Aku Hanya Menutup Mataku

955 130 63
                                    

!!!PANJANG!!!
!!!NOT EDITED!!!




Sebuah bus travel mini terlihat melaju dengan kecapatan lamban di sebuah jalanan berkelok. Pohon-pohon yang menjulang tinggi itu seakan menghalangi cahaya matahari. Kabut dingin perlahan mulai menghalangi mata.

Didalam bus, suara canda tawa terdengar begitu nyaring. Namun kebisingan ini sepertinya tak mengganggu seorang pria berparas manis yang tengah memejamkan mata di kursinya. Kepalanya ia sandarkan antara sandaran kursi dan jendela kaca bus. Sedangkan disebelah pria manis itu, terlihat pria lainnya yang tengah membaca sebuah novel. Matanya bergerak menyapu kata tiap kata, berusaha menghayati alur cerita.

Saat bus berbelok, saat itulah pria manis itu membuka matanya. Sedikit merenggangkan otot lehernya ia pun melirik pria disebelahnya.

"Ah akhirnya kau membuka matamu, ku pikir kau sudah mati karena terus memejamkan mata. Apa tidurmu nyenyak Hoba?"

"Aku tidak tidur Joon, aku hanya memejamkan mataku"

Namjoon menutup dan meletakkan bukunya kedalam kantong kursi. Ia menyilangkan tangannya dan mulai menyamankan posisi di kursinya. Saat hampir saja ia memejamkan mata, tiba-tiba bus berhenti mendadak. Kepulan asap terlihat melalui kaca jendela samping Hoseok, membuat pria manis itu menoleh panik.

"Sebaiknya kita segera turun"

Hoseok mengangguk dan segera menegakkan tubuhnya. Tangannya bergerak mengenggam erat ujung kemeja yang Namjoon kenakan. Hoseok menoleh kebelakang dan melihat wajah panik Jimin. Tanpa pikir panjang, Hoseok meraih tanga Jimin dan menggenggamnya dengan sebelah tangannya.

"Bisakah yang didepan cepat? Aku takut bus ini meledak!"

Teriakkan Seokjin membuat Namjoon segera melompat dari bus. Tangga bus sepertinya tidak bisa berfungsi karena mesin bus yang mati. Dengan sigap, Namjoon meraih pinggang Hoseok dan menggendongnya untuk membantunya turun.

Setelah kedua kakinya kembali menyentuh tanah, ia mencari keberadaan Jimin dan kembali menggandeng tangannya.

"Supir bilang, mesin terlalu panas hingga menyebabkan kepulan asap. Mereka sedang menghubungi teknisi"

Menejer BTS, Sejin mendongak dan menatap cahaya langit yang mulai menggelap. Ia menghela napas panjang sebelum mentap satu persatu member BTS.

"Hari semakin gelap, Kita tidak mungkin menunggu para teknisi datang. Di google map menunjukkan bahwa ada desa di sekitar sini"

Sejin berjalan mendahului para member BTS. Memandu mereka dengan bermodalkan ponselnya. Namun baru setengah perjalanan, pria dewasa itu menggerutu karena sinyal yang mulai menghilang.

"Tentu saja itu akan terjadi, ini hutan. Siapa yang akan membangun tower sinyal di tengah-tengah hutan"

Jungkook menutup bibirnya rapat ketika sang menejer menatapnya tajam.

"Sudahlah kita ikuti saja jalan setapak ini", Yoongi menepuk bahu Sejin dan mulai berjalan mendahului.

Hoseok menatap sekitar dan seketika genggaman tangan Hoseok mengerat. Tanpa sengaja matanya menangkap kumpulan gundukan tanah dan batu diatasnya. Ia melirik Jimin, ia ingin mengatakan apa yang ia lihat pada Jimin. Tapi mengingat ia dan Jimin adalah member yang gampang takut, ia memutuskan untuk menutup mulut.

"Apakah kita sudah sampai? Kenapa kelihatannya sepi sekali?"

Suara Seokjin mengalihkan perhaian Hoseok, pria manis itu mengintip dari sela bahu lebar Seokjin. Mata bulatnya melihat sebuah pemukiman dengan gapura besar yang menjulang tinggi.

Ketika mereka masuk lebih dalam, Hoseok baru menyadari semua rumah disini adalah rumah kuno dengan fondasi kayunya. Sejin, selaku yang bertanggung jawab memutuskan untuk mengetuk salah satu rumah terbesar disana. Pintu rumah itu tiba-tiba terbuka dengan sendirinya. Mereka berdelapan saling tukar pandang.

BTS Love HobieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang