Promises

982 150 14
                                    

Jung Hoseok, sebuah nama yang terukir apik dihati Jimin. Jimin mencaintai Hoseok, benar-benar sangat mencintai pria manis itu dengan segenap jiwanya. Ia mencintai senyumnya, mencintai getaran yang ia rasakan tiap kali berada di dekat Hoseok,dan bahkan mencintai kesederhanaannya. Dan dari sanalah Jimin berjanji padadirinya sendiri bahwa ia akan selalu membahagiakan Hoseok.

Dan bagi Hoseok, Jimin adalah pria yang luar biasa. Jimin adalah pria pertama yang berhasil mengambil hatinya. Hoseok selalu membuka mata dan melihat semua baik-baik saja.  Pertama kali dalam hidupnya dan perasaan ini sungguh luar biasa. Cintanya untuk Jimin benar-benar menakjubkan.

Hal-hal kecil yang dilakukan Jimin selalu membuatnya berdesir. Tiap kali Jimin menunjukkan senyumnya, bagaimana Jimin mengelus pucuk kepalanya, bagaimana Jimin menggenggam tangannya, dan bahkan bagaimana gentlenya ketika Jimin membukakan pintu mobil untuknya saat mereka pergi berkencan.

Yang Hoseok tahu, cinta mereka berdua adalah sebuah ketulusan. Ketulusan yang selalu Hoseok harap akan terus ada. Dan karna itulah, Hoseok berjanji akan selalu menjaga ketulusan tersebut.

Hoseok adalah lulusan sarjana kedokteran, sedangkan Jimin adalah sarjana ekonomi dan bisnis. Pertemuan mereka di awali dari rasa cinta mereka terhadap dance, hingga akhirnya mereka mengikuti unit kegiatan mahasiswa seni, dan disanalah mereka mulai bertemu dan saling mengenal satu sama lain. Dan pada saat itulah perasaan cinta mereka bersemi.

Namun sayang, kisah kasih mereka terputus karna kesibukan masing-masing. Lebih tepatnya, setelah upacara kelulusan. Hoseok pergi menelusuri pulau terpencil di Korea Selatan untuk melaksakan tugas pengambdiannya. Sedangkan Jimin bediam di Seoul, mengembangkan perusahaan properti milik ayahnya.

Putusnya hubungan keduanya ini bukan karna ada pihak yang mengatakan secara jelas bahwa hubungan mereka benar-benar berakhir, memang dari awal hubungan mereka bukanlah sebuah hubungan yang official. Komunikasi mereka telah terputus dari tiga tahun yang lalu, entah siapa yang memulai, yang jelas janji yang pernah mereka buat dalam benak mereka adalah sebuah janji belaka.

"Minsoo, tolong bacakan jadwalku untuk besok pagi"

"Mengingat besok adalah hari terakhir pengumpulan laporan akhir bulan, anda hanya akan mengecek laporan-laporan tersebut tuan"

"Syukurlah, setidaknya pagi yang cerah tidak kita awali dengan rapat-rapat gila para investor. Ada berapa banyak laporan yang harus aku cek?"

"Dua tuan. Laporan keuangan, dan laporan rekrutmen karyawan"

Jimin mengangguk dan segera melangkah keluar kantor besarnya. Jimin memasuki mobilnya dengan menghela napas panjang. Ini adalah minggu terakhir pada bulan September ini, itu artinya ia harus mengunjungi rumah kedua orang tuanya.

Dalam perjalanan yang tidak begitu jauh, Jimin memarkirkan mobil hitamnya di pelataran rumah mewah itu. Melangkah keluar dari mobil dengan santai, Jimin melirik salah satu security yang berlari membukakan pintu rumah untuknya.

Pandangan yang dilihat ketika ia memasuki ruang keluarga Park benar-benar sepi. Hanya satu-dua maid yang ada, karna sisanya akan mengambil cuti akhir bulan. Jimin kembali melangkah menuju kamar orang tuanya, suara senda gurau samar terdengar oleh telinga Jimin.

"Oh benarkah? Disana pasti sangat sejuk bukan?"

"Tentu saja nyonya Park"

"Haish. . . aku jadi ingin pindah kesana, aku rasa pak tua yang sedang kau periksa itu akan sembuh dari asmanya karena udara disana masih belum tercemar po_"

"Eomma aku_"

Jimin terdiam di ambang pintu, menatap seseorang berjas putih yang tengah duduk di tepi ranjang dengan stetoskop yang menyentuh dada ayahnya.

"Oh Jimin-ah! Waktu yang sangat tepat, lihatlah siapa yang ada disini? Mantan kekasihmu bukan?"

Hoseok melirik Jimin sekilas sebelum ia kembali menatap nyonya park dengan senyum ramahnya.

"Ani nyonya, kami bukanlah sepasang kekasih, kami hanya berteman"

"Eoh benarkah?"

Hoseok mengangguk, senyum di wajahnya tak sedikitpun ia lunturkan. Bahkan saat ia membereskan alat-alatnya ia tetap tersenyum, dan kadang menanggapi guyonan nyonya Park. Sedangkan Jimin masih saja terdiam. Ia menelisik perubahan pada Hoseok. Pria manis itu semakin mempesona, wajahnya benar-benar cantik, rambutnya terlihat begitu terawat, dan tubuhnya terlihat benar-benar indah.

"Hoseok-ah, kau harus segera pulang. Bukan karna aku mengusirmu, tapi hari mulai gelap dan mendung. Pulanglah, jangan sampai kau juga yang sakit. Jimin akan mengantarkanmu"

*Skip*

Dalam perjalanan, suasana mobil benar-benar sangat sunyi. Tak ada yang berniat memecah keheningan tersebut, hingga tiba-tiba suara perut keroncongan saling bersahutan.

Hoseok dan Jimin sama-sama saling tatap, sedetik kemudian mereka tertawa terbahak. Pasalnya itu adalah suara perut mereka berdua.

"Baiklah Hoseok, karna cacing di perut kita tengah melakukan aksi, sebaiknya kita berhenti untuk mencari makan dulu. Menurutmu makanan apa yang cocok untuk cuaca mendung ini?"

"..."

"..."

"CHICKEN NOODLE SOUP!!!"

"WITH A SODA ON THE SIDE!!!"

End


Ga deng ahahah, ini ga cerita aslinya.

Pas ngetik ga tau kalo Jhope ada lagu baru dooong.
Pas cek yutub baru deh tau, hohohoho

BTS Love HobieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang