang kekasih tercinta, Lituhayu Lukita Naya.
"Juna, kenapa? Kamu kok lesu gitu?" tanya Naya.
"Ndak kenapa-kenapa, Nay."
"Kita duduk dulu." Naya menarik Arjuna ke salah satu bangku yang ada di trotoar, dan pemuda itu hanya menurut saja. "Sekarang kamu bisa cerita. Ndak mungkin kamu ndak kenapa-kenapa, raut wajahmu ndak bisa membohongiku."
Arjuna menghela napas, memang mustahil dirinya menyembunyikan masalah dari Naya, karena sang kekasih adalah tipe orang yang sangat peka. "Kamu tahu kan kalau ayahku seorang aparat keamanan?" Naya mengangguk. "Ayah ndak bolehin aku ikut aksi damai besok siang, tadi aku sampai berdebat panjang-lebar dengan beliau. Aku ingin, Naya... aku ingin ikut kalian ke Gejayan!"
"Jadi, kamu tadi belum daftar ke koordinator untuk ikut aksi damai besok siang?" tanya Naya, dan Arjuna hanya menggeleng lemah. Naya menggenggam tangan Arjuna, lalu berkata dengan lembut, "Juna, kalau memang ingin ikut, ya ikut saja." Arjuna menunduk, bingung mau menanggapi bagaimana ucapan Naya. "Bukannya aku menyuruhmu membangkang ayahmu, tapi kita ini mahasiswa, kita berhak menyerukan suara."
"Kamu benar." Arjuna sedikit mengangkat kepalanya dan menatap Naya dengan sorot kurang percaya diri. "Tapi aku ndak berani melanggar perintah ayah."
"Sudah, jangan terlalu dipikirkan, kamu tetap ikut saja. Besok kamu bisa pakai masker sama topi supaya identitasmu ndak ketahuan kalau-kalau aksi damai kita disoroti media." Saran Naya.
Setelah mendengar ucapan Naya, Arjuna menjadi cerah kembali, seolah baru saja mendapat suntikan semangat. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas. "Oke, aku ikut! Aku ndak akan menyia-nyiakan hak berdemokrasiku hanya karena ditentang ayah."
Naya tersenyum, "Kalau begitu langsung kusetorkan namamu ke koordinator, ya?" Arjuna mengangguk antusias. "Sudah beres." Kata Naya setelah selesai menyetorkan nama Arjuna ke koordinator aksi damai besok siang melalui chat WhatsApp. Sekarang Arjuna tidak murung lagi, karena seluruh dilema di hati sudah teratasi.
"Di sini tiap malamnya ada live music dari musisi Jogja, lho. Mau nonton?" Arjuna menawarkan Naya untuk menonton live music.
"Bukannya memang banyak yang live music di sini, ya?"
"Memang banyak, tapi yang satu ini beda."
"Bedanya apa?" tanya Naya, penasaran.
"Ayo, biar kutunjukkan padamu!"
"Ya sudah, tunjukkan padaku kalau begitu."
Arjuna segera berdiri, begitupula Naya. Lantas pemuda itu pun menggandeng tangan sang kekasih dan kembali mengajaknya berjalan bersama. Tak butuh waktu lama, keduanya telah sampai di lokasi live music yang dimaksud Arjuna. Samar-samar Naya mulai bisa mendengar suara penyanyinya. Tetapi sayang sekali, wajah orang itu tak terlihat karena ada banyak pengunjung yang mengerubungi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUMI JOGJA (√)
Teen FictionSUDAH TERBIT! "Jogja penuh cerita. Kuharap kau janganlah menyebabkan luka." Start: 01/08/2019 End: 31/12/2020 PO I: 12/02/2021 PO II: 30/05/2021 PO III: 13/08/2021