“Bagaimana jika kau bersama denganku saja"
Jiang Cheng terkejut mendengar kata-kata Jin Zixuan sampai-sampai permen yang dia coba keluarkan dari bungkusnya jatuh.
"Aku tau ini mendadak" kata Jin Zixuan sambil mengusap belakang kepalanya. “Tapi, aku ingin membantumu”
"Zixuan, maafkan aku! Aku tidak bisa"
"Mengapa? Bukan kah suami mu memiliki kekasih lain? Kenapa kau tidak bisa?"
"Aku-" Jiang Cheng menarik napas dalam. Dia mulai memikirkan pernyataan Jin Zixuan. 'Ya, mengapa dia tidak bisa?'
"A-Cheng, kupikir sebaiknya kau menerimaku" Jin Zixuan mencoba menanamkan pemikiran pada Jiang Cheng "Aku akan membantu mu membalas dendam"
"Balas dendam?"
"Ya, apakah kau tidak ingin membalas semua perbuatan Lan Xichen? Membalas semua penghianatannya? Membalas semua perselingkuhannya"
Jiang Cheng terpaku mendengar kata-kata Jin Zixuan.
"Dan aku tidak masalah walau kau gunakan untuk membantumu membalas dendam"
"Kau benar-benar tidak keberatan?"
"Ya, apakah kau mau mendengar rencanaku?"
"Ya, aku mau"
.
.
.
Sore itu Jiang Cheng mencoba menghubungi Lan Xichen untuk memberitahukan Lan Xichen bahwa keluarga Jiang akan makan malam bersama. Setelah beberapa kali mencoba telpon itu baru tersambung.
'Ada apa’ suara Lan Xichen sedikit dingin di telinga Jiang Cheng
"Ge, ini aku"
'Oh, sayang maafkan aku! Aku pikir Wen Ning'
"Ada apa ge? Kau sedang tidak bersama Wen Ning? Apa kau tidak di kantor?" Tanya Jiang Cheng. 'Kenapa gege menjawab begitu, seakan di hpnya nomor telponku tidak adadikontaknya'
'Oh- aku sedang tidak di kantor, aku sedang makan malam bersama rekan bisnis'
"Benarkah?" Jiang Cheng bergumam, di seberang telpon sana Jiang Cheng samar mendengar seseorang memanggil Lan Xichen dengan suara yang intim dan lembut 'Lan Huan cepatlah, makanan kita sudah datang'
“Siapa itu ge?”
‘Ah, itu rekan bisnisku!'
“Kalian hanya berdua?”
'Tidak, nanti ada beberapa lagi yang menyusul' dibelakang Lan Xichen terdengar suara panggilan lagi. ‘Sayang aku harus menutup telponnya sampai jumpa di rumah'
"Ya, sampai jumpa" jawab Jiang Cheng dengan muka masam.
Sejak saat itu, Jiang Cheng berniat tidak akan pernah lagi menunggu Lan Xichen pulang kerumah atau mencoba menghubunginya dan bertanya kapan dia akan kembali.
.
.
.
Malam itu Jiang Cheng pergi kerumah utama keluarga Jiang tanpa Lan Xichen. Dengan senyuman palsu, Jiang Cheng berkata kepada keluarganya bahwa Lan Xichen sedang sibuk. Dan seluruh keluarga hanya mengangguk memaklumi.
“Nak Xichen sangat sibuk sekali ya” Jiang Fengmian menerima mangkuk berisi nasi dari istri tercintanya, Yu Ziyuan. “Sudah lama sekali sejak terakhir dia datang kesini”
“Tentu saja dia sibuk karena harus mengurus 2 perusahaan” Yu Ziyuan duduk didepan Jiang Cheng dan Wei Wuxian. “A-Cheng, setelah kau lulus kuliah segeralah bantu suamimu mengurus perusahaan. Dia pasti kesusahan harus mengurus perusahaan keluarga Lan dan Jiang sekaligus”
“Baik, bu”
“Dan kau, Wei Ying!” Yu Ziyuan menatap tajam ke arah Wei Wuxian. “Bantu A-Cheng dulu diperusahaan, baru setelah itu kami izinkan kau menikah dengan Lan Wangji” Jiang Fengmian mengangguk setuju. “Kami tidak akan membiarkanmu langsung diambil oleh orang tua kolot penuh obsesi itu”
“HAHAHA” Jiang Fengmian tertawa keras. “Dia tidak bisa mendapatkan adikku untuk dirinya sendiri, dan sekarang dia menginginkan Wei Ying sebagai penggantinya? Sanren, lihatlah kelakuan mantan stalkermu”
“Baik Madam Yu, Paman Jiang” Wei Wuxian tersenyum lebar.
“Bu, dimana kakak?” tanya Jiang Cheng.
“Ah, dia sudah memiliki janji makan malam bersama calon menantu dan orang tuanya”
“Ah, kakak dengan dia? Harusnya kakak tidak bersama dia, kemarin si-“ Kata-kata Wei Wuxian terhenti saat perutnya disikut Jiang Cheng. “A-Cheng, sakit~” Jiang Fengmian dan Yu Ziyuan menatap bingung keduanya.
“Diamlah, nanti aku ceritakan yang sebenarnya” bisik Jiang Cheng pada Wei Wuxian.
Mereka semua melanjutkan makannya dengan pembicaraan yang ringan. Tanpa mereka sadari sepanjang makan malam Jiang Cheng lebih banyak berdiam diri.
.
.
.
Pagi itu seperti biasa Lan Xichen menyiapkan sarapan untuk dirinya dan istrinya. Namun entah perasaannya saja atau akhir-akhir ini Jiang Cheng, istrinya seperti tidak memperdulikannya. Seperti saat ini, Jiang Cheng hanya melewati ruang makan tanpa melihat Lan Xichen.
"Sayang, kau tidak sarapan"
"Maafkan aku ge, aku buru-buru"
"Oke, kalau begitu aku akan bersiap untuk mengantarmu" Lan Xichen mengikuti Jiang Cheng sampai ke ruang tamu.
"Tidak perlu, aku akan berangkat naik bus"
"B- baiklah, kalau A-Yin berkata begitu" jawab Lan Xichen sambil memandangi punggung Jiang Cheng yang sudah menghilang dari balik pintu.
Drrrttt Drtttt
Hp Lan Xichen bergetar dan penelpon itu adalah Jin Guangyao, kekasih nya.
"Selamat pagi A-Yao" sapa Lan Xichen kepada orang di seberang sana.
'Wow kau menerima telponku sepagi ini, dimana kekasihmu Lan Huan?'
"Dia sudah berangkat" jawab Lan Xichen seraya menuju balkon untuk melihat Jiang Cheng. Saat Lan Xichen menengok kebawah dia menemukan sosok Jiang Cheng yang mengenakan celana putih dan kemeja ungu sedang berjalan menuju sebuah mobil hitam dan bukan menuju halte bus di seberang jalan.
'Siapa?' Pikir Lan Xichen saat melihat siluet seseorang dengan kemeja hitam keluar dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Jiang Cheng. Mereka berdua terlihat berbicara sebelum Jiang Cheng masuk kedalam mobil.
'Lan Huan! Lan Huan' suara Jin Guangyao di seberang sana memecah pikiran Lan Xichen.
"Ya, A-Yao?"
'Kau tidak mendengarkan kata-kataku?'
"Ah sayang, maafkan aku! Aku sedang fokus pada mesin kopi"
'Hump'
Dan percakapan itu pun terus berlanjut, walaupun pikiran Lan Xichen entah melayang kemana.
"Apa kau pikir dia akan melihat kita?" Tanya Jiang Cheng kepada Jin Zixuan yang fokus memegang stir.
"Tentu saja A-Cheng, dan kita akan lihat nanti"
"Ya"
“Nah, kita lanjut ke rencana selanjutnya”
.
.
.
Lan Xichen datang lebih awal ke kampus untuk menjemput Jiang Cheng. Saat dia melihat sosok Jiang Cheng yang meninggalkan gerbang bersama Wei Wuxian dan Nie Huaisang, dia bergegas menuju kearah Jiang Cheng. Namun seseorang lebih dahulu menghampiri Jiang Cheng dan mengandeng tangannya.
"Jiang Wanyin" Lan Xichen memanggil Jiang Cheng. Yang di panggil pun menoleh kearah Lan Xichen.
"Huan-ge" sapa Jiang Cheng dengan senyuman. Namun menurut Lan Xichen senyuman Jiang Cheng sekarang bukan senyuman dia biasanya. "Kenapa kau tidak memberi tahuku kalau kau akan menjemput"
Lan Xichen tidak menjawab pertanyaan Jiang Cheng. "Siapa dia-, Jin Zixuan!"
"Halo, Lan Xichen" sapa Jin Zixuan seraya mengulurkan sebelah tangannya yang lain untuk berjabat tangan. Lan Xichen mengabaikannya.
"Apa hubungan kalian?" Lan Xichen bertanya sambil memandang kearah tautan tangan Jiang Cheng dan Jin Zixuan.
"Kami-"
Bersambungggg.......Update 2x hehehehhehe demi kalian 😘😚 jgn lupa vote dan komen yaa mwahhh
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not the Only One [XiCheng]
RomantikSinopsis: "A-yin jika kita sudah besar nanti aku akan menikah dgn a-yin! Karna a-yin sangat manis!" "A-Yin mau kah kau menikah dengan ku agar aku bisa menepati janji masa kecil kita dan janji pada kakakmu" "Xichen-ge apa kau mencintaiku?" "Aku menc...