"Wanyin" Suara Lan Xichen terdengar di antara tepuk tangan riuh para penonton.
"Lagu yang sungguh menyakitkan" komentar pegawai restoran yang tadi menyambut mereka untuk memulai Live Music. “Kau menyanyikannya seolah-olah sedang mengalaminya, apa memang kau sedang mengalaminya?” candanya.
"Ya, karena setiap lirik dari lagu ini adalah sesuatu yang saat ini aku alami" jawab Jiang Cheng sambil memandang ke arah Lan Xichen yang nampak pucat. "Untuk orang itu. Aku ucapkan selamat dan selamat tinggal brengsek!"
Semua orang terdiam diantara keheningan itu Jin Zixuan datang berdiri di samping Jiang Cheng lalu mengambil jemari Jiang Cheng, "Bisakah kita pergi sekarang?"
"Ya"
"Wanyin! Jiang Wanyin!" Lan Xichen berlari meninggalkan Jin Guangyao kearah Jiang Cheng dan yang lainnya saat mereka turun dari panggung menuju lorong yang menghubungkan pintu keluar staf. "Tunggu-"
Tangannya sudah ingin menggapai sang istri, namun terhalangi oleh tubuh berbalut pakaian serba merah dan hitam. Wei Wuxian.
"Kakak Lan-" Wei Wuxian menatap langsung kearah mata Lan Xichen. Wajah penuh kekecewaan diperlihatkannya dan berhasil membuat Lan Xichen terpaku. "-Tolong, jangan sakiti A-Cheng lagi."
"Adik Wei, tolong dengarkan penjelasan gege!"
"Kakak Lan, aku rasa penjelasan sudah tidak diperlukan disini. Kami sudah melihat semuanya dengan mata kami sendiri" Wei Wuxian meremas jari-jari tangannya kuat, "Saat ini yang aku inginkan adalah memukul kakak Lan, tapi A-Cheng melarangku untuk melakukannya" Lan Xichen terdiam mendengar setiap kata-kata yang dilontarkan Wei Wuxian, "A-Cheng tidak pernah melarangku memukul orang yang berbuat jahat, tapi kenapa Kakak Lan tidak boleh aku pukul? Kakak Lan sudah berbuat jahat pada A-Cheng!" Teriak Wei Wuxian.
"Wei-ge!" Nie Huaisang menarik tangan Wei Wuxian, memintanya untuk berhenti. "Ayo kita pergi"
"Adik We-"
Mereka berjalan menjauh meninggalkan Lan Xichen yang terdiam, Jiang Cheng melirik lama kearah suaminya yang terlihat terpaku melihat sesuatu didepan mereka sebelum ia ditarik oleh Wei Wuxian untuk berjalan cepat. Di samping pintu keluar, seorang pria berperawakan tegap terpaku memperhatikan semua kejadian yang dia lihat sedari awal.
"Kakak." Lan Wangji menatap sang Kakak tidak percaya. Niatnya ingin menjemput sang kekasih dan mengajaknya makan malam batal, disaat ia tanpa sengaja mendengar perkataan Wei Wuxian dari awal.
"Wangji-"
.
.
.Duak!
Lan Xichen jatuh terjerembab setelah mendapat pukulan telak dipipinya oleh pamannya sendiri, Lan Qiren.
Setelah kejadian direstoran tadi Lan Wangji mendapat telpon dari sang paman untuk membawa sang kakak ke kediaman utama Lan dan sesampai di depan aula leluhur mereka bertemu dengan Lan Qiren yang terlihat menahan amarah.
Rasa panas menjalar dipipi kirinya, warna kemerahan mulai tercetak jelas. Xichen tidak pernah menyangka pamannya akan semarah ini kepadanya. Diumurnya yang akan menginjak 29 tahun, untuk pertama kalinya ia dipukul oleh pamannya.
"Kakak"
"Diam ditempatmu Wangji!" Lan Qiren menatap sengit kearah Lan Wangji yang ingin menolong Lan Xichen, ditatap seperti itu Lan Wangji kembali diam ditempatnya. "Aku tidak pernah mengajarimu hal serendah ini padamu, Lan Xichen! Kau memalukan nama keluarga Lan dihadapan Jiang!”
Lan Xichen terpaku mendengar perkataan dari pamannya. Pamannya memang orang yang tegas, dan mengambil peran orang tua pengganti yang sempurna bagi ia dan Wangji yang kehilangan orang tua diumur yang masih muda. Rasa penyesalan mulai merasuk kedalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not the Only One [XiCheng]
RomanceSinopsis: "A-yin jika kita sudah besar nanti aku akan menikah dgn a-yin! Karna a-yin sangat manis!" "A-Yin mau kah kau menikah dengan ku agar aku bisa menepati janji masa kecil kita dan janji pada kakakmu" "Xichen-ge apa kau mencintaiku?" "Aku menc...