Chapter 14 - U're my Reason

6K 445 74
                                    

"A-Yin! A-Yin!" Lan Xichen memeluk tubuh Jiang Cheng yang tidak bergerak, dada kirinya masih mengalir darah segar. "Jiang Wanyin! Kumohon bangun sayang!" Air mata Lan Xichen mengalir deras, tangannya membelai wajah Jiang Cheng dengan mata yang tertutup.


Beberapa pengunjung yang panik segera diungsikan oleh pengawal Lan Qiren dan memerintahkan mereka secepatnya memanggil ambulan. Jiang Fengmian, Lan Wangji serta Wei Wuxian menghalangi beberapa orang yang ternyata dibawa oleh Jin Guangyao untuk membantunya membuat keributan di kediaman Lan. Sementara itu Jin Zixuan menahan tubuh Jin Guangyao ditanah setelah melepaskan tembakan kearah Jiang Cheng.

"Hentikan Mengyao!" Jin Zixuan menekan kepala Jin Guangyao ketanah setelah usahanya untuk kabur digagalkan Jin Zixuan, kedua tangannya tertahan di punggung dengan sebelah tangan Jin Zixuan, "Aku sudah mengatakan kepadamu untuk tidak mengusik mereka, terutama Jiang Cheng!"

"Gege, bukankah kau mencintai Jiang Wanyin? Kenapa kau tidak merebutnya dari Lan Huan? Padahal jika kau bekerjasama denganku, kesempatanmu memiliki Jiang Wanyin sangatlah besar! Tapi, kau dengan bodohnya melepasnya!" Jin Guangyao mencoba berontak, namun tubuhnya ditindih oleh Jin Zixuan.

"Karena aku bukan kau ataupun ibumu!" Jin Guangyao tersentak, bola matanya membulat. "Merebut ayah dari kami dan mengambil alih usaha ibuku"

"Apa salahnya! Ibu hanya menginginkan ayah untuk dirinya sendiri dan harta ayah untuk diriku!" Geram Jin Guangyao, matanya melirik marah Jin Zixuan. "Kami berdua tidak ingin berbagi kepada siapapun, dan kalian malah mengambilnya lagi!"

"Gege, ibumu dan keluarga Jiang! Kalian mengambil milik kami! Kalian mengambil ayah dari kami! Kalian mengambil usaha ayah dari kami! Kalian mengambil masa depan kami!"

"Kalian hanya menyisakan aku sendirian!" Jin Guangyao menangis terisak, "Kalianpun mengambil ibuku, melimpahkan semua kesalahan kepada anak berumur 16 tahun yang ditinggal sendirian terlunta dijalanan!"

"Berhenti menjadi seorang korban A-Yao" Jin Zixuan makin menekan tubuh Jin Guangyao, "Kau pikir aku tidak tau apa yang terjadi padamu setelah kematian ayah dan ibumu? Asal kau tau saja, semua biaya hidupmu setelah ibumu meninggalkanmu sampai sekarang kau berada disini berasal dari ibuku! Beliau memang membenci ayah dan ibumu, tapi tidak bisa membenci kau!"

"Kau berkata kau hidup sendirian terlunta dijalanan? Lalu kau anggap apa keluarga Nie yang merawatmu?"

"KAU!!" Jin Guangyao memberontak dan menendang perut Jin Zixuan setelah dapat melepaskan diri Jin Guangyao segera berlari meninggalkan halaman keluarga Lan, namun sesaat dia menyunggingkan senyuman kemenangan, polisi berhasil meringkusnya.

.
.
.

Lan Xichen berjalan tidak tenang di depan ruang operasi yang masih menyalakan lampu merah. Jas putih yang dia kenakan sudah ternodai dengan warna semerah bunga mawar yang terselip di saku dada jasnya. Darah Jiang Cheng yang menempel saat ia memeluknya dan menggendongnya saat menaiki ambulan.

Selain Lan Xichen, didepan ruang operasi keluarga Jiang dan Lan duduk dengan wajah yang campur aduk. Madam Yu dan Jiang Yanli tidak henti-hentinya menangis sesegukkan. Wei Wuxian duduk bersandar dengan Lan Wangji yang memeluk erat pinggangnya, disebelahnya Lan Qiren menunduk sambil melipat kedua tangannya. Tidak jauh dari mereka Jiang Fengmian berdiri menyendiri menyandarkan tubuh kedinding.

Suasana sangat sunyi, hanya terdengar detak jarum jam dan hentakan sepatu Lan Xichen. Tidak beberapa saat kemudian, Lampu ruang operasi berubah hijau dan dokter pun keluar dari pintu yang sudah tertutup selama 2 jam lebih. Lan Xichen bersama Jiang Fengmian segera menghampiri dokter itu.

"Bagaimana?" Tanya Jiang Fengmian, Dokter itu hanya menggeleng.

“Peluru yang ditembakkan menembus dan merobek otot jantung. Tekanan darah turun dengan drastis dan jantung berhenti berdetak karena mengalami shock dan kerusakan yang parah” Dokter tadi menunduk dalam kearah Jiang Fengmian, “Maaf, kami sudah melakukan semua yang kami bisa dan berjuang untuk menyelamatkannya. Tapi tuan Jiang Wanyin lebih memilih untuk menyerah”

Madam Yu seketika menangis histeris mendengarnya, tubuhnya dipeluk oleh Jiang Fengmian. Tubuh Jiang Yanli limbung dan ditolong oleh Wei Wuxian yang terlihat masih shock.

“Xichen-” Lan Qiren menepuk pundak Lan Xichen yang terpaku didepan ruang operasi setelah mendengar perkataan dokter yang masih berbicara dengan Jiang Fengmian, “-Ini sudah takdir Wanyin” Lan Xichen menoleh kearah pamannya, tatapannya terlihat kosong.

“Paman? Wanyin, dia-“ Lan Qiren menarik tubuh keponakannya kepelukannya, mata kosong Lan Xichen mengalirkan air mata. “-dia sedang berdiri didepan kita“

“Apa mak-“ Lan Xichen mendorong tubuh Lan Qiren dan berjalan perlahan dengan tangan terangkat ingin menggapai sesuatu.

“Kakak?” Lan Wangji.

“A-Yin, kau sudah sembuh sayang?” Lan Xichen tersenyum lebar dan memperlihatkan gestur tubuh memeluk seseorang. “Tidak apa-apa, kau sekarang aman bersamaku” Pupil mata Lan Qiren dan Lan Wangji melebar. “Kita akan hidup bahagia sekarang!”

Slap

Suara tamparan Lan Qiren dipipi Lan Xichen mengema di seluruh lorong rumah sakit. Memecah isak tangis keluarga Jiang.

"Lan Xichen!” Lan Xichen memegangi pipinya yang memerah, matanya fokus menatap sang paman, “Kuharap kau sadar, istrimu telah tiada"

"Paman-" Lan Wangji mencoba menenangkan Lan Qiren yang menatap murka kearah kakaknya, "Paman, kakak hanya lelah. Aku akan mengantarnya pulang" Lan Qiren mengangguk.

"Pulanglah Xichen, tenangkan dirimu" kata Jiang Fengmian sambil menepuk pundak Lan Xichen, “Besok, kita adakan upacara kematian untuk A-Cheng. Jika kau tetap seperti ini, kau tidak kuizinkan untuk datang walau kau adalah suaminya!”

Lan Xichen menundukkan kepalanya, “Maaf Ayah”

"Lan Zhan, berhati-hati saat menyetir" kata Wei Wuxian. Kedua belah matanya merah membengkak.

"En" Angguk Lan Wangji lalu memberi Wei Wuxian kecupan di kening, "Jangan terlalu bersedih, masih ada aku" jari-jari lentik Lan Wangji mengusap bawah mata Wei Wuxian yang masih mengalirkan air mata.

Lan Wangji pun meninggalkan keluarga Jiang dan pamanya lalu memapah Lan Xichen yang terlihat masih linglung.

.
.
.

Lan Xichen terdiam memandangi seisi rumah yang nampak gelap gulita. Tak ada sapaan selamat datang yang lembut, tak ada seseorang yang akan menyambut kepulangannya kali ini. Lan xichen pun merosot berlutut di depan pintu dan menangis "A-Yin.. A-Yin"

"Kakak-" Lan Wangji akan memegangi pundak Lan Xichen sebelum tangannya ditepis kasar oleh sang kakak.

"Aku tahu Wangji! Kau bisa meninggalkan aku sendiri" Bentak Lan Xichen. Lan Wangji ingin membantah, namun juga tidak kuasa menolak perintahnya.

"En" jawab Lan Wangji seraya menutup pintu dan berlalu pergi.

Lan Xichen berdiri lalu memandangi foto pernikahan yang terpajang di dinding. Jiang Cheng yang tersenyum ceria kearah kamera. Tangan mereka berdua yang terbungkus sarung tangan putih saling bertautan. Serta wajahnya yang terlihat senyum terpaksa.

“Jelek sekali, kau tidak pantas bersanding dengan A-Yin!” Ditutupinya foto wajahnya sendiri dengan tangannya, lalu mengelus wajah Jiang Cheng. “Cantik, aku ingin meminta foto ulang dengan diriku yang bahagia memilikimu“

Kakinya  melangkah memasuki sebuah ruangan kecil, ruangan yang biasanya dipakai oleh Jiang Cheng saat ingin fokus menulis lagu. Terdapat meja kecil dengan beberapa buku-buku berserakan diatasnya dan sebuah gitar ungu tersandar dipinggir meja. Semua tempat ini masih sama dengan saat terakhir kali Lan Xichen masuk keruangan ini untuk menegur Jiang Cheng yang tidak keluar dari ruangan itu sampai tengah malam.

Aku menulis lagu ini untuk Huan-Ge!”

Langkah kaki Lan Xichen membawanya menuju meja. Di ambilnya salah satu buku bersampul ungu muda yang ternyata buku lagu yang ditulis Jiang Cheng.

Pluk

Lan Xichen menatap kebawah, sebuah pemutar mp3 terjatuh dari dalam buku. Mp3 dengan warna ungu. Lan Xichen mengambil mp3 itu sambil terkekeh pelan, kesukaan Jiang Cheng pada warna ungu sudah sangatlah parah. Dengan penasaran Lan Xichen memakai earphone dan menekan tombol play. Seketika Lan Xichen mendengar suara merdu Jiang Cheng.

There goes my heart beating, Cause you are the reason
[Jantungku berdetak, Karena kaulah alasannya]

“Huan-geKau tau, aku akan masuk sekolah yang sama denganmu!

I'm losing my sleep
[Tidurku tak nyenyak]

Please come back now
[Kumohon, kembalilah]

Lan Xichen kembali teringat masa-masa dahulu dia ingat dulu dia jatuh cinta dengan Jiang Cheng kecil yang berlari membawa bunga teratai untuknya.

“Kalau begitu aku akan menjadi suamimu dimasa depan”

There goes my mind racing, and you are the reason
[Pikiranku berpacu, dan kaulah alasannya]

That I'm still breathing
[Aku masih bernafas]

I'm hopeless now
[Kini aku putus asa]

“A-Yin! Besok gege janji akan datang lagi, jadi tunggu gege ya!” Lan Xichen kecil mengacungkan jari kelingkingnya kearah Jiang Cheng dan disambut senyuman olehnya. “A-Yin harus janji juga untuk selalu bersama dengan gege!”

“Ung!” Kedua jari kelingking saling bertautan, lalu keduanya tertawa.

I'd climb every mountain, and swim every ocean
[Kan kudaki semua gunung, dan kurenangi semua laut]

Just to be with you, and fix what I've broken
[Demi untuk bersamamu, dan perbaiki yang tlah kulakukan]

“Halo Huan-ge, kenapa kau sekarang tidak datang kerumah lagi? Bagaimana dengan janji liburan kita?”

“Maafkan aku A-Yin. Sebentar lagi ada ujian kenaikan kelas, selain itu juga ada festival sekolah dan rapat organisasi. Karena itu liburannya nanti saja ya? A-Yin kan juga akan menghadapi ujian kelulusan, jadi belajar yang rajin!” Bip-

Oh, cause I need you to see, that you are the reason
[Oh, karena kuingin kau tahu, bahwa kaulah alasannya]

There goes my hands shaking, and you are the reason
[Tanganku bergetar, dan kaulah alasannya]

“Huan-ge! Ayah memperbolehkan aku sekolah disini, akhirnya kita satu sekolah!” Jiang Cheng memeluk lengan Lan Xichen erat.

“A-Yin, kita ada ditempat umum” Lan Xichen menarik lepas tangan Jiang Cheng dari lengannya, lalu berjalan menjauh.

“Huan-ge, tunggu!”

My heart keeps bleeding, and I need you now
[Hatiku terus terluka, dan aku membutuhkanmu]

If I could turn back the clock, I'd make sure the light defeated the dark
[Andai bisa kuputar kembali waktu, kan kupastikan cahaya kalahkan gelap]

I'd spend every hour, of every day, keeping you safe
[Kan kuhabiskan seluruh waktu, setiap hari, memastikan kau aman]

“Setelah ini kita akan berpisah sebentar, karena itu baik-baiklah disini dan belajar yang tekun” Jiang Cheng mengangguk pelan.

“Aku akan menunggu Huan-ge”

“Tentu saja A-Cheng harus menunggu Xichen-ge, kalau tidak kau akan jadi perjaka tua kalau Xichen-ge tidak mau menikahimu. Benarkan Lan Zhan?” Wei Wuxian tergelak dan mendapat teriakan dari Jiang Cheng. Lan Xichen tertawa pelan lalu menepuk pundak Jiang Cheng.

“Kau tidak perlu menungguku, mungkin nanti kau bertemu seseorang yang sangat kau cintai. Jadi kita tidak perlu menikah”

“Tidak apa-apa ge, aku akan selalu mencintai gege. Percayalah!”

I'd climb every mountain, and swim every ocean
[Kan kudaki semua gunung, dan kurenangi semua laut]

Just to be with you, and fix what I've broken
[Demi untuk bersamamu, dan perbaiki yang tlah kulakukan]

Oh, cause I need you to see, that you are the reason
[Oh, karena kuingin kau tahu, Bahwa kaulah alasannya]

I don't wanna fight no more
[Aku tak ingin bertengkar lagi]

“Karena dia menyukaimu! Hanya dengan melihatnya sekilas saja, aku tau dia mendambakanmu”

"Lalu bagaimana dengan kau dan Jin Guangyao, ge?"

“Bukankah aku sudah mengatakannya padamu berkali-kali. Kami hanya berteman! Kenapa kau membawa-bawa A-Yao dalam masalah kita A-Yin? Dia tidak ada hubungannya dengan masalah ini!”

I don't wanna hide no more
[Aku tak ingin sembunyi lagi]

I don't wanna cry no more
[Aku tak ingin menangis lagi]

"Sudah aku katakan kau harus menjauhi Jin Zixuan! Kenapa kau tidak menuruti permintaanku!”

"Kalau gege ingin aku menjauhi dia! Gege juga harus menjauhi Jin Guangyao!" Jiang Cheng berteriak dihadapan Lan Xichen. Mata Lan Xichen membola mendengar kata-kata Jiang Cheng.

"Ha! Kenapa ge? Tidak bisa? Tidak sanggup?" Ejek Jiang Cheng. "Kalau begitu, jangan melarangku!"

Come back, I need you to hold me
[Kembalilah, kuingin kau mendekapku]

You are the reason
[Kaulah alasannya]

"Kau bilang kau akan mengabulkan apapun permintaanku? Kalau begitu aku ingin kita bercerai"

"Tidak A-Yin! Aku tidak bisa. Kenapa kau bersikeras ingin bercerai dariku?”

"Kita saling terluka, saling menyakiti dan semuanya sudah berakhir! Luka ini pun masih membekas di hati masing-masing, meskipun begitu, pertemuan kita tidak mungkin tidak ada artinya, aku yakin pasti ada artinya"

“Aku mohon padamu A-Yin! Biarkan aku membayar semua kesalahanku yang dahulu! Aku tidak peduli apakah kau mau memaafkanku atau tidak, tapi aku hanya memohon padamu, satu permohonanku supaya kau tidak meminta bercerai kepadaku!

Come a little closer now, Just a little closer now
[Mendekatlah, sedikit lebih dekat lagi]

Come a little closer, I need you to hold me tonight
[Mendekatlah, malam ini kuingin kau mendekapku]

Lan Xichen membawa foto pernikahan mereka keatas ranjang. Memeluk foto itu erat-erat seakan dia takut foto itu akan menghilang. Mp3 itu masih memutar lagu yang dinyanyikan Jiang Cheng. Lan Xichen pun bangkit lalu berjalan menuju lemari penyimpanan obat dan mengambil beberapa butir obat tidur dan menelannya.

I'd climb every mountain, and swim every ocean
[Kan kudaki semua gunung, dan kurenangi semua laut]

Just to be with you, nd fix what I've broken
[Demi untuk bersamamu, dan perbaiki yang tlah kulakukan]

"Selamat hari jadi pernikahan kita yang pertama, A-Yin" Kata Lan Xichen sambil tersenyum seraya menghampiri Jiang Cheng yang terdiam, para tamu bersorak meriah mendengarnya. "A-Yin, aku tahu banyak hal yang telah kita lalui, aku terlalu banyak membuatmu bersedih dan menangis. Tapi, pada hari ini, aku tidak akan lagi memberimu kesedihan dan kebohongan. Karena pada hari ini, mulai detik ini aku berjanji aku akan menjadi suami terbaik untuk mu. Akan selalu ada disisimu dan akan selalu mencintaimu." Lan Xichen menarik tangan Jiang Cheng. "A-Yin maukan kau kembali bersamaku dan memulainya dari awal?"

“A-Yin, jawabanmu?”

“Aku mau, ge!”

Oh, cause I need you to see, that you are the reason
[Oh, karena kuingin kau tahu, bahwa kaulah alasannya]

Saat lagu berhenti mengalun, Lan Xichen menatap kelangit-langit kamar. Matanya seakan terpaku akan sesuatu setelah itu terkekeh pelan. Tangannya mengambil handphonenya dan mengirim pesan kepada Lan Wangji.

From: XiongZhang
Date: 1x.xx.xxxx
Time: 00:00

[Biarkan aku bersama A-Yin]


TAMAT

Keterangan: [  ] : ARTI LIRIK
LAGU : CALUM SCOOT - YOU ARE THE REASON

Pojok Author: Maaf telat saya lelah dan sangat sibuk TT____TT btw ini masih ada side story. Thx sdh baca jgn lupa vote dan komen

Note dari Ya : Maaf, 3 chap terakhir berasa hambar gegara saia fokus mikirin chap side story minggu depan.

I'm Not the Only One [XiCheng]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang