32 - Diafygí (Part 2) - End of Book 1

32 4 0
                                    

Kristal raksasa yang telah menjadi sesuatu hal sakral bagi akademi sejak pertama kali didirikan kini hancur. Kepingan kristal itu tersebar di seluruh penjuru Sacred Garden yang kini tak lagi utuh. Tembok-tembok itu berhamburan seperti pasir yang ditiup. Pertarungan yang sedang berlangsung itu tiba-tiba saja terhenti. Ada jeda yang tercipta dari kedua belah pihak. Tatapan mereka tertuju pada satu tempat di mana Sienna jatuh dan tak lagi bergerak.

Anerea menyunggingkan seringai licik ketika ia berpikir telah berhasil mengalahkan Sienna. Di waktu yang bersamaan, ini adalah kesempatan yang sempurna untuk merebut tongkat sihir milik Wulfio yang sebelumnya ia sebut dengan spellbinder. Namun sebelum hal itu terjadi, tatapannya berlabuh pada hal lainnya yang tidak jauh dari Sienna. Yaitu Oracle. Dan tepat saat itu juga, Anerea menyadari bahwa relik yang memanggil windweaver kala itu bukanlah spellbinder seperti yang ia duga sebelum ini pertempuran dimulai. Namun, relik yang memanggilnya adalah kristal raksasa yang kini hancur. Anerea dapat merasakan perbedaan energi sihir yang ada di sana antara sebelum dan sesudah kristal itu hancur.

"Sienna!" Wulfio menghampiri Sienna yang tergeletak di antara pecahan-pecahan kristal yang menyilaukan mata. Ia memalingkan kepala agar dapat menemukan seseorang yang dapat membantu. Di sana, ia hanya mendapati Aesa yang tengah bertarung, "Aesa!" Panggilnya kepada Aesa yang sedang bertempur.

Vann yang sedang bertempur ditemani oleh Aesa juga merasa khawatir pada Sienna. "Sana, pergi. Cek Sienna," suruhnya. "Aku akan baik-baik saja."

Dengan perkataan Vann barusan, Aesa perlahan mundur dari pertempuran dan mengecek Sienna. Di sana, ia dengan hati-hati melewati kristal-kristal yang berserakan dan mencapai tubuh Sienna. Kaki-kaki itu dengan hati-hati memilih dasar yang dapat dilewati. Ada perasaan ngeri yang tercipta ketika ia menatap kilau-kilau pecahan kristal. Sementara itu, Wulfio mencoba kembali untuk menghadapi Anerea yang masih siaga di udara—menatapnya dengan seringai tajam.

Pertempuran di udara itu kembali dimulai setelah jeda beberapa menit yang singkat itu. Karena Sienna tidak bisa mengalahkan Anerea, maka Wulfiolah yang harus mengakhiri pertempuran ini. Bahkan, kali ini Wulfio bertempur dengan seluruh kekuatan yang ia miliki.

Tongkat spellbinder itu bersinar lebih terang—dan bahkan sangat terang—daripada sebelumnya. Awan hitam kini berkumpul memusat di dua titik makhluk yang bertempur. Petir mulai menyambar di sana sini dan meninggalkan tanda di tanah. Angin mulai berembus tidak santai, pohon-pohon mulai berdansa sembari dedaunan rontok beterbangan ke sana-kemari.

Dengan sekali ayun, petir-petir tersebut seolah sudah ditentukan ke mana akan menyambar. Pertandingan Wulfio dan Anerea kembali mulai dari sini.

Sementara itu, Kingsmen berusaha untuk merebut kembali kristal yang direbut oleh Valgard. Permainannya kini berubah, Kingsmen menyerang Elite Thirteen. Tak seperti Kingsmen, Elite Thirteen tidak lebih bagus dari Kingsmen ketika pertempuran berubah menjadi bertahan—terutama bekerja sama dalam tim—dan mereka cukup kewalahan. Nama Elite Thirteen lebih ditunjukkan untuk tiga belas orang yang kuat, dan kuat bukan berarti dalam artian kerja sama. Berbeda dengan Kingsmen, mereka terlatih dalam pertarungan solo maupun dalam tim. Formasi yang mereka gunakan lebih teratur dan berirama.

Meski dengan kekuatan penuh, bukan berarti Wulfio dapat secara ajaib memenangkan pertarungan ini. Beberapa gerakan tepat dari Anerea dan satu kesalahan dari Wulfio membuatnya kehilangan irama sihirnya. Serangan demi serangan ia terima, dan sihir balasan sepertinya tidak lagi menjadi sesuatu hal yang dikhawatirkan oleh Anerea karena intensitas sihir yang dapat ia rasakan kian melemah dari pihak lawan. Wulfio mencoba memperbaiki beberapa langkah selanjutnya, namun sepertinya bukan hal yang mudah.

Aesa mencoba membersihkan pecahan-pecahan kristal dari tubuh Sienna. Ia memfokuskan dirinya untuk mengabaikan suara-suara heboh yang tercipta di sekitarnya. Dalam satu kedipan mata, sepasang telinga berbentuk segitiga miliknya menjadi kedap. Tak ada setitik suara pun yang masuk untuk menginterupsi konsentrasinya. Tatapan itu beralih kembali pada Sienna, segala jenis mantra-mantra penyembuh yang ia kuasai ia coba keluarkan. Namun tak ada dari satu pun mantra itu yang dapat membuat Sienna membaik.

The Runaway ChosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang