“A-Cheng, boleh kita bicara sebentar?” Jiang Cheng menoleh kearah Jin Zixuan yang telah duduk didepannya.
“Cepatlah, aku ingin segera pergi!” Jiang Cheng membereskan buku-buku yang berserakan di meja dan dimasukkannya asal kedalam tasnya.
“A-Cheng, kenapa kau menghindari Xichen beberapa hari ini? Aku rasa kau salah paham, kedatangan A-Yao kerumah sakit waktu itu bukanlah permintaan Xichen. Lan Xichen sekarang sedang berusaha melindungimu dari A-Yao”
“Apa peduliku? Dia mencintai Jin Guangyao, dan dia tidak menolak ciuman darinya sudah cukup jadi sebuah alasannya menyia-nyiakan kesempatan yang kuberikan! Sudah cukup, aku pergi!” Jiang Cheng ingin beranjak pergi namun tangannya ditahan oleh Jin Zixuan.
“Aku belum selesai berbicara!” Jiang Cheng mendecih kesal lalu kembali duduk, Jin Zixuan menghela napas. “A-Cheng, apa kau sadar sekarang ini Lan Xichen mencintaimu?”
“Tidak, dan aku rasa tidak akan pernah!”
Jin Zixuan menghela napas, ia menatap Jiang Cheng yang sedang bersidekap menantinya untuk lanjut berbicara.
“Percayalah, saat ini Lan Xichen sangat mencintaimu!” Jin Zixuan mendongakkan kepalanya keatas dan tubuhnya disenderkan ke kursi, “Aku melihatnya sendiri secara langsung bagaimana khawatirnya dia saat kau menghilang diculik A-Yao dan saat kau terbaring tidak sadarkan diri dirumah sakit, serta sikapmu yang akhir-akhir ini seperti menghindarinya”
“Saat kau diculik, ia terlihat menggila di kediaman Jiang dan paman Fengmian hampir saja membunuhnya karena hal itu. Paman, bibi dan Wuxian mencarimu dengan mengandalkan semua koneksi mereka, namun hanya Lan Xichen yang berlari keluar untuk mencarimu sendiri”
“Lan Xichen-, selama pencarianmu aku rasa ia tidak pernah istirahat, makan ataupun membersihkan dirinya, ia terlihat kacau sekali, sangat berbeda dari seorang Lan Xichen yang biasanya. Saat kami berhasil mendapatkan informasi keberadaan dirimu, ia menangis dihadapan kami sambil meminta maaf dan berkata kejadian penculikanmu disebabkan olehnya. Ia juga bersikeras ingin ikut menyelamatkan dirimu, padahal bibi sudah memintanya untuk beristirahat”
“Saat penyelamatanmu digudang, aku bersama Wei Wuxian untuk pertama kalinya melihat seberapa tidak berdayanya Lan Xichen. Selama transaksi itu, beberapa kali Lan Xichen terlihat berdoa untuk keselamatanmu. Begitu juga saat kau tidak sadarkan diri-“ Jin Zixuan terteguh melihat Jiang Cheng yang tertunduk didepannya, matanya mengalir air mata. Jin Zixuan tersenyum.
“Saat kau tidak sadarkan diri, ia selalu berada disampingmu dan mengajakmu berbicara walau ia tau kau tidak akan menjawab, ia tetap bersikeras menceritakan berbagai hal sambil menggenggam erat tanganmu. Ia juga menolak ku dan Wei Wuxian saat kami memintanya untuk istirahat dan bergantian menjagamu” Jin Zixuan menghela napas lega, “Dia juga mengatakan Aku Mencintaimu, secara lembut ditelingamu setiap waktu. Aku sampai bosan melihatnya seperti robot yang diprogram mengucapkan kata itu setiap menitnya!”
“Lan Xichen ingin berubah untukmu, tapi sekarang kau mengatakan ingin berpisah dengannya dan tidak memperdulikannya? A-Cheng kau bisa membayangkan bagaimana sakitnya dia?”
“A-Cheng-“ Jin Zixuan berjalan kesamping Jiang Cheng dan memegang pundaknya, mata Jiang Cheng masih mengalirkan air mata. “Cobalah untuk kembali memaafkan dia, aku rasa sekarang Lan Xichen membawakan obat untukmu dan mengobati semua lukamu”
.
.
.
Hari ini adalah hari jadi pernikahan Lan Xichen dan Jiang Cheng yang pertama. Lan Xichen sudah melakukan banyak persiapan untuk hari ini. Untuk meyakinkan Jiang Cheng bahwa dia telah berubah dan akan mencintai Jiang Cheng sampai kematian datang menjemput.
Lan Xichen sudah mengubah halaman rumah keluarga Lan menjadi tempat yang indah di penuhi bunga mawar dan balon-balon. Beberapa meja dan kursi terbalut dengan kain putih bersih dan peralatan makan dari perak tersusun rapi disetiap meja.
Lan Xichen tersenyum puas melihat dekorasinya, ia juga mengecek meja khusus yang dipenuhi makanan tersaji secara prasmanan. Hampir semua makanan yang tersedia adalah makanan kesukaan Jiang Cheng dan dirinya. Lan Xichen melihat ke pergelangan tangannya dan melihat jam tangan yang melingkar.
“Hampir waktunya” Jiang Cheng sedang di jemput Lan Wangji dan Wei Wuxian. Ia memang meminta keduanya yang menjemput Jiang Cheng, sehingga ia memiliki waktu untuk menyiapkan segalanya dan menghindari penolakan Jiang Cheng jika dia yang menjemput.
Para tamu yang sebagian besar adalah rekan bisnis Lan Xichen telah memenuhi tiap meja siap memulai pesta. Lan Xichen teringat saat hari pernikahan ia dengan Jiang Cheng, sebuah pesta yang mewah, dekorasi serba putih, tamu-tamu yang mengucapkan selamat, keluarganya yang berbahagia dan Jiang Cheng yang selalu tersenyum disampingnya. Lan Xichen tersenyum miris mengingat momen membahagiakan itu, apa yang ia pikirkan saat itu sampai meninggalkan pesta yang luar biasa hanya untuk ajakan menonton film dengan Jin Guangyao.
Jika Lan Xichen ingat, hari itu Jiang Cheng tertidur disofa menunggu kepulangannya tanpa sekalipun protes atau bertanya kepadanya. Sekarang ia merasakan perasaan Jiang Cheng saat itu, menunggu kepulangan orang yang dicintainya.
Walaupun sifat tidak peduli Jiang Cheng semakin menjadi, dia yakin istrinya akan memaafkannya. Karena itulah ia menyiapkan kejutan ini dan akan memulai kembali setiap momen pernikahan mereka yang sesungguhnya.
"Wangji, kau bilang pamanmu ingin bertemu denganku? Tapi mengapa di sini seperti ada pesta?" Tanya Jiang Cheng yang baru saja keluar dari mobil Lan Wangji bersama Wei Wuxian. Ia menatap kebingungan depan rumah keluarga Lan yang tiba-tiba berhiaskan banyak lampu-lampu kecil berkepal-kelip.
"Kakak, pest- Aw" Lan Wangji belum menyelasaikan kata-katanya namun kaki tampannya sudah mendapatkan injakan cantik dari Wei Wuxian.
"Tidak usah di pikirkan A-Cheng, ayo kita bergegas kedalam! Aku rasa dia sudah menunggu lama!" Kata Wei Wuxian sambil menarik lengan baju Jiang Cheng.
"Kau yakin?"
"Sangat yakin!" Jawab Wei Wuxian "Lan Zhan, tunjukan jalannya"
.
.
.
Saat Jiang Cheng melangkah ke halaman rumah keluarga Lan, dengan jelas dia mendengar para tamu mengucapkan selamat. Lalu di ujung halaman Lan Xichen berdiri dengan setelan tuxedo berwarna putih dan sebuket mawar merah ditangannya.
Jiang Cheng terpaku ditempatnya berdiri, ia melihat ayah dan ibunya serta kakaknya tersenyum kearahnya, Jin Zixuan yang mengangkat gelas kearahnya seakan mengajaknya untuk bersulang dan paman Qiren yang terlihat cerah dari biasanya.
"Selamat hari jadi pernikahan kita yang pertama, A-Yin" Kata Lan Xichen sambil tersenyum seraya menghampiri Jiang Cheng yang terdiam, para tamu bersorak meriah mendengarnya. "A-Yin, aku tahu banyak hal yang telah kita lalui, aku terlalu banyak membuatmu bersedih dan menangis. Tapi, pada hari ini, aku tidak akan lagi memberimu kesedihan dan kebohongan. Karena pada hari ini, mulai detik ini aku berjanji aku akan menjadi suami terbaik untuk mu. Akan selalu ada disisimu dan akan selalu mencintaimu." Lan Xichen menarik tangan Jiang Cheng "A-Yin maukan kau kembali bersamaku dan memulainya dari awal?"
"Sialan!" tutur Jiang Cheng sambil mengelap air matanya yang mengalir, Lan Xichen membatu.
"A-Yin, maafkan aku. Jangan menangis.." Lan Xichen nampak takut dan pucat saat melihat air mata Jiang Cheng.
"Aku tidak menangis Ge, mataku terkena air liur Wuxian tadi pagi dan menjadi sakit!"
"Air liur kepalamu!! Sialan kau Jiang Cheng" teriak Wei Wuxian. Semua yang mendengar pun tertawa. Wei Wuxian yang melihat tawa orang-orang hanya bisa mengerucutkan bibirnya. Namun semua kekesalannya menghilang saat mendengar bisikan Lan Wangji dan pelukan di pinggangnya.
“Wei Ying, aku tau aku tidak seromantis kakak. Tapi, hanya untuk periode ini, tanpa peduli berapa lama dunia ini berlangsung. Aku akan bersamamu dan kamu akan bersamaku, keberadaanmu akan menjadi kenangan terbaik dalam hidupku”
Wei Wuxian pun memerah dan menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya, sedangkan Lan Wangji yang berdiri di belakang Wei Wuxian segera mengencangkan pelukannya pada pinggang Wei Wuxian dan menempatkan sebuah ciuman di puncak kepala Wei Wuxian yang sedang malu setengah mati.
"A-Yin, jawabanmu?" Suara Lan Xichen kembali terdengar sesaat setelah riuh para tamu mereda.
"Aku mau ge!" jawab Jiang Cheng dan Lan Xichen pun mengeluarkan kota beludru merah, didalamnya terdapat sebuah cincin pernikahan yang dulu Jiang Cheng tinggalkan. Lalu Lan Xichen memasang cincin itu di jari manis Jiang Cheng. Semua yang hadir pun ikut tersenyum bahagia di iringi dengan tepuk tangan.
Lan Xichen menarik Jiang Cheng kepelukannya dan dibalas oleh Jiang Cheng yang menangis terharu.
“Aku mencintaimu A-Yin! Sangat-sangat mencintaimu!”
Saat tepuk tangan telah mereda, tiba-tiba terdengar tepuk tangan lainnya. Dan seorang pemuda dengan kemeja berwarna krim muda melangkah melewati beberapa undangan yang menatapnya penuh tanda tanya.
"Sungguh sangat romantis dan kelihatan sangat berbahagia, ah!" kata Jin Guangyao. Lan Xichen dan Jiang Cheng melepaskan pelukan masing-masing, wajah keduanya dihiasi kekagetan.
“A-Yao!” Lan Xichen menarik Jiang Cheng kebelakangnya dan melindunginya. “Bagaimana bisa kau berada disini?”
“Apa kau lupa ge? Sudah berapa kali aku berkunjung kesini saat kita memadu kasih?” Jin Guangyao menyeringai lebar, “Setelah itu kau akan mengajakku berkeliling sambil menjelaskan setiap tempat yang kita lihat, jadi bagaimana mungkin aku tidak tau jalan supaya bisa masuk ketempat ini?”
“A-Yao!” Jin Guangyao menatap kearah Jin Zixuan yang murka melihatnya.
“Ah, Xuan-ge! Lihatlah, apa yang terjadi saat ini adalah kesalahanmu!” Senyum miring ia arahkan kearah Jin Zixuan setelah itu beralih menatap Lan Xichen dan dan Jiang Cheng.
"Tidak perlu menatapku seperti itu. Hari ini aku sedang bahagia, kalian pun sedang berbahagia, jadi aku ingin ikut berbagi kebahagian juga bersama kalian!” Jin Guangyao berjalan pelan mengelilingi beberapa meja, keluarga Jiang serta Lan Qiren menatap waspada kearahnya.
“Hari ini satu tahun pernikahan kalian bukan? Kalian pasti bahagia, Jiang Wanyin selamat dari penculikan, dan perusahaan Jiang gagal kami ambil alih, bahkan kalian sampai mempenjarakan Mingjue-ge. Apa lagi yang membahagiakan selain itu”
"Tapi, kebahagian itu mungkin akan kau bawa sampai kau mati-, LAN XICHEN!!" Teriak Jin Guangyao sambil menarik sebuah pistol dari balik punggungnya dan mengarahkannya kearah Lan Xichen.
"XIONGZHANG/XICHEN!!"
"HUAN-GE!" teriak Jiang Cheng menarik belakang jas putih Lan Xichen.
DORR-
Suara tembakan meletus di barengi dengan teriakan para tamu undangan yang ketakutan. Tubuh Lan Xichen terjerembab kesamping, matanya menatap kearah tubuh Jiang Cheng yang perlahan mulai merosot jatuh.
"A-YIN!!"
BERSAMBUNG....Pojok Author: Mati ide tanpa bisa di sumon lagi 🤣🤣
Editor note : /sembunyi dibelakang Jin Ling dan Sizhui.
Jgn lupa vote dan komen ah d chapter ini di larang memarahi kami 🤣🤣 thx sdh membaca. Yg belum vote untuk pemilihan ff lanjutan silahkan vote 😘 vote akan di hitung setelah INTOO tamat mwahh 😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not the Only One [XiCheng]
RomanceSinopsis: "A-yin jika kita sudah besar nanti aku akan menikah dgn a-yin! Karna a-yin sangat manis!" "A-Yin mau kah kau menikah dengan ku agar aku bisa menepati janji masa kecil kita dan janji pada kakakmu" "Xichen-ge apa kau mencintaiku?" "Aku menc...