24 - Próvlepsi

11 3 3
                                    

Sudah genap satu bulan Sienna tinggal di akademi. Ada banyak hal yang ia pelajari sejak hari pertamanya di sana. Seperti yang pernah dikatakan Aesa sewaktu mengunjungi Vann, Wulfio merupakan orang yang paling tegas dan keras ketika itu menyangkut tentang guru. Sulit? Itu satu hal yang sudah pasti dirasakan oleh Sienna dan semua murid yang pernah diajar oleh Wulfio. Namun, tekad Sienna untuk belajar ilmu sihir lebih besar dari pada sekadar sikap Wulfio sebagai seorang guru.

Malam itu, tiba giliran Aesa untuk bertugas sebagai seorang keeper di Sacred Garden. Belum sampai satu jam berlalu, Oracle meminta Aesa untuk memanggil Sienna. Dengan segera, Aesa berlari untuk mencari Sienna.

Saat itu, Sienna berada di kamarnya, ia sedang istirahat setelah menyelesaikan pelajaran yang ia ikuti. Selama satu bulan ini, Sienna selalu mempelajari ilmu sihir hingga larut malam. Dan malam ini adalah malam pertama ia bisa tidur dengan tenang. Setelah ini, ilmu sihir yang ia pelajari tidak akan sepadat sebelumnya.

Akademi Palawan adalah akademi yang sedikit unik. Di awal masa penerimaan murid, mata pelajaran yang dibebankan sangat banyak. Hal ini dikarenakan apa yang dipelajari pada bulan pertama mereka adalah dasar-dasar ilmu sihir. Mengapa satu bulan? Karena setiap murid yang terpilih adalah murid yang mempunyai bakat dengan ilmu sihir. Jadi, potensi mereka dapat digunakan secara maksimal.

Tok-tok-tok. Terdengar suara ketukan dari pintu luar. Sienna yang baru saja merebahkan tubuhnya di kasur terpaksa mengangkat tubuhnya lagi. Matanya berkedip lemah, rasa kantuk selalu melandanya di saat malam tiba, jadi akhir-akhir ini ia tidak punya waktu untuk digunakan saat malam hari.

"Sienna?" suara yang sedikit kedap dari luar terdengar. Itu suara Aesa.

"Ya," jawab Sienna, bersiap untuk berdiri dan membukakan pintu. "Sebentar," tambahnya.

Cklek, ngiiiiiik. Begitulah suara pintu ketika dibuka. Di sana, Aesa berdiri.

"Hai," sapa Aesa.

"Hai, Aesa. Tumben sekali," balasnya.

"Kau sedang apa? Sibuk tidak?" tanya Aesa. Bola matanya menari-nari seolah mencari sesuatu dari dalam kamar Sienna.

Sienna menggeleng dengan lesu. Ia lelah, namun ia tidak boleh terlihat lelah. "Aku baru saja menyelesaikan Dasar-dasar Ilmu Sihir. Aku bisa sedikit bersantai setelah satu bulan," nadanya terdengar gembira, rasa lelah itu tiba-tiba saja menghilang saat ia ingat bahwa kesibukannya akan berkurang setelah malam ini lewat.

"Aku ikut senang untukmu," Aesa tersenyum dan memberi jeda. "Kalau kau tidak sibuk, Oracle memanggilmu."

Sienna mengernyit, matanya memicing untuk sekejap waktu sebelum kembali normal. "Kalau begitu, ayo kita ke Sacred Garden."

Ini ternyata lebih mudah dari dugaan Aesa. Ia mengira bahwa Sienna akan menolaknya, atau setidaknya memintanya untuk istirahat sebentar. Namun ternyata Sienna langsung mengiyakan untuk pergi ke Sacred Garden.

Dari sana, Aesa dan Sienna berjalan menuju Sacred Garden.

"Oracle," Sienna menyapa, tangannya naik dan menyentuh kristal yang ada di hadapannya. Sedangkan Aesa, ia terlihat berdiri di dekat pintu dan mendengarkan seperti yang biasa ia lakukan.

Kristal itu menyala. Awalnya redup, kemudian sedikit menerang.

"Pembawa pesan, akan datang. Dan, ada... hal besar lain... yang akan... terjadi."

Hanya dua kalimat itu yang dikatakan oleh Sienna dan tidak ada hal masuk akal yang dimengerti oleh Sienna maupun Aesa. Cahaya itu kembali redup dan menghilang.

"Aku kira Oracle akan memberitahumu mengenai potensi sihir apa yang kaumiliki, ternyata ini hal lain lagi," kata Aesa. Setelah keluar dari Sacred Garden, mereka berdua duduk di kursi batu yang tidak jauh dari sana.

"Potensi?—lagi pula, apa maksud Oracle tadi, mengenai pembawa pesan?" Sienna bertanya. Dari dua kalimat yang dikatakan oleh Oracle, Sienna tidak mengerti sebagian besar maksudnya. Ini seperti Oracle selalu memberikan teka-teki tiap kali ia memanggil seseorang.

Aesa menaikkan bahu, ia sama tidak tahunya seperti Sienna. "Aku juga tidak tahu."

"Pembawa pesan... hal besar. Apa kau yakin Oracle tidak asal berbicara? Apa dia benar-benar bisa meramal?"

"Hei," Aesa menaikkan telapak tangannya dan menyodorkannya pada Sienna. "Kau tidak boleh meragukan apa pun yang dikatakan oleh Oracle, meski itu adalah hal yang terdengar tidak jelas sekalipun."

"Aku tahu," Sienna paham, namun ia tidak bisa benar-benar mempercayai secara utuh perkataan Oracle di dalam sana. Oracle seolah selalu mempersulit siapa pun yang ia ajak bicara. "Tapi dia selalu berbicara mengenai hal-hal yang tidak bisa dijelaskan secara pasti, dan dia juga tidak menjelaskan secara detail apa hal yang akan datang itu." Di akhir kalimatnya, Sienna menghela napas. Tubuh dan pikirannya sama-sama lelah dan tidak bisa digunakan lagi untuk berpikir.

Aesa menepuk bahu Sienna dengan lembut, kemudian berdiri. "Aku harus memberitahu hal ini kepada Tuan Wulfio."

Aesa berlalu dari hadapan Sienna dan berjalan menuju ruangan milik Wulfio. Di sana, Aesa menjelaskan dua kalimat yang diucapkan oleh Oracle.

"Apa kau yakin?" tanya Wulfio memastikan. Dan Aesa hanya menjawabnya dengan anggukan mantap.

Wulfio dan Aesa kemudian kembali menemui Sienna guna memastikan bahwa apa yang dikatakan Aesa adalah kebenaran. Sienna bahkan mengucapkan apa yang diucapkan oleh Oracle sebelum Wulfio bertanya kepadanya. Dari sini, berita mengenai hal besar dan pembawa pesan perlahan menyebar ke seluruh akademi, namun tidak satu pun penghuni akademi yang memahami maksud dan makna dari kalimat yang diucapkan oleh Oracle.

The Runaway ChosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang