02 | SENJA TAK MERONA

15.2K 1.9K 229
                                    

Ayudisa akan memasuki semester tiga di bangku perkuliahan, dan ia memutuskan untuk lanjut studi di universitas yang sama dengan saudara tirinya, Asmara. Muda-mudi itu kini sedang berjalan bersama di koridor lantai dua Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB).

"Kamu langsung chat saja kalau kuliahnya sudah selesai, nanti biar tak antar pulang."

"Aku bisa pesan ojol kok, Mar. Kamu nggak perlu repot-repot, lagian kamu juga ada kuliah. Iya kalau pulangnya bareng, nah kalau enggak?"

Asmara dan Ayudisa memang tidak sejurusan sekaligus tidak se-fakultas. Asmara adalah anak teknik, dan gedung fakultasnya berjarak lumayan jauh dari gedung FEB.

"Ya pokoknya chat saja kalau mau pulang, siapa tahu bisa bareng."

"Oke."

Tak lama dari itu, keduanya pun tiba di depan kelas Ayudisa. Ya, Asmara memang sengaja mengantar, supaya saudaranya tidak kesasar.

"Sana masuk, belajar yang rajin."

Ayudisa mengangguk dan berkata, "Makasih sudah mengantarku."

"Santai saja, hehe..." Balas Asmara seraya tertawa ringan.

Setelahnya Ayudisa segera masuk ke kelas, dan Asmara juga langsung pergi dari sana. Pemuda itu akan menuju gedung fakultasnya sendiri untuk mengikuti kuliah pertama di semester baru ini.

Ketika pertamakali masuk ke kelas, para mahasiswa langsung menatap aneh ke arah Ayudisa. Mungkin mereka merasa asing, tetapi tak ada satu pun yang ingin mencari tahu tentang perempuan itu, dengan cara bertanya misalnya. Mereka hanya terus menatap aneh, untuk kemudian mengabaikan begitu saja ketika Ayudisa mengambil posisi duduk di pojok kiri deretan bangku paling depan.

Tak lama kemudian, seorang wanita yang tak lain adalah dosen, memasuki kelas bersama seorang pemuda.

Ayudisa, entah kenapa tak bisa berhenti menatap si pemuda. Tampak menawan, meski tanpa senyuman.

"Selamat pagi adik-adik!"

"Pagi bu..."

"Maksud dari kedatangan saya ke sini adalah untuk memperkenalkan dua mahasiswa pindahan yang mulai semester ini akan bergabung di kelas kalian. Bagi yang merasa sebagai mahasiswa pindahan, silakan maju ke depan."

Ayudisa langsung tanggap dan segera maju ke depan menghampiri ibu dosen serta satu mahasiswa pindahan lainnya. "Seperti nggak asing." Pikirnya, setelah bisa melihat wajah si pemuda dari jarak dekat.

"Silakan perkenalan dulu." Ibu dosen mempersilakannya dan juga si pemuda untuk memperkenalkan diri di depan teman-teman sekelas.

Pemuda itu memberi kode kepada Ayudisa agar melakukan sesi perkenalan terlebih dahulu. Ayudisa langsung paham dan ia pun mulai memperkenalkan dirinya. "Nama saya Aruna Ayudisa Laksmani, biasa dipanggil Ayudisa. Saya pindahan dari Bandung, salam kenal semuanya." Ayudisa tersenyum ramah di akhir kalimatnya, dan tak dapat dipungkiri membuat para mahasiswa laki-laki terpesona begitu saja. Beberapa dari mereka bahkan bersiul-siul menggoda

"Sudah, jangan ribut!" Ibu dosen sampai harus turun tangan untuk menghentikan aksi tersebut. Setelah ditegur, kelas berangsur-angsur tenang kembali. "Sekarang giliranmu." Sesi perkenalan pun kembali dilanjutkan.

"Nama saya Luka. Lukarya Sinuraga." Perkenalan yang terkesan dingin, yang menyebabkan kelas membisu sesaat.

Ayudisa langsung menoleh kepadanya. Ia masih ingat betul nama itu, nama yang tak ingin dilupa, nama yang diketahuinya ketika malam di Malioboro, teman dari si musisi jalanan, Lukarya Sinuraga.

"Kalian sudah boleh duduk." Kata ibu dosen. Keduanya pun segera melangkah berlawanan arah, Ayudisa kembali ke bangku yang semula ditempatinya, sedangkan Luka memilih duduk di deretan bangku paling belakang.

BUMI JOGJA (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang