Chapter 2 - Years and Prejudices

4.2K 540 35
                                    

Chapter 2 - Years and Prejudices


"Dia adalah teman lama, sudah lama kami tidak bertemu” jawab Lan Xichen di barengi dengan senyuman, "Tak perlu terlalu dipikirkan! Ayo kita makan, selagi masih hangat"


"Uum" Jiang Cheng mengangguk tanda mengerti. Ia makan perlahan sambil menatap sang suami yang sepertinya fokus ke arah Handphonenya.







Hari-hari yang Jiang Cheng lalui bersama Lan Xichen luar biasa indah. Setiap hari wajah Jiang Cheng juga nampak berseri-seri, karena suaminya yang luar biasa akan membangunkannya dengan kecupan di kening dan makanan yang lezat.


Lan Xichen juga selalu menyempatkan diri mengantar dan menjemput Jiang Cheng dari kampus.


"Lihatlah betapa Xichen-gege sangat mencintaimu yang tsundere ini, setiap hari dia menyempatkan waktu untuk menjemput dan mengantarmu" kata Wei Wuxian "Ah.. ah.. aku sangat iri A-Cheng"


"Bukan kah kau memiliki Lan Wangji? Apa kau belum puas Wei Wuxian" Jiang Cheng mencibir ke arah Wei Wuxian.


"Bukan aku tidak puas, tapi kau terlalu dimanja sampai-sampai senyuman anehmu itu muncul. Aku kan jadi takut.. hahahhaha" ejek Wei Wuxian.


"WEI WUXIAN KAUUUU"


"Lan Zhan, selamatkan aku! Jiang Cheng sedang dalam periode datang bulan" kata Wei Wuxian sambil bersembunyi di belakang Lan Wanji.

Saat Jiang Cheng masih mengejar Wei Wuxian sebuah mobil berhenti di depan kampus.


"A-Yin ayo kita pulang" suara Lan Xichen yang baru keluar dari mobil memecah aksi kejar-kejaran mereka.


Seketika setelah mengenal suara Lan Xichen, Jiang Cheng kembali ke mode anggun tetapi masih mempertahankan wajah tsunderenya.

"Uum" jawab Jiang Cheng.


"Wanji, apakah kau dan adik Wei mau gege antar pulang?"


"Tidak" jawab Lan Wangji singkat. Namun Xichen yang sudah terbiasa dengan sikap adiknya itu hanya bisa memaklumi dan tersenyum.


"Baiklah kalau begitu kami akan pulang lebih dulu" jawab Lan Xichen sambil mengandeng tangan Jiang Cheng.


"Ugh, A-Cheng malu! Hahahah" Wei Wuxian kembali mengejek Jiang Cheng. Jiang Cheng tidak membalas tapi dia hanya melemparkan tatapan tajam kearah Wei Wuxian.






Perjalanan dari kampus Jiang Cheng kerumah yang dia tempati bersama Lan Xichen lumayan jauh karena tempat itu hanya dekat dengan kantor Lan Xichen.


"Bagaimana kuliahmu sayang?" Tanya Xichen memecah keheningan di dalam mobil.


"Baik, Huan-ge! Hanya saja Wuxian semakin menyebalkan"


"Hahaha, gege rasa kalau adik Wei tidak seperti itu malah terasa aneh" Xichen terkekeh geli.


"Ge, bagaimana jika makan malam nanti aku saja yang memasak?"


"Benarkah? Aku sangat menantikan mencicipi masakan suami manisku ini. Apa yang akan kau masak?"


Jiang Cheng tersipu malu, dalam pikirannya dia sudah memikirkan akan memasak makanan kesukaan Lan Xichen.


“Rahasia”


Drrrttt Drrrttt


Handphone Lan Xichen yang berada di dashbord bergetar. Dengan sangat jelas Jiang Cheng melihat nama peneleponnya lagi-lagi 'Jin GuangYao'.


"Ge, teman lamamu menelponmu lagi? Ada apa?"


Wajah Lan Xichen tegang seketika namun tak berapa lama dia tersenyum sambil berkata "Entahlah”


"Kenapa tidak mengangkat telpon itu sekarang?"


"Gege rasa itu bukan hal penting, lagi pula gege sedang fokus menyetir" jawab Xichen. Jiang Cheng hanya merespon dengan anggukan kepala.


"Ge, bisakah kita mampir ke supermarket dulu? Aku akan belanja bahan makanan"


"Baik, sayang" jawab Lan Xichen seraya menyetir mobil menuju supermarket besar.


Mobil sudah terparkir dan Jiang Cheng sudah keluar dari mobil. Namun, Lan Xichen belum menunjukan tanda-tanda akan menemani Jiang Cheng berbelanja.


"Gege tidak ikut ?"


"Huh?" Lan Xichen sedikit terkejut saat Jiang Cheng kembali membuka pintu mobil, "Oh- tidak, A-Yin. Jika gege ikut bukan kah makanan yang akan kau masak akan ketahuan"


"Baiklah” Jiang Cheng menjawab lesu, lalu menutup pelan pintu mobil.


Jiang Cheng berjalan menuju pintu masuk supermarket dan sesekali melirik Xichen yang berada di dalam mobil. Siluet bayangan Xichen menunjukan dia sedang menelpon seseorang.


.
.
.


Setelah berbelanja bahan makanan, mereka berdua kembali menuju rumah.


"A-Yin, setelah ini aku harus pergi” Jiang Cheng menoleh kearah Xichen yang membawakan sebagian belanjaannya dan meletakkannya di meja makan.


“Kemana?”


“Sepertinya paman Qiren memerlukan beberapa bantuan di perusahaan. Hanya sebentar saja aku janji sebelum jam makan malam aku akan kembali"


"Baiklah, pastikan gege tidak terlambat untuk makan malam"


"Tentu sayang" Xichen mengecup kepala Jiang Cheng sebelum bergegas keluar rumah.


  .
.
.


Jiang Cheng berkali-kali melirik jam dinding. Ini sudah pukul sembilan malam dan Lan Xichen belum kembali. Sudah berkali-kali juga ia menghubungi telpon Lan Xichen namun selalu nada sibuk yang terdengar.


"Huan-ge, kau pergi kemana? Kenapa lama sekali? Padahal aku sudah memasak semua makanan ini untuk merayakan 6 bulan pernikahan kita" gumam Jiang Cheng sambil terus menekan nomor Lan Xichen.


"Apa benar Huan-ge pergi ke perusahaan?" Pikiran negatif mulai berkeliaran di kepala Jiang Cheng, "Ah, aku tidak boleh menuduh suami ku! Aku harus percaya pada suamiku!”


Jiang Cheng menatap layar handphonenya yang terpampang foto ia dengan Lan Xichen di hari pernikahan mereka.


“Tapi, mengapa setiap orang itu menelpon Huan-ge gege selalu pergi? Umm, apakah-"



Bersambung...



Tolong tinggalkan jejak vote dan komen untuk suport author dan edithor fanfic ini agar cepet update

I'm Not the Only One [XiCheng]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang